Proyek Penulisan dan Penerbitan Puisi Anak

Yuk nulis puisi untuk anak-anak kita.

Proyek Penulisan dan Penerbitan Cerpen

Terbitkan cerpen Anda jadi buku ber-ISBN

Proyek Penerbitan Cerpen Anak

Anak-anak pun perlu bacaan yang baik. Yuk nulis dan nerbitkan cerita pendek untuk anak.

Karyatunggalkan Puisimu!

Yuk terbitkan puisinya dalam buku karya tunggal

Terbitkan 5 Puisi

Punya 5 puisi? Yuk terbitin bareng-bareng jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 500 Puisi Akrostik

Terbitkan puisi akrostikmu jadi buku 500 AKROSTIK ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman Inspiratif Pendek Guru

Tuliskan pengalaman inspiratif Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman LUCU Guru

Tuliskan pengalaman LUCU Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan best practices Anda jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan artikel pendidikan Anda jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 5000 Pantun Pendidikan

Terbitkan pantun pendidikan dalam 5000 PANTUN PENDIDIKAN

Jumat, 30 April 2021

Mana Sandalmu?

Puisi Yerem B. Warat

Image by Capri23auto from Pixabay 






Sandal
Melindungi kaki
Agar tak langsung kaki kotori diri
Pada tanah
Pijakan

Ia
Tameng 
Sembunyian telapak
Agar jejak gelap tetap tak terbaca 
dalam gerilya

Kini
Sandal telah lepas
Tiada di genggaman kaki lagi
Topeng, tameng  
Tiada lagi

Kaki
Telanjang
Jejak benderang
Dalam kelam paling pekat 

Tadi
Di televisi kulihat
Sandalmu tinggal di pintu
Membiarkanmu pergi sendiri
Berhadapan mata
Dengan
Mata

Begitu telanjang
Kakimu

Mana sandalmu
yang selama ini?

Perteguhen, 27 April 2021

Minggu, 25 April 2021

Kaca

Puisi Yerem B. Warat

Image by Prawny from Pixabay 




*

Hari-hari terasa panjang tak bertepi lagi sejak kami kekuar dari ladang itu. Anjing, singa, dan harimau melolong siang malam tak terhentikan. Melolong, memanggil, mencari kami. Tapi lolongan mereka tak segera berhasil memulangkan kami yang baru saja keluar. Pencarian tetap diteruskan.

Mereka mencari kami dengan penciuman mereka yang tajam. Dengan begitu, mereka medapatkan jejak bau badan kami yang lengket pada benda apa pun yang tersentuh ketika kami lewat.

Bermula dari pohon yang kami makani buahnya. Harimau memanjati pohon itu, mencium tangkai dari buah yang kami petik, untuk memastikan keaslian bauan kami. Dari situlah ia dan semua hewan lainnya mulai menyusuli kami. Turun melalui pintu koyakan kami, mereka terus ke bumi. Beberapa hari berselang, tanaman-tanaman di ladang tadi pun turut. Mereka menjalar keluar mengikuti kami sampai ke bumi. Labu kuning, semangka, dan tak ketinggalan labu jepang. Sedang padi, jagung, dan sebangsanya mulai membiarkan buahnya yang sudah tua jatuh ke bumi, tempat tinggal kami yang sekarang ini.

Ladang tadi pun kosong, tak berisi lagi. Tinggal pohon itu sebatang kara, pohon yang buahnya kami makan itu. Tapi cabang pohon terus menjulurkan pucuk-pucuknya ikut mencari kami. Suatu senja satu dari buah-buahnya yang bergelantungan, jatuh juga ke bumi, persis mengenai ibu jari kakiku. Aku terkejut bukan main.

Ternyata buah itu. Serupa benar dengan buah yang kami makan ketika itu. Kuambil buah itu dan kami memakannya lagi dan keterusan lagi.

*

Bermula dari kami, menyusul juga semua yang lain. Segala binatang melata dan burung di udara, semua jenis tanaman dan pepohonan di ladang ikut mencari kami sampai ke bumi. Terus juga ke ladang tumpangan kami di Pintubesi sekarang ini.

Kami tetap tak mau pulang ke ladang yang dulu lagi. Maka semua mereka pun tak berani pulang. Sebab semua mereka serta peristiwa apa pun, ada karena perutusan mencari dan memulangkan kami kepadanya lagi. Tak ada kepentingan lain kecuali mencari dan memulangkan kami ke ladang itu lagi.

Semua
Sebumi urung pulang
Kalau tak membawa serta kami

Hanya kaca
Mau bercermin
atau memecahkannya?

Dari ladang, 24 April 2020

Rabu, 21 April 2021

Ketika Kami Diam

Puisi Yerem B. Warat

Photo by Kính from Pexels



Api
di pendiangan
Mengumpulkan kami
Melingkarinya sambil bercengkerama
Satu sama lain

Ketika percikannya
Menjilat jenggot opung di sebelahku
Sependiangan beramai-ramai
Memadamkan bunga api di jenggot si opung 
dengan mengerahkan seribu satu
Mobil damkar

Sampai
Air pun habis sehabis-habisnya
Maka wajar saja
Bila giliran rumah tempat pendiangan itu yang terbakar hangus
Beserta penghuninya yang malas bergigi lagi

Siapa perduli
Pada kegelisahan mayat-mayat itu?

Damkar demimu saja
Begitu?

Perteguhen, 22 April 2021

Pemimpin

Puisi Yerem B. Warat

Tangkapan layar dari video yang beredar di Twitter



Toilet warga
Menampung semua sisa
Juga yang paling tak disukainya

Cuma seruas bambu
Menyalurkan penguapan ke atas
Agar tak tercemar hawa semesta
dan pengap panas
Di dalam

Setelah penuh penampungan
Ia menyedotnya tanpa siapa pun tahu
Didaur jadi kompos penyubur tanaman
Di ladang warga

Semua
Berebutan tomat
dan aneka sayuran segar

Pemimpin
Mendaur jijikan
Jadi kejaran kita

Itulah sebabnya
Ia turun lansung ke toilet warga
Siang itu

Perteguhen, 20 April 2021

Harimau

Puisi Yerem B. Warat

Photo by Antony Trivet from Pexels





Harimau
Merimba di tengah kota tak berhutan
Mengejar mencaplok ludes
Semua yang lain

Kecuali
Anaknya sendiri

Pantas dimpikan? 

Perteguhen, 22 April 2021

Kamis, 15 April 2021

Keputusan Langka Jokowi

Puisi Yerem B. Warat

Tangkapan YouTube Sekretariat Presiden



Kado 21 tahun otonomi Lembata

Setelah tahu
Bahwa Laiskodat sakit seluruh badannya
dan ban mobilnya keok
Dihajar kondisi jalan pantai selatan Lembata yang rusak parah

Jokowi
Presiden Republik Indonesia
yang menjelata itu

Turun
Mendadak
Jadi Bupati Lembata
Khusus memperbaiki jalan ke Lamalera
Sebab para Bupati kami yang belakangan ini
Belum juga tahu dari peta yang siang malam terpajang di kantornya

Bahwa
Lamalera itu
Masih di Pulau Lembata
Sebendera dengan Kedang dan Ile Ape
yang juga di Indonesia

Megaproyek penghamburan uang negara
Untuk Awololong dan Voli Pantai Mingar
yang tak jelas arah keberpihakannya pun
Mulai dipelototinya
Satu
1

Anjing
Anjing penjaga
Menggigil kedinginan
Di bawah tajam terik matanya

Ini
Baru Bupati Satulembata
Sekalipun sebagian dari kami
Tidak menyumbang suara untuk kemenangannya
Teriak seluruh ribu-ratu yang terlindas
Dendam laten
Selama ini

Ayam
Berkokok tiga kali
Kami pun bangun lagi dari ujung
Mimpi

Saja?


Dari Medan Jauh, 31 Agustus 2020




*) Akhirnya terjawab juga! Jumad, 09 April 2021 Jokowi turun juga jadi Bupati Lembata, walau beberapa saat saja. Terima kasih Bupati Satulembata, Ama Jokowi.

Selasa, 13 April 2021

Mengejar Jokowi

Puisi Yerem B. Warat

pos-kupang.com/ricko wawo




Membaca kunjungan Jokowi<6>

Di jalan rusak
Vidi mengejar Jokowi
Menyerahkan surat cinta

Cintanya
Akan rakyat yang tertindas
Akan bakau dan pandan yang tergusur
Akan Awololong pulau leluhur yang karam
Akan be-be-em yang mahal melangit
Akan jalan yang rusak parah
Tak terurus

Vidi
Anak ingusan
Nekad kuat perangi ketakutannya
Terhadap hadangan paspampres
demi rakyat

Di mana engkau
Wakil kami?

Dari Medan Jauh, 14 April 2021

Niat

Puisi Yerem B. Warat

Image by Rafael Zajczewski from Pixabay



Niat itu ruh
Mencari rupa pada kata tepat bernas
Masuk merasukinya hingga larut nyatu
Lalu pergi menemuimu

Kata
Terucap bibir
Pilihan ruh dalam dada
Kata tubuh niat tak bisa pisah
Oleh kebohongan sekalipun

Kata
Tubuh niat
Molek lusuh nurani

Dari ladang, 15 April 2021

Huruf

Puisi Yerem B. Warat

Image by DrSJS from Pixabay





Membaca kunjungan Jokowi<5>


Di medsos
Huruf-huruf bergigitan

Kertakan
Taring-taring mereka
Menggetarkan tanah tempat bermegah
Lontar-lontar bertumbangan
Batu gunung bergulingan
Menindih kami

Di medos
Huruf-huruf bergigitan
Darah mereka membanjir
Menyapu kampung-kampung kami

Kampung hilang
Sanak hilang, sendiri pun hilang
Mereka masih sibuk bergigitan

Merebut apa?

Vidi
Anak seumur jagung
berlari-lari mengejar Jokowi di jalan rusak
Cuma mau serahkan surat
akan kisruh di tanah kami
yang jadi debatan huruf-huruf itu

Tuhan
Kalau saja tak ada banjir
Kalau saja tak ada darah huruf-huruf itu
Kalau saja tak ada Vidi yang nekat
Kalau saja tak ada mayat menyayat hati
Kalau saja tak ada Jokowi

Bagaimana nasib
Satulembata?

Dari Medan Jauh, 14 April 2021

Senin, 12 April 2021

Aku Cuma Menulis

Puisi Yerem B. Warat

Photo by Aphiwat chuangchoem from Pexels






Aku
Cuma menulis
Sebagai rimis membasahi daunan padi
yang lama merunduk
Menanti air

Padi pun
Tegak kembali
Merentangkan tangan
Tanda syukur atas air itu tadi
Membiarkannya menguap pergi, mengembun
Untuk turun kembali
Bagi yang lain

Aku
Cuma menulis
Sebagai hujan jatuh ke atap lalang
Memandikan kanak-kanak
Di bawah ujung atap
Engkau menggigil
Kursimu basah
Kena tirisan

Hujan membasuh kursi
Supaya bersih
Seragam

Aku
Cuma mau
Menulis saja

Tak apa, kan?

Perteguhen, 13 April 2021

Sabtu, 10 April 2021

Menjahit Langit

Puisi Yerem B. Warat

Photo by Digital Buggu from Pexels




*
Setelah menebang pohon di tengah ladang itu dan mengulurkannya ke bumi untuk menanggai kami naik lagi, ia merapatkan sedikit langit yang robek itu agar tak takut kami menatap mata yang tak henti-hentinya mengejar kami dengan penantiannya itu. Ya, kami. Aku dan isteriku, yang bermarahan tuding-menuding karena ketahuan makan buah terlarang tadi. Buah dari pohon yang di tengah ladang itu.

Kami malu. Malu melihat ketelanjangan kami yang tak tertutupi lagi. Maka dengan sekuat tenaga kami merobek langit dengan taring kami berdua lalu keluar menyembunyikan diri di balik langit itu juga. Melalui pintu buatan itulah kami keluar.

Untung saja. Tak lupa kami membawa daun dari pohon itu sebagai kenangan terindah antara kami dan dia. Daun itulah yang menutupi aurat kami sekaligus penanda berakar dari buahnyalah kami terusir sendiri. 

*
Sambil menyenandungkan tembang kenangan yang itu-itu juga, ia menancapkan batang tebangannya tadi di bukit itu dengan ujungnya mencapai langit. Melalui batang itulah ia menanggai kami naik, kami dan seluruh keturunan kami, lengkap dengan anjing kesayangan serta tanaman-tanaman kami,  untuk menempati lagi ladang yang kami tinggalkan dulu. 
Batang itu menyambungkan bumi ke langit sambil ujungnya menjahit langit yang robek itu. Semua mengikutinya naik melalui tangga itu.

*
Berdiri di sini bagai berada di Babel sebelum runtuh, celetuk isteriku, sambil menepuk-nepuk tiang itu.

Pas di ujung celetukan itulah kami mendapatkan diri sudah dalam rangkulannya. Kami dan sesama kami segenap makluk sealam ini pun sesenggukan sejadi-jadinya dalam sarungnya:

Bapa
Aku telah bersdosa
Terhadap sorga dan terhadap Bapa
Tak layak lagi aku disebutkan anak Bapa lagi
Tapi upahanmu saja
ya, Bapaku

Lantas ia mengundang pesta raya. Pesta surga dunia, sebagai puncak perjamuan malam terakhir yang dulu itu. Kain kami dari daun yang sudah kelewat kusam dan compang-camping itu digantikannya dengan jubah terindah dan menghiasi kami dengan senyum paling dirindu. Ketampanan kami pun pulih lagi karenanya.

*
Tanpa disuruh, anjing kesayangan kami maju ke tengah pesta itu dan menari riang sekali diiringi orkestra jangkrik. Kesemarakan pesta itu bertambah-tambah seiring bertambahnya kedatangan tamu-tamu dari berbagai belahan dunia hingga ke gang-gang sempit.

Gang di mana kami menjepit perut sampai ke tulang sekadar menahan lapar di tengah terpaan wabah korona sekarang ini. Yang begini, demi menghindari kerumunan menuruti titah Jokowi sekaligus menyembunyikan kelaparan kami agar tak memalukan pemeras perut kami. Sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat selama ini.

Terong, padi, dan jagung serta tetanaman kami lainnya, yang sedari tadi jadi hiasan paling mencengangkan, semua serempak bermekaran. Aroma keharumannya memabukkan surga dan dunia. Sekat antara itu pun dirobohkan seketika itu juga.

Semua bertelanjang habis di pesta teragung pertama dan satu-satunya itu, mencontohi sang tuan pesta yang di salib itu. Mati telanjang demi daku. Gila karena cinta.

Pesta Penyelamatan Semesta Alam

Dari ladang, 23 April 2020

Jumat, 09 April 2021

Engkau Datang

Puisi Yerem B. Warat

Photo by João Jesus from Pexels





Membaca kunjungan Jokowi <3>


Engkau datang
Mencari dan menemukan kami
yang tak bernyawa lagi
Di bawah timbunan
Batu gunung

Tak terpecahkan

Palu
Di gudang kami jadi warisan paling antik
Tak untuk memecahkan batu itu
yang melindas kami
Selama ini

Kedatanganmu
Impian kami dan igauan kanak ramai
Siapa tahu tanganmu mustajab 
Memecahkan batu
Pelindas ini

dan kami bangun lagi

Mengejar
Ketertinggalan

Dari Medan Jauh, 10 April 2022

Kamis, 08 April 2021

Undangan Mayat

Puisi Yerem B. Warat

Photo by Steve Johnson from Pexels



Membaca kunjungan Jokowi


Kami
Ketujuh puluh enam mayat Ile Ape
Mengundangmu datang melayat kami 
dan bangkai satulembata ini, Tuan

Kaucium
Baunya maka kaudatang? 

Duduklah
Di atas sumber bau ini
Hirup dan dengarkan diam mendam mayat kami 
Sebab keluh-kesah selama bernyawa
Tak terhiraukan mereka-mereka ini
Daya upaya raga kami 
Tandas termakan
Nafsu

Duduklah 
Tanpa air mata dan kabung duka
Di atas mayat-mayat kami
yang begini ini

Percuma tangisi bangkai! 

Tangisi saja 
Dirimu telat ke mari
dan seluruh jajaranmu
Dari pusat sana sampai ke bawah-bawah sini

Yang berpura-pura 
Gugurkan air mata temani air matamu
Takut kena teguran kerasmu
dan bukan karena sayang sama korban
dan yang dikorbankan

Yang super sibuk 
Menambal jalan malam-malam 
Demi kunjunganmu

Tapi
Jalan kami hari-hari
Luka kami

Sabar 
Sedikit saja lagi
Sampai bencana baru lagi
Supaya penuh 

Terisi

Dari Medan Jauh, Jumad 09 April 2021

Jeritan Bangkai

Puisi Yerem B. Warat

https://fajar.co.id/




Badai angin
dan banjir bandang
Menyapu sampah-sampah
yang menumpuk menggunung

Lebih tinggi
dari Ile Lewotolok
Lebih ganas dari gelombang laut selatan

Tapi siapa sudi dengarkan keluhan kami?

Jakarta diam
Siapa pun diam
Sediam mayat-mayat kami
Menunggu sampai bila bencana baru
Tenggelamkan satu utuh Lembata ini
Biar puas buas gagak memangsa 
Bangkai kami

Itu sudah
Lagu lama, Kawan
Celetuk teman sebelah peti

Sebelum 
Kekenyangan
dan buncit meletus bersama
Ketamakan dibiar-biarkan dengan dalih apa pun
Kerakusan dirawat inap selama mungkin
Perampokan dilanggengkan
Sampai usus rakyat
Dilahap habis

Jakarta
Masih saja diam
Tercengang panjang
Menikmati betapa lahapnya
Gagak-gagak makani bangkai-bangkai kami

Apa 
Arti air mata
dan jaket merah berianmu? 

Sakit!
Jerit bangkai  

Siapa dengar

Dari Medan Jauh, 07 April 2021

Rabu, 07 April 2021

Sembunyi

Puisi Yerem B. Warat

https://coopsies.com/



Karena
Letih terus dikejar anak-anak kampung
Ayam itu pun mendapat akal
Untuk bersembunyi

Memang
Sedari tadi dia bersembunyi
dari semak ke semak, dari balik pohon yang satu
ke balik pohon yang lain
Tapi selalu saja
Ketahuan

Sadar
Bahwa tempat 
Bukan jaminan keamanan melainkan diri
Maka ia pun berembunyi
Dalam diri

Ia
Menutup mata
Memiringkan lehernya sedikit ke kiri
Lalu selinapkan kepalanya
Ke bawah sayap

Aman
Pikirnya
Karena dengan begitu
Ia telah sembunyikan muka
dari tandaan sesama dan para pengejar

Hidup
Sembunyikan muka di balik badan
Diri di balik kata

Dari ladang, 07 April 2020

Senin, 05 April 2021

Jalan

Puisi Yerem B. Warat


https://www.mediantt.com/




Ular
Meliuk
Mengelok
dari kota sampai ke kampung-kampung
Menelan habis aspal yang jauh datang dari Buton
Menyisahkan nganga tanah
yang siap menelanmu
Kapan saja

Ular
Kekenyangan
Tidur melulu tak peduli pada hujan pun panas
Tak kuat menyeret perutnya 
Jauhkan diri dari kejaran anak-anak kampung

Jhon
dan teman-teman
Membelah perut ular itu
Mengeluarkan aspal-aspal tak tercerna
Menambal jalan Belang-Belame-Boto

Jalan
Mengular
Tak putus-putus

Bila sampai selatan sana?

Dari Medan Jauh, 05 April 2021

Penerbitan Puisi Tematik

Komunitas Guru Menulis mengundang siapa saja yang ingin menerbitan puisi TEMATIK menjadi sebuah buku antologi puisi bersama dan diterbitkan oleh penerbit anggota IKAPI. Selain puisi tematik, juga diselenggarapan penerbitan puisi berbahasa Inggris dan Jawa.

Ada tema

  • RELIGI/KETUHANAN
  • CINTA
  • IBU
  • AYAH
  • ALAM
  • DERITA/KESEDIHAN
  • HARAPAN
  • [KRITIK] SOSIAL
  • [pe]LAUT
  • PUISI INGGRIS
  • PUISI JAWA


Kirimkan 1 puisi ke terbitkanbuku@gmail.com. 

Namai file: PUISI {TEMA} - Nama Penulis - Judul Puisi

Contoh penamaan file

  1. PUISI RELIGI - Kirjo Karsinadi - Tuhanku
  2. PUISI CINTA - Kirjo Karsinadi - Tuhanku
  3. PUISI IBU - Kirjo Karsinadi - Tuhanku
  4. PUISI AYAH - Kirjo Karsinadi - Tuhanku
  5. PUISI ALAM - Kirjo Karsinadi - Tuhanku
  6. PUISI DERITA - Kirjo Karsinadi - Tuhanku
  7. PUISI HARAPAN - Kirjo Karsinadi - Tuhanku
  8. PUISI SOSIAL - Kirjo Karsinadi - Tuhanku
  9. PUISI INGGRIS - Kirjo Karsinadi - Tuhanku
  10. PUISI JAWA - Kirjo Karsinadi - Tuhanku


Panjang puisi maksimal 40 baris, 300 kata.


Sertakan

  • foto KTP, 
  • foto wajah, 
  • deskripsi diri 70 kata, 
  • mengisi DATA PENULIS.


Puisi yang dinilai layak akan diterbitkan menjadi buku oleh penerbit anggota IKAPI.

Penerbitan ini GRATIS tetapi Anda boleh memesan bukunya ketika sudah jadi. Disediakan sertifikat secara GRATIS bagi yang memesan minimal 2 eks.

Jika tidak melakukan pemesanan buku 2 eks, Anda masih bisa memesan sertifikat dengan mengganti ongkos sebesar Rp10.000 ditambah dengan ongkos kirim.


Catatan
Urutan puisi menjadi wewenang penerbit sepenuhnya.