Judul: Menyukat Kesemenjanaan Kita: Kumpulan Artikel Refleksi Corona
Penulis: Agustinus Gereda [et al.]
ISBN: 978-623-7421-15-3
Terbit: 09-Jun-20
Tebal: 164 (x+154) halaman
Ukuran: 14.5x21 cm
Harga: Rp73.500
Buku ini dicetak sesuai pesanan. Pesan 1 eksemplar pun akan kami layani. Untuk memesan buku ini, silakan hubungi yedijanusantara@gmail.com atau melalui pesan WhatsAppdan sampaikan Nama Pemesan serta alamat lengkap (dengan menyebut nama kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, serta kode pos)
Spesifikasi:
Kode: 0610002
Judul: Menyukat Kesemenjanaan Kita: Kumpulan Artikel Refleksi Corona
Buku ini merupakan kumpulan artikel dan kisah terkait pandemi virus corona atau Covid-19 yang melanda dunia sejak akhir 2019. Memuat 38 tulisan dari 35 penulis dan dikelompokkan ke dalam 7 tema: berppikir positif dan optimis, belajar bersabar dan tetap berpengaharapan, memaknaia relasi dan menumbuhkan solidaritas, waspada dan berpola hidup sehat, melihat peluang dan menumbuhkan kreativitas, waiting for the new normal, dan belajar dan bertobat.
Daftar tulisan dan penulisnya:
Berpikir Positif dan Optimis
Covid-19, Hikmah Positif di Tengah Keprihatinan ~ Lina Herlina, S.Pd.
Flora: Si Gadis Centil Itu Lulus SMA di Masa Pandemi Covid-19 ~ Silvester Kian Witin
Pembelajaran Pascapandemi Covid-19 dan Tantangannya ~ Tobias Nggaruaka, S.Pd., M.Pd.
Asa di Balik Pandemi Covid-19 ~ Gusnawati, S.Pd., M.Pd.
Khawatir Membawanya ke Tanah Air, Hingga Memperkenalkannya ke Peserta Didik ~ Yasser A. Amiruddin
Belajar Bersabar dan Tetap Berpengharapan
Chloroquine, Hydroxychloroquine, Corona dan Lupusku ~ Dyah Sinto Rini
Judul: Menjeda Jagat Memeluk Hakikat: Puisi-Puisi Refleksi Atas Corona
Penulis: Agustinus Gereda [et al.]
ISBN: 978-623-7421-16-0
Terbit: 09-Jun-20
Tebal: 190 (x+180) halaman
Ukuran: 14.5x21 cm
Harga: Rp77.500
Buku ini dicetak sesuai pesanan. Pesan 1 eksemplar pun akan kami layani. Untuk memesan buku ini, silakan hubungi yedijanusantara@gmail.com atau melalui pesan WhatsApp dan sampaikan Nama Pemesan serta alamat lengkap (dengan menyebut nama kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, serta kode pos)
Spesifikasi:
Kode: 0120034
Judul: Menjeda Jagat Memeluk Hakikat: Puisi-Puisi Refleksi Atas Corona
Buku kumpulan puisi (dan pantun), merupakan hasil refleksi atas pandemi virus corona (Covid-19) yang melanda dunia mulai akhir 2019. Buku ini memuat 141 judul puisi (dan pantun) dari 38 penyair (hampir semuanya guru dan ada juga nonguru). Memuat juga beberapa puisi untuk pembaca anak-anak.
malam yang geraknya semakin sempit
masih bulan separuh, kan?
dan detik ini aku sudah mengandung benih rindu
remaja bilang rindu itu sungguh menyakitkan
kegelisahan memang tengah berbaris
di ujung-ujung ranjangku
menggerutu, mengetuk pintu
memintaku untuk terus memikirkanmu
berperang dengan kesempatan terakhir
yang masih kupunya
ya...seandainya kesempatan itu
masih tertinggal di ujung kuku
kau mungkin masih bisa membaca sajakku.
Gusti Omkang Hingmane, S.Pd.,Gr lahir di Alor, 30 Juli 1986. Gusti mengenyam pendidikan di SD GMIT Probur 1, SMP Negeri Mataraben, SMA Negeri 1 Kalabahi, dan Universitas Nusa Cendana (Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris).
Sejak berada di bangku kuliah sampai sekarang, Gusti sering memublikasikan hasil tulisannya di berbagai media cetak dan online. Media cetak yang pernah memublikasikan hasil karya Gusti adalah Media Informasi dan Komunikasi Undana, Harian Timor Express, Harian Victory News, Harian Pos Kupang, Alor Post, Ombay News, Buletin Optimisme: Tiada Hari Tanpa Menulis, dan Buletin Tirta Kapoer. Sedangkan Media online seperti: Tribuana Post, Semarak News, dan lain-lain.
Selain itu, Gusti juga pernah mengajar di SMA Negeri 1 ABAD, Universitas Tribuana Kalabahi, SMA Negeri Maiwal, serta daerah terdepan, terluar, dan tertinggal di Papua selama 1 tahun pada program mengajar di daerah 3T (SM-3T). Setelah itu, Gusti mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan profesi di Universitas Nusa Cendana juga.
Sekarang, Gusti menjadi seorang guru di SMK Negeri Ampera, Kabupaten Alor. Di dalamnya, Gusti mendapat tugas tambahan dari kepala sekolah sebagai wakil kepala sekolah dunia usaha dan industri (DU/DI). Selain itu, Gusti juga mendapat posisi sebagai editor pada buletin sekolah, yakni Buletin ESEMKES. Ada pula kepercayaan dari Universitas Nusa Cendana, FKIP, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris sebagai koordinator untuk guru Bahasa Inggris di Kabupaten Alor. Gusti juga berperan sebagai tim dalam redaktur Buletin Optimisme: Tiada Hari Tanpa Menulis, Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Nusa Cendana
Buku ini dicetak sesuai pesanan. Pesan 1 eksemplar pun akan kami layani. Untuk memesan buku ini, silakan hubungi yedijanusantara@gmail.com atau melalui pesan WhatsAppdan sampaikan Nama Pemesan serta alamat lengkap (dengan menyebut nama kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, serta kode pos)
Buku ini adalah kumpulan artikel tulisan Gusti Omkang Hingmane, S.Pd., Gr., seorang praktisi pendidikan yang tidak hanya berhenti dalam perannya sebagai seorang pengajar di depan kelas tetapi juga berusaha benar-benar menceburkan diri dalam segala relung dunia kependidikan kita. Ia menuliskan segala kegelisahannya yang muncul dari semua pengalaman dan pergulatannya di sebuah dunia yang disebut pendidikan dan mencoba melihat pendidikan dari berbagai sisi atau sudut pandang.
Buku ini diberi judul Eduating Mind and Heart, tampaknya merupakan harapan dari penulis bahwa pendidikan seharusnya menyentuh mind dan heart. Buku ini memuat 23 artikel yang pernah dimuat di media cetak maupun online.
“Yang mau disampaikan Gusti, saya yakin, adalah bahwa mendidik orang jangan setengah-setangah. Harus total. Hati dan pikiran serta otot diperhatikan sekaligus. Pada titik ini, Gusti, tampaknya, sepakat dengan John Dewey yang mengatakan bahwa pendidikan itu adalah proses sosial, pertumbuhan, dan kehidupan itu sendiri; bukan persiapan masa depan anak didik. Oleh karena itu, bagi saya buku ini layak, ‘enak dibaca dan perlu.’ Saya pun akan menempatkannya pada tempat yang sangat terhormat di perpustakaan pribadi saya agar saya bisa membacanya setiap kali saya mau untuk memperoleh inspirasi dalam ikut serta memperjuangkan kebaikan bagi semua, tanpa peduli apa pun latar belakang sosial, suku, agama, ras, dan golongannya.” (Feliks Tans, Dosen FKIP/Pascasarjana Undana, Ketua Prodi Magister Pendidikan Bahasa Inggris Undana, Editor-in-chief Academic Journal of Educational Sciences (AJES))
Daftar tulisan:
Pengantar oleh Feliks Tansv
Guru Menulis Untuk Pengembangan Keprofesian1
Bersatu Untuk Selamatkan Universitas PGRI6
Apel Pagi Bukan Apel-Apelan12
Universitas, Produksi Ijazah atau Kualitas? 15
Degradasi Mutu Pendidikan23
Educating Mind and Heart27
If I Were A President32
May Be Yes, May Be No37
FKIP vesus KKN42
Mendiknas dan DPR Tak Bermata46
Nepotisme atau Objektivisme dalam Penilaian51
Quo Vadis Masyarakat dalam Pendidikan?56
Mempertanyakan Ujian Nasional60
Pendidikan Sekarang dan Masa Depan Peserta Didik65
Memandang wajah-wajah polos
Yang berdiri dan berlutut,
Itu kenangan sungguh manis
Keceriaan bermain terlukis
Saat kutatap sekali lagi
Foto tua ini.
Bocah-bocah SD berseragam pramuka
Tatap masa depan di bawah tiang bendera
Seolah telah tergambar wajah penerus
Melangkahkan kaki mengisi kemerdekaan
Memandang wajah-wajah polos,
Kuingat kembali kisah masa kami
Bermain bola kasti berlari kencang
Memenangkan harapan penuh kepastian
Bola menggelinding teriakan teman memacu berlari menuju "home"
Panas terik tak dirasa oleh deraan
semangat memenangkan pertandingan.
Bola melayang menghantam tubuh,
Teriakan lawan menghempas kemenangan
Terpaksa berjaga, berganti posisi
Keringat membasahi wajah tak lagi dirasa.
Matahari menggeserkan tubuhnya
Setengah empat sore permainan terhenti
Setelah orang tua menjemput kami
Berteriak mengingatkan pulang.
Dari pagi kami menghiasi ruang sekolah
Berjalan, berlari, dan berkerumun
Duduk sigap di bangku sekolah
Belajar, bermain, dan bersenda gurau
Semua tergambar jelas di mataku
Dan kini di sini ...
Aku menatap foto masa lalu kami
Tersenyum bangga dan berterima kasih
Teman-teman kita pernah bersama
Di sekolah penuh kenangan persahabatan
Foto kenangan buram
Kutatap sekali lagi
Terima kasih kita pernah bersama
Membangun harapan yang kini tlah ada
Di genggaman kita sebagai manusia
Teman-teman ...
Semoga kalian ingat
Kita pernah menjadi saudara
Enam tahun lamanya ...
Mengecap masa SD kita
Teman-teman terima kasih
Foto kenangan ini selalu mengingatkan
Kita meletakan batu bata pertama
Karakter dan iman kita.
Tuhan mencipta dengan kata, yang keluar dari mulut-Nya
Demikian pun manusia, dicipta dengan kata
ia menemukan kedahsyatan kekuatannya.
Dengan kata, manusia juga mencipta
segala hal yang menjadi keinginan hatinya
Dengan kata-kata manusia mencipta keluarga,
berawal dari kata cinta, mereka mengikat diri menjadi suami istri, melahirkan anak-anak dan terciptalah keluarga.
Dengan kata-kata manusia mencipta hak atas tanah, rumah, segala harta benda,
mereka menciptakan wilayah, negara
dan mengesahkannya menjadi miliknya.
Dengan kata-kata manusia menciptakan segalanya
Dengan kata-kata, manusia mengubah adat satu dengan adat lainnya, mendirikann kerajaan satu di atas kehancuran lainnya, menegakkan budaya satu di atas runtuhnya kebudayaan lainnya,
menghidupkan manusia satu, bangsa satu, bahasa satu, kelompok satu, di atas manusia lainnya, bangsa lainnya, bahasa lainnya, kelompok lainnya, dan seterusnya.
Kini, setelah manusia menyadari betapa dahsyatnya kekuatannya, manusia mengeksplorasi kata-kata, kata demi kata, merangkai demikian rupa, membangun narasi dan wacana
mengubah hitam menjadi putih, putih jadi hitam, mengubah ada jadi tiada, tiada jadi ada, membalik atas jadi bawah, bawah jadi atas, menukar yang mulia dengan cela, cela dengan mulia
dengan kata-kata, manusia berusaha saling menelan lainnya, saling membinasakan kelompok lainnya, bangsa lainnya, budaya lainnya, ada lainnya
manusia berperang dengan kata-kata.
Kata-kata, entah dari mana datangnya, berseliweran di atas kepala kita, memenuhi atmosfer kita, menghujani pikiran kita, melumpuhkan akal sehat kita, menaklukkan hati nurani kita, memperhamba kita
kata-kata itu begitu luar biasa, menyelinap, menyusup, menghujam jauh ke dalam setiap inti sel otak kita, menguasai daya nalar kita, pelan tapi pasti mengubah hati kita, membentuk perasaan kita, dan menguasai serta melahirkan kehendak ... kita
dan mengubah kita menjadi kata-kata.
Entah kapan persisnya, tiba-tiba saja semua berubah menjadi kata-kata.
Mulut kita mencerocoskan kata-kata yang entah dari mana datangnya,
pikiran kita menambahkan makna seperlunya,
hati kita menguatkan dengan nuansa-nuansa
tangan kita menembakkan dan memberondongkan kata-kata dengan begitu rajinnya.
Kita memetik kata-kata yang berseliweran di udara, memberinya isi dan mengemasnya dengan sejuta nuansa, kemudian melontarkannya kembali ke udara
kata-kata itu menjadi sedemikiann indah, kuat dan perkasa, sekaligus sedemikian garang, mengancam, dan berbahaya
merajalela dan sangat berkuasa.
Manusia telah menjadi hamba kata-kata, memperkuat dan siap menyukseskan misinya, tanpa pernah tahu terlahir dari mulut siapa, atas kehendak siapa, demi tujuan apa.
Tuhan menggunakan kata-kata untuk menjadikan manusia ada
Manusia menggunakan kata-kata untuk saling meniada.
pasti sulit menerima sebuah
kenyataan yang lebih sering
bukan keinginan kita sendiri.
kondisi demikian
seperti berada
di daerah perbatasan;
antara merelakan atau
terbelenggu dalam penyesalan;
antara melepaskan atau
menggenggam kembali
erat jabat tangan.
aku ingin sekali menggambarmu
sebagai perempuan tak bermuka,
atau lelaki yang tak berkelamin;
sebab aku hanya bisa
menemukanmu dalam bentuk bayang.
jika aku ingin menyebutmu,
aku ingin menyebutmu
dengan sembarang nama;
atau memanggilmu dengan
sembarang bahasa.
Di Hati-Mu yang kudus,
Aku mengenal arti kasih
Kasih sesungguhnya bukan pura-pura
Kasih yang mengampuni, memberi ruang
Kasih yang adalah pisungsung diri
Kasih penuh pengorbanan.
Di Hati-Mu yang terluka, Yesus
Aku menemukan tempat perlindungan
Jua kulihat darah suci-Mu
Terbagi untuk kami semua
Dan daging-Mu yang Kudus
Mengenyangkan jiwa-jiwa kami
Yang lapar dan lara
Di Hati-Mu yang bolong,
Ada silih yang dipersembahkan
Ada pengorbanan suci di altar-altar umat
Ada jiwa-jiwa mendamba
Kasih yang mengalir dari darah dan air
Di examen consientia,
aku menemukan-Mu, Tuhan
Bahwa aku hanyalah sebutir debu
Yang bukan siapa-siapa
Tapi Kauangkat jiwa ini
Jadi putra dan saudara-saudari-Mu
Di Hati-Mu yang mendamba
Umat kembali pada Bapa
Dalam persatuan cinta
Di Hati-Mu yang terluka
Aku belajar mengeja
Arti ketulusan dan damai
Pengorbanan dan persembahan diri
Di Hati-Mu yang kudus
Aku bersandar untuk belajar terus
Melangkahkan kaki meneruskan
Peziarahan yang harus diselesaikan
Di Hati-Mu yang kudus
Pintu perjanjian surga
Menjadi penawar dahaga
Kala gelap gulita dan gersang
Jiwa mohonkan air kehidupan.