Proyek Penulisan dan Penerbitan Puisi Anak

Yuk nulis puisi untuk anak-anak kita.

Proyek Penulisan dan Penerbitan Cerpen

Terbitkan cerpen Anda jadi buku ber-ISBN

Proyek Penerbitan Cerpen Anak

Anak-anak pun perlu bacaan yang baik. Yuk nulis dan nerbitkan cerita pendek untuk anak.

Karyatunggalkan Puisimu!

Yuk terbitkan puisinya dalam buku karya tunggal

Terbitkan 5 Puisi

Punya 5 puisi? Yuk terbitin bareng-bareng jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 500 Puisi Akrostik

Terbitkan puisi akrostikmu jadi buku 500 AKROSTIK ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman Inspiratif Pendek Guru

Tuliskan pengalaman inspiratif Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman LUCU Guru

Tuliskan pengalaman LUCU Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan best practices Anda jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan artikel pendidikan Anda jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 5000 Pantun Pendidikan

Terbitkan pantun pendidikan dalam 5000 PANTUN PENDIDIKAN

Sabtu, 14 November 2020

Dalam Dekap Santo Fransiskus: Kumpulan Puisi Guru SMP Maria Mediatrix Semarang





Kode: 0120044
Judul: Dalam Dekap Santo Fransiskus: Kumpulan Puisi Guru SMP Maria Mediatrix Semarang
ISBN: 978-623-7421-32-0
Terbit: 05-Nov-20
Tebal: 104 (viii+96)
Ukuran: 14.5x21 cm
Harga: Rp50.000,00

Buku ini dicetak sesuai pesanan. Pesan 1 eksemplar pun akan kami layani. Untuk memesan buku ini, silakan hubungi yedijanusantara@gmail.com atau melalui pesan WhatsApp dan sampaikan Nama Pemesan serta alamat lengkap (dengan menyebut nama kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, serta kode pos)


Kata Kunci: puisi, guru SMP Maria Mediatrix Semarang, karya guru, puisi guru, puisi pilihan guru, 

Deskripsi
Sebuah perasaan sudah semestinya dituangkan, bukan hanya dipendam, yang pada akhirnya bisa menyesakkan dada. Demikian pula yang terjadi pada para guru di SMP Maria Mediatrix Semarang. Di tengah-tengah tugas yang menumpuk dengan menyiapkan administrasi, menyusun materi, menyiapkan media pembelajaran, serta menyiapkan PPDB (penerimaan peserta didik baru), para guru tersebut mampu mengolah rasa, mengungkapkan kegundahan dalam bait-bait puisi.
Suatu pelepasan emosi di tengah masa pandemi sedikit banyak mengurai kesibukan dalam berjibaku dengan laptop, komputer, handphone, daring, luring, virtual, serta vicon (video conference) selama Pembelajaran Jarak Jauh. Kelegaan emosional yang sarat makna mampu menebarkan pesona lain dari sisi yang berbeda.
Ternyata jerat kesibukan tak mampu membendung hasrat dalam mengolah kata-kata bermakna. Dengan penuh perjuangan, akhirnya terkumpullah karya-karya para guru SMP Maria Mediatrix ini dalam sebuah buku yang dipersembahkan untuk memperingati Hari Guru Nasional.

Daftar Penulsi dan Puisinya:
Mereka Telah Diserahkan pada Kita 
Dalam Dekap Santo Fransiskus 
Perpisahan 
Surat untuk Ibu 
Mencari Jejak Kunang-Kunang 
Melepas Kata 
Kebaikan Tuhan
Episode Waktu Kita
Sahaja
Aku Melepasmu
Di Bawah Bayang-bayang Corona
Rekonsiliasi
Nestapa di Cerucup Jarum Malam
Menuju ke Titik Nol
Ikhtiar
Dorothea yang Bermata Bening
Negeri Pilihan Batara

Cerita Cinta 
Wabah 
Namamu Cantik

Seandainya
Bayangan
Tembang Rindu
Ilalang
Meragu

Reformasi Bantal
Darah di Jalan Aspal
Pesan untuk Anak-anak yang Luar Biasa ...
Di Ujung Malam Engkau Menunggu ... 
Suatu Pagi di Taman Kota
Rindu
Mitoni ...

Terima Kasih untuk Cinta-Mu

Deburan Gelora Penjaga Tol Langit
Tak Pernah Berhenti
Melodi Dawai Rasa Virtual

Lengang
Ruang Sunyi
Terima Kasih Bunda

Terbayang Anakku

Rindu

Anak-anak Masa Depan
Roman dan Misi

Kini …
Baru Kali Ini …

Diam

Pahlawan Hidupku

Ibuku 

C-19
E.N
RW

Untuk Ayah Bundaku

Aku dan Kamu
Rumah

Kepada Angin
Pandemi
Bumiku Menangis
Dari Lidah

Corona

Sumarah
Prasetyaku
Panguripan

Seperempat Abad Melangkah

Setangkup Puisi Pandemi Bumi Serambi: Kumpulan Puisi Forum Penulis Kemenag Aceh Timur




 



Kode: 0120045
Judul: Setangkup Puisi Pandemi Bumi Serambi: Kumpulan Puisi Forum Penulis Kemenag Aceh Timur 
Penulis: Agussalim, S.Pd.I., Dinar Puspita Ayu, S.Pd.I., Dwi Ermayanti, S.Pd., Evi Susilawati, S.Pd, M.Pd., Herdiansah, S.Pd., Gr., Ita Khairani, S.Pd.I., M.Pd., M. Iwan Kurniawan, S.Pd., Miftahul Jannah, S.Pd., Nuraini, S.Ag., Putriana, S.Pd., Retno Purwaningsih, S.Pd.Gr., Sitti Rahmah, S.Pd.I., Syarifuddin S. Malem, S.Pd.I., Yuliati, S.Pd.Gr., Zully Hijah Yanti AD, S.Pd., Gr.
ISBN: 978-623-7421-33-7
Terbit: 15-Nov 2020
Tebal: 202 (xvi+186) halaman
Ukuran: 14.5x21 cm
Harga: Rp60.000,00

Buku ini dicetak sesuai pesanan. Pesan 1 eksemplar pun akan kami layani. Untuk memesan buku ini, silakan hubungi yedijanusantara@gmail.com atau melalui pesan WhatsApp dan sampaikan Nama Pemesan serta alamat lengkap (dengan menyebut nama kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, serta kode pos)


Deskripsi
Setangkup Puisi Pandemi Bumi Serambi, Kumpulan Puisi Forum Penulis Kemenag Aceh Timur ini adalah buku pertama dari Forum Penulis Kemenag Aceh Timur (FPeKAT). Memilih jalan menulis adalah memilih merekam perjalanan jiwa diri dan menyentuh jiwa orang lain dengan cara yang komplet. Dengan semangat itu pula forum ini terbentuk pada Juni 2019. Antologi puisi ini juga merupakan rekaman perjalanan jiwa dan raga para penulis selama melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam masa pandemi.


Daftar Tulisan
  • Kata Pengantar oleh H. Syarifuddin S. Malem, S.Pd.I, Ketua Forum Penulis Kemenag Aceh Timur (FPeKAT)
  • Prolog oleh H. Salman, S.Pd. M,Ag, Ka. Kemenag Aceh Timur

Penyair dan Puisinya
Agussalim, S.Pd.I.
  • Duka Corona
  • Peringatan
  • Virus Dahsyat
  • Karenamu Corona
  • Rindu
  • Kenangan
  • Sejak Engkau Datang
  • Senjata Tak Berpeluru
  • Selamat Jalan
  • Terima Kasih

Dinar Puspita Ayu, S.Pd.I.
  • Si Mungil
  • Tak Kasatmata
  • Aku Tahu
  • Pendar Lara
  • Corona
  • Harap Kami
  • Pahlawan Tanpa Suara
  • Namaku Corona
  • NKCTHI
  • Karena Ilahi

Dwi Ermayanti, S.Pd.
  • Senja di Batas Kota
  • Lelaki di Ujung Jalan
  • Mereka yang Dirindukan
  • Goresan Angka
  • Senyuman yang Tak Luput
  • Tanah Serambi Mekkah
  • Kisah Luka Pengajar
  • Narasi Selamanya
  • Angka Mati
  • Suara Hati yang Berbisik

Evi Susilawati, S.Pd, M.Pd.
  • Curhat Siswaku
  • Pandemi
  • Dadaku Sesak
  • Kak Nun
  • Belajar Kami Masa Pandemi
  • Lockdown Berujung Bahagia
  • Ibu
  • Kecewa
  • Mengalah
  • Hujan Hari Ini

Herdiansah, S.Pd., Gr.
  • Tak Kentara, Tak Kasatmata
  • Bukan Tatap Muka
  • Kusebut Kau Kenangan
  • Segeralah Berlalu
  • Pandemi
  • Doa dan Harapan
  • Pandemi Corona
  • Membaca Tanda
  • Serba Sedikit
  • Rinduku Sendu

Ita Khairani, S.Pd.I., M.Pd.
  • Makhluk Kecil Itu
  • Dialektika Masa
  • Corona
  • Pandemi
  • Lelah
  • Perjuangan
  • Resah
  • Terluka
  • Perihnya Penantian
  • Hampa

Miftahul Jannah, S.Pd.
  • Bak Bala Tentara
  • Kejam
  • Lamunan Cinta
  • Kini Kumengerti
  • Pengecut
  • Pergilah
  • Rindukan Kasih
  • Sulit ‘Tuk Dimengerti
  • Ukiran Luka Cinta
  • Virus Corona

M. Iwan Kurniawan, S.Pd.
  • Potret Bumi
  • Reuni Kematian
  • Evolusi Kelas
  • Mendobrak Tanggung Jawab
  • Janji Sepertiga Malam
  • Selamat Datang di Kehidupan Normal Baru
  • Merdeka dari Bencana
  • Guru Tragedi
  • Wabah Pasti Berlalu
  • Guru dan Rindu

Nuraini. S.Ag.
  • Lockdown
  • Enyahlah dari Bumi Pertiwi
  • Rindu Sekolah
  • Madrasahku
  • Internet Gratis
  • Kun Fa Yakụn
  • Pahlawan Kemanusiaan
  • Rencana Allah
  • Covid-19
  • Tak Selalu Suram

Putriana, S.Pd.
  • Bunda
  • Corona
  • Gelap Terbitlah Terang
  • Buih di Dalam Kegelapan
  • Bisikan Kehidupan
  • Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
  • Kabut Duka Menghilang
  • Perjalanan Masa
  • Tempias Lara
  • Di Balik Senja yang Menghilang

Retno Purwaningsih, S.Pd.Gr.
  • Malam Lebaran
  • Warita Kerinduan Widyaiswara
  • Ingin Pulang
  • Kepada Dokter dan Seluruh Tenaga Medis yang Gugur
  • Kepada Tuan
  • Renjana Temu
  • Penggali Makam
  • Lokawigna
  • Petani di Masa Pandemi
  • Covid Musnah

Sitti Rahmah, S.Pd.I.
  • Kenapa Kau Hadir
  • Pergilah Corona
  • Mengapa Kau Datang
  • Aku Cinta Profesiku
  • Hati yang Sepi
  • Masker yang Hilang
  • Dulu Tidak Biasa Jadi Kebiasaan
  • Pantang Menyerah
  • Rindu Kedamaian
  • Rindu Muridku

Syarifuddin S. Malem, S.Pd.I.
  • Aku Takut
  • Di Balik Masker Biru
  • Cukup Hari Ini Saja
  • Sabar dan Doa
  • Virus Corona, Pergilah
  • Medan
  • Muhammad Telah Menuntunmu
  • Pulang
  • Cita-citaku Retak
  • Silaturahmi Masa Pandemi

Yuliati
  • Memahami
  • Terkekang
  • Kembalilah
  • Semua Berubah
  • Kau Tak Dinanti
  • Waspada
  • Kami Rindu
  • Tak Seperti Biasa
  • Perjuangan
  • Hati yang Risau

Zully Hijah Yanti AD, S.Pd., Gr.
  • Abad Sunyi
  • Aku Menemuimu di Layar Ponsel
  • Menjaga Jarak
  • Mengusir Demam
  • Di Ruang ICU
  • Seperti Berhenti
  • Tentang Waktu
  • Penggali Kubur
  • Belajar Daring
  • Buat Madah Kelana: Anakku

Kamis, 05 November 2020

Erlin Hadjon, S.Kep.Ns.

 


Penulis bernama lengkap Bernadete Lina Hadjon, S.Kep.Ns., merupakan putri kelahiran Hokeng-Flores Timur, 16 September 1983. Kini ia bekerja sebagai perawat tenaga kesehatan Insenda (insentif daerah) pada Puskesmas Hewokloang, Maumere, Kabupaten Sikka.

Buku berjudul “Melangkah Maju Menebar Kasih Perjuangan: Sahabat Sehat dalam Jejak Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Hewokloang” ini adalah buku perdananya yang disusun penulis karena tergugah oleh Sahabat Sehat.

“Ternyata menulis itu mudah. Kita bisa menulis, tidak seperti yang disangkakan orang. Asal ada niat, kemauan, dan kerja keras,” ungkap penulis.


Karya

Melangkah Maju Menebar Kasih, Perjuangan Sahabat Sehat dalam Jejak Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Hewokloang

Melangkah Maju Menebar Kasih, Perjuangan Sahabat Sehat dalam Jejak Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Hewokloang



 

Kode: 0210003
Judul: Melangkah Maju Menebar Kasih, Perjuangan Sahabat Sehat dalam Jejak Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Hewokloang
ISBN: 978-623-7421-31-3
Terbit: 05-Nov-20
Tebal: 98 (xiv+84) halaman
Ukuran: 13x19  cm
Harga: Rp45.000 


Buku ini dicetak sesuai pesanan. Pesan 1 eksemplar pun akan kami layani. Untuk memesan buku ini, silakan hubungi yedijanusantara@gmail.com atau melalui pesan WhatsApp dan sampaikan Nama Pemesan serta alamat lengkap (dengan menyebut nama kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, serta kode pos)

Deskripsi:
Sebuah kisah suka dan duka hidup sebagai seorang tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas mulia dengan hati nan ikhlas tanpa mengeluh, tanpa ini dan itu, tanpa henti memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat, khususnya di Kecamatan Hewokloang tercinta, yang berjuang bersama melayani masyarakat serta mendengar dengan cermat keluhan mereka. Sahabat Sehat adalah suatu awal pembelajaran tentang kehidupan menuju masyarakat sehat. Semua itu dilakukan oleh semua tenaga kesehatan Puskesmas Hewokloang agar bisa melangkah menggapai kebahagiaan masyarakat yang terbentang jauh di ujung harapan.

Daftar isi:
Persembahan
Syukur dan Terima Kasih
Kata Pengantar 
Daftar Isi
Kesuksesan dalam Sebuah Proses Terbentuknya Sahabat Sehat Puskesmas Hewokloang
Perintis Sahabat Sehat
Kepala Tata Usaha (TU) Puskesmas Hewokloang
Pendukung-pendukung Terbentuknya Sahabat Sehat Lintas Sektor Kecamatan Hewokloang
Bangga dan Bersyukur Menjadi Perawat Kesehatan
Perwakilan Para Perawat Puskesmas Hewokloang
Perjuangan Tenaga Kesehatan Puskesmas Hewokloang.
Sahabat Sehat dalam Pelayanan Pasien Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Wilayah Desa Heopuat
Aku Harus Kuat
Bersatu Hati Mencari Solusi
Sahabat Sehat dalam Pelayanan Kunjungan Rumah
Sahabat Sehat dalam Pelayanan Kerja Sama dengan Desa
Sahabat Sehat Puskesmas Hewokloang Desa Baomekot dalam Pelayanan Kerja Sama dengan Desa
Koordinator Wilayah Sahabat Sehat Wolomapa 
Sahabat Sehat Desa Rubit
Sahabat Sehat Puskesmas Hewokloang di Desa Hewokloang dalam Pelayanan Kerja Sama dengan Desa
Tenaga Kesehatan sebagai Sahabat Sehat Hadir Saat Sahabat Binaannya Mengalami Kedukaan
Tenaga Kesehatan Puskesmas Hewokloang Selalu Bekerja Profesional dalam Tugas dan Selalu Melayani dengan Hati untuk Masyarakat Hewokloang Sehat
Menghadapi Virus Corona Nakes Puskesmas Hewokloang Gencar Edukasi Agar Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat
Kebersamaan dalam Suka dan Duka
Kepala Puskesmas Selaku Penanggung Jawab Nomor Satu
Sahabat Sehat Puskesmas Ikut Berpartisipasi dalam HUT Kenegaraan
Sahabat Sehat Tampil Berbusana Adat
Koordinator Wilayah Sahabat Sehat (Korwil) untuk Ketujuh Desa di Wilayah Kecamatan Hewokloang
Doa Berkat dan Roh Perpecahan dalam Bekerja
Riwayat Penulis

Selasa, 15 September 2020

Data Penabung Naskah

Sabtu, 12 September 2020

Aku ingin menyimpannya sendiri

Puisi Lodevika Endang Sulastri



Aku ingin menyimpannya sendiri.
Sembari memilah puzle-puzle usang.
Kisah-kisah bodoh yang melukai
Kutepikan agar ku tak tersandung lagi
Atau setusuk duri menikam di kaki.

Aku ingin menyimpannya sendiri.
Aku benar-benar ingin menghindari
Dan melampaui konfrontasi
Yang membuat jiwa terluka
Lebih baik pergi dan tak usah dengar lagi.

Aku ingin menyimpannya sendiri.
Aku bukan orang yang intim bergibah,
Lebih baik tersenyum sendiri menepis
Segala suara-suara tak berarti
Tapi bisa membunuh mood pagi ini.

Aku ingin menyimpannya sendiri
Dan nanti bila aku telah letih
Kuletakkan di bawah salib-Mu, Tuhan
Sebagai persembahan bagi-Mu
Bak dadu yang tak pernah selesai.

Aku ingin menyimpannya sendiri
Dan membakar semua cerita bodoh
Yang tak tahu siapa pengarangnya
Abunya kan kujadikan pupuk
Bagi serangkai melati ... wangi
Yang tumbuh di tepi pagar rumah kami.

Aku ingin menyimpannya sendiri
Berembus angin pagi
Mengantar wewangiannya menggugah pagi
Kutatap kisah-kisah bodoh
Yang terbawa angin entah terbang ke mana

Aku ingin menyimpannya sendiri
Apakah itu fitnah atau gibah
Yang berembus melanda tubuhku
Yang nyaris oleng tapi masih tertegak
Di depan rumah sunyi sembari menanti

Aku ingin menyimpannya sendiri
Wahai fitnah atau gibah
Yang tak pernah membawa warna cinta
Kuletakkan seluruh bagianmu di Salib-Nya
Biarlah Dia yang menyelesaikan

Aku ingin menyimpannya sendiri





Photo by Mati Mango from Pexels

Minggu, 06 September 2020

Sunyiku, sunyi-Nya



Malam makin larut ...
Gelap tlah lama turun ke bumi,
Hendak sampaikan pesan
Bahwa panorama tlah berganti.

Sunyinya malam ini seperti menemani
Sesunyinya hati ini dalam tenang
Sunyi yang digenggam
Sunyi yang membuka panca indra makin terang

Sunyi jelang kesadaran batin
Sunyinya sesunyi jiwa yang merindu
Datangnya Dia yang hanya hadir
Dalam sunyiku
Sunyi sesunyinya


Palembang, 6 sept 2020,22:28

Photo by Engin Akyurt from Pexels


Jumat, 04 September 2020

Hujankan bumiku Tuhan



Tetes air hujan jatuh ke bumi
Di senja yang baru saja menjelang
Terduduk aku di tepi jendela
Menatap titik hujan yang terjatuh
Sedap menguar aroma tanah
tertimpa air dari langit.

Air mata bidadari jatuh
Kata ibuku dulu
Untuk menyuburkan tanah ladang
Petani senang sesaat hujan datang

Wahai hujan
Turunlah lebih lama
Barang satu jam saja di bumiku kerontang
Kunikmati datangmu bak nanti pangeran
Sesaat aku memandang langit
Terima kasih, Tuhan, Kau basahi bumi kami
Berikan sejuk di bumi kering ini.

Walau hanya sekejap hujan datang
Aku tetap duduk di tepian jendela
Menantikan kembalinya
Agar bumiku sejuk, cerahkan warna langit

Terima kasih, Tuhan
Apakah Kau sudah jauh berjalan
Melihat tingkah kami di bumi?
Berharap nantikan mukjizat-Mu datang?

Pujian kuhunjukkan pada-Mu
Engkau yang penuh kuasa
Berbelaskasihan kepada kami kaum papa
Anak sahaya-Mu yang menderita

Air tak lagi cukup bagi bumi kami.
Kini ... Kau datangkan hujan-Mu
Tuk segarkan bumi kami.
Semoga tetumbuhan pun tersapa
air sejuk-Mu menyentuh dedaunan
Dan beri kehidupan bagi kami
Manusia tak tahu diri.


Palembang, 4 September 2020, 17:41

Rabu, 02 September 2020

Kisah dompet di hari Rabu

Puisi Lodevika Endang Sulastri

Photo by cottonbro from Pexels



Pagi yang cerah,
Terduduk di sadel motorku,
Kucangklong tas punggung seraya
Menikmati udara pagi nan sejuk
Motorku terbang menembus jalanan
kota Palembang mulai hangat

Kutatap jalanan sembari berharap
Hari ini kudapat selesaikan tugas
Apa daya ...
Setengah jalan hari, tergagap aku
Sesaat hendak bayar parkir motorku
Dompetku raib tak pamit.

Pucat seketika menyapa hati
Serasa pagi tadi aku masih menyentuhnya.
Kumasukkan uang kelebihan belanja,
Aku tergagap di depan tukang parkir.
Seujung kata maaf tak sanggup membayar

Tukang parkir mafhum
Tetapi hatiku berontak
Ke manakah gerangan dompet di saku
Sebelum berangkat aku menyentuhnya

Aku terguguk bukan apa
Mengurus surat-surat hilang itulah
Yang enggan kuterjang
Ya Tuhan, apakah gerangan salahku?

Aku masih terduduk mengerang
Teringat suasana pagiku di rumah
Sebelum berangkat aku menyentuhnya.

Sekejap aku berlari ke pos polisi
Melapor apa kejadian hari
Sembari setengah hati aku mengiklas
Apa yang telah raib di depan mata.

Setengah empat sore aku terduduk
Setelah usai blokir ATM bank sana-sini
Aku merebah sembari pikiran berlari
Setengah hati lainnya mengejar mimpi
Andai dompet kembali
Tak susah hati daku kini.

Dering telepon genggam menggugah hati
Dengan enggan kujawab
"Selamat sore ..."
Di seberang, suara kecil pegawai
Pagi tadi harus kusambangi
Menyapa dengan suara minta maaf
Menemukan dompetku tercecer di parkiran

Tersentak aku
seolah Tuhan menyapa
Jangan khawatir ... masih ada orang jujur
Di muka bumi titipan Sang Ilahi.

Puji syukur aku mendoa
Terima kasih tak terbilang pada Sang Dewa
Yang terus mengawas tingkahku
Karna tak pernah sempurna.

Terima kasih Tuhan
Pelajaran kejujuran hari ini
Menyapaku yang sungguh tak mengerti
Seluruh perjalanan yang harus kulewati.

Terima kasih Tuhan.


Palembang, 2 sept 2020, 19:36






Sabtu, 29 Agustus 2020

Nikmat Minggu pagi

Puisi Lodevika Endang Sulastri


Photo by Misael Silvera from Pexels

Mentari jatuh ke bumi dengan sengatnya 
Memberi suasana hangat
Di Minggu pagiku.
Masih kutatap terang lewat kaca jendela
Songsong Minggu dengan harapan

Hening suasana di jam sepuluh.
Antara sengat mentari dan kadang meredup ... membawa sepoi angin 
Menerpa raga yang baru selesaikan
Tugas Minggu dalam hening nyata.

Kunikmati, seperti mencecap anggur murni
Hanya sesekali suara motor lewati
Depan rumah sembari lambaikan hati
Tersenyum padaku penuh arti 
terduduk di rotan bulat.

Kusesap kopi seteguk tinggal ampasnya
Suasana inilah yang selalu kurindui
Setelah sepekan berlari dengan tugas 
seperti mengejar hari.
Terhenti di Minggu pagi dalam sunyi
Hingga ku kembali menyusuri hening pagi

Wahai mentariku
Datanglah ... ke bumi lebih pagi
Agar seluruh cucianku sepekan ini
Mengering dan aku bisa merapikan
Dengan seterika kesayangan

Dan Senin pagiku ... datang
Untuk membuka pekan kerjaku
Lebih semangat mengisi hari
Untuk persembahanku bagi ibu pertiwi.
Dan Sang Dewa pun pasti tersenyum
Melihat dunia sudah bergerak kembali.


Palembang, 30 agustus 2020, 09:58

Corona mahkota tak diminta



Photo by Edward Jenner from Pexels

Jeda corona memang nyata
Membuat manusia terhenti di kerja
Dan sunyi dunia bak kematian
Hanya satu dua manusia bergerak nyata

Mengapa di saat gadget sedang merata
Menghantui dunia, kau datang, corona
Lihatlah kanak-kanak hanya terlihat
Duduk di rumah menggerakkan jarinya

Sekolah terhenti bagi yang muda
Karya tak lagi nyata, pengangguran merebak
Kini orang mulai kembali ke dapurnya
Apa yang bisa dikerjakan sebatas pengganti biaya

Oh alangkah pedihnya
Manusia terduduk tak banyak kata
Jadi alasan karena corona tak pergi jua
Nestapa berapa tahun lagi kami kan jalani
Kemakmuran baru kami nikmati
Lenyap bagai air hujan terserap tanah

Corona ... oh corona ...
Pulanglah ke negeri asalmu
Yang entah di mana negri antah-berantah. 
Kami ingin segera jumpa dan bercanda
Dengan saudara, keluarga juga sahabat dan kerabat


Pisungsung minggu sederhana


Pagi merekah sejuk mengelus raga
Lilin menyala pertanda doa
Mohonkan berkat-Nya
Untuk kehidupan hari ini

Kicau burung membuka matahati,
Mazmur terbawa angin pagi-Nya
Syukur kupanjatkan di hadirat Dewa
Sang Mahaperkasa Penyelenggara dunia
Harum aroma lilin menyala
Mengabarkan sukacita warna hari

Minggu yang sederhana
Hari istirahat bagi raga,
Agar batin berbicara lebih nyata
Dalam renungan di nada pagiNya

Terima kasih Dewa Perkasa,
Masih Kauberi kami napas panjang-Mu
Agar kami isi hari hari kami
Dengan sukacita warna Injil

Syukur sujudku bagi Dewa Perkasa
Telah kujalani hari hari sepekan raya
Sebagai janji bhakti hamba

Mengisi dunia dengan nada ceria
Menerima duka sebagai timbangan dunia
Kerna Kau beri kami kekuatan
Untuk mengolah ladang kehidupan

Syukur sujudku kupersembahkan
Di pagi suci minggu sederhana
Pisungsung nyata bagi Sang Dewa

Palembang, 30 Agustus 20202:07:21








Kupandang Sakramen MahaKudus

Kupandang Sakramen Maha Kudus
Di diamku ... ada banyak kisah ...
Seolah dalam sembah sujudku
Seperti sebuah buku yang terbuka
Dan aku hanya bisa memandang-Nya
Sambil mengelu ...
Kupersembahkan semua bagi-Mu

Kisah hari-hariku ...
Percikan emosi datar wajahku,
Gejolak hati yang membara
Semangat dan keputusasaanku,
Ketidakmengertianku akan rencana-Mu
Sekarang ... kuletakkan di sini Tuhan
Biar selesai ... di sinilah.

Kupandang Roti Suci
Gambaran makanan kami sedunia
Yang bisa terbagi dengan rata
Dan bisa dinikmati oleh semua
Yang memberi energi baruku
Dan juga semua yang mengingat pengorbanan-Mu Tuhan
Yang karna Cinta sehabis-habisnya
Kuletakkan beban dan kegembiraan
Sukacita dan dukacitaku ... dalam hening-Mu

Hanya Engkau yang tahu
Hanya Engkau yang menyembuhkan
Hanya Engkau yang memberi kekuatan
Dalam kasih setia-Mu
Aku kembali memandang Roti yang terbagi

Kupandang Sakramen Maha Kudus
Tempat jiwa-jiwa lara ... dan belum selesai
Berlabuh memohon kerahiman Bapa
Ya Tuhan, aku mengingat mereka

Satu per satu ... para leluhurku ...
semua saudara yang berpulang
berilah Damai-Mu
Kupandang Sakramen MahaKudus.


Palembang, 29 Agustus 2020,






Betapa sedapnya Tuhan

Puisi Lodevika Endang Sulastri


People photo created by jcomp - www.freepik.com


Senja merayap, aroma malam mengudara
Semerbak wangi seperti ingin sampaikan
Keringat siang telah mereda
Kerna Sang Maharaja Terang
Kembali ke peraduannya
Kini hening ... hadir ... dalam temaramnya

Suara cicak berirama meningkahi
Aku menatap dengan tenang
Bacàan renungan malam ini
"Kecaplah betapa sedapnya Tuhan"
Sperti ingin mengatakan

Datang, datanglah, 
Makanlah dan minumlah
Sajian bagimu ...
Karna Tuhan bersukacita
Kau datang dalam hadirat-Nya

Dalam sendiri ...
Di bilikmu ...
Yang sunyi ...
Dengarkanlah Dia.


Palembang, sesunyinya,
akhir Agustus 2020


Sabtu, 15 Agustus 2020

Aku dan Sepasang Mata

oleh Lusia Yuli Hastiti


Photo by Lusia Yuli Hastiti




aku tidak ingat sedang berada di mana
mungkin sedang berada di lorong-lorong sempit
dalam gerak pemikiranku sendiri

aku bertanya lagi sedang berada di mana
merenung di hamparan padang nista barangkali
terlena dengan pertemuan mata itu
yang sekarang hendak pergi ke tempat jauh
memetik buah-buah kasih dari surga

aku bertanya lagi sedang berada di mana
ketika aku serasa diayun buaian leka
dari kerisauan-kerisauan yang tak sepantasnya

aku bertanya lagi sedang berada di mana
saat aku terjebak kuat hanya mampu
merekam satu nama di ruang benakku

ini bukan tentang sepasang mata
yang hendak pergi dan tak kembali
ini tentang kenistaanku yang tak semestinya dengan sepasang mata itu.

Lampung Timur, 15 Agustus 2016

Puisi diambil dari Kumpulan Puisi Juni 2019
#Puncak Keni    kmatan#Halaman 46


Minggu, 09 Agustus 2020

Selembar doa mengudara

Puisi Lodevika Endang Sulastri


Image by Gordon Johnson from Pixabay


Selembar doa mengudara,
Lewat sebuah kisah
Kala sang murid tergoda bertanya
Pada Sang Guru yang dikasihinya.

Hari ini Sabda mengurungku dalam tanya
Kala sang murid melihat Guru
Berjalan di atas air dengan fantastik.
Segenap mata berkelebat tanya.

Tetapi suara tenang Sang Guru
Menghentikan kepanikan mereka..
Teguhkan hatimu! Ini Aku ... jangan takut.

Sang murid pemberani bertanya:
Jikalau itu Engkau Guru,
suruhlah aku datang.

Selembar doa mengudara,
Kala mata hati terbuka
Oleh pengalaman iman.
Indahnya pengharapan dan anugrah.

Selembar doa mengudara,
Terhenti di bawah takhta-Nya,
Mukjizat nyata di manapun berada
Saat iman hadir di sana.

Percaya ...
Hanya percaya dan serahkan pada-Nya
Kuasa-Nya hadir dalam semesta
Mengapa aku masih juga tergoda
Untuk mempertanyakan-Nya.

Hanya pisungsung hatì yang diterima
Hati yang berserah ... pada Sang Dewa.
Maka Yang Ilahi menguasai hidup
Karena kita berharga di mata-Nya


Palembang, 9 Agustus 2020, 20:46




Sepercik cinta segenggam dendam

Puisi Lodevika Endang Sulastri


Photo by Nikolas Resende from Pexels



Kidung senja merambah udara
Menyenandungkan kisah seorang lelaki muda
Yang terhentak raga karna salah tutur kata,
Seorang gadis membuatnya terduduk
Tak mampu gerakkan tubuhnya

Sepercik cinta segenggam dendam

Dari jauh kulihat deritamu,
Luka cinta percikkan dendam kesumat,
Menghancurkan raga yang kaukasihi
Tiada lagikah jalan bagimu?

Sepercik cinta segenggam dendam

Oh manusia, mengapa pendek pikirmu
Kobaran emosi luluh lantakkan kekasih jiwa
Lihat kumbangmu terkapar tak berdaya
Mengapa hanya sebatas mata
Kaulihat harumnya cintamu.

Sepercik cinta segenggam dendam

Apakah yang membuatmu kerasukan?
Mengapakah hanya sebatas raga kau melihatnya
Tinggikan budi dendangkan mazmur Cinta
Bagi Tuhan, supaya lukamu disembuhkan
Tak harus dengan panah beracun kaukirimkan
Segenggam cintamu yang tlah terpadam

Sepercik cinta segenggam dendam

Akankah dendam lebih kuat dari cintamu?
Bawalah bayangnya dalam doamu
Kidungkan ayat-ayat cintamu
Dengan sepercik pengorbananmu
Agar cinta berbalas mesra.


Palembang, 9 Agustus 2020, 20:31



Kamis, 06 Agustus 2020

Cita-Cita

oleh Lusia Yuli Hastiti
Photo by Pexels.com




sebelum tidur
aku suka menatap
langit-langit kamar
tentu saja bukan biru
tapi berlatar putih bersih
di sana terdapat mimpiku
tak kugantung di tingginya
langit karena bisa jauh kuraih

pada langit kamar yang kukenal
kutitipkan angan-angan
kugambar pola cita melalui khayal
lewat keyakinan,
kuharap aku bisa mewujudkan
segala peristiwa kuserahkan
kepada kemungkinan
walaupun pengetahuan itu bersifat
dugaan dan perhitungan

Lampung Timur, 5 Agustus 2018

#A Poem A Day

Tersenyumlah untuk merdeka

Puisi Lodevika Endang Sulastri


Siang benderang
Sepasang tangan dengan ulet mengikatkan
Tali temali bendera plastik merah putih
Mengibar di tepian koridor sekolah
Menanda masih ada penghuni bergerak
Meski corona tak jua sepenuh hati pergi.

Tak gentar dengan sunyinya sekolah
Hanya angin siang berembus mengabarkan
Bahwa dinding-dinding sekolah berdiri
Dengan gagah menantikan kerumunannya

Anak anak remaja membawa tas punggung
Memasuki gerbangnya dengan ceria
Sambil berceloteh pun terdengar gelak tawa
Duh ... rindunya kami para guru melihatnya.

Namun, kini di sini ...
Kami sedang berdaring ria
Dengan segudang ilmu seperri biasa
Mengajar di kelas sunyi, siswa nun jauh
Entah sedang bagaimana mereka di rumah

Mungkin maknya berteriak menghalau
Dapur kesayangan yang kini penuh keramaian
Atau melotot garang melihat anandanya
Masih bergulingan belum juga beranjak
Dari pembaringan yang sudah kusut
Kerna ulah anaknya tidur semalaman
Tak jua tenang ...

Oh siang benderang, senyapkan hati
Ke mana nian para muridku kini ...
Mengapakah lama pandemi menghampiri
Seolah kerasan dengan suasana kami.

Kulihat bendera dan umbul telah tegak
Dipasang para guru muda seraya tertawa
Dan menanya entah pada siapa
"Akankah ada yang bahagia lihat kibaran
Merah putih meriah di seluruh penjuru
Sekolah kita yang senyap
Kepada siapa mereka mengibar
Ketika anak bangsa terkarantina.

Wahai ... putri Corona ...
Lekaslah pergi agar anak-anak kami
Kembali bercanda dan tergelak di sini
Sekolah kami tercinta menanti
Kanak-kanak kami belajar kembali
Dan merayakan hidup bersama lagi.

Impian kemerdekaan mendekat
dari ketakutan ... dan berjarak
Merdeka dari kengerian 
Merdeka berjalan ke sekolah dan
Merdeka belajar ... merdeka ... merdeka ...!
Tersenyumlah untuk merdeka!

Palembang, 6 Agustus 2020: 15:26



People photo created by rawpixel.com - www.freepik.com

Selasa, 04 Agustus 2020

Ratapan Rindu: Kumpulan Puisi dan Kisah Siswa SMA K Sang Timur Yogyakarta


Ratapan Rindu: Kumpulan Puisi dan Kisah Siswa SMA K Sang Timur Yogyakarta

Ratapan Rindu: Kumpulan Puisi dan Kisah Siswa SMA K Sang Timur Yogyakarta

Kode: 0120042
Judul: Ratapan Rindu: Kumpulan Puisi dan Kisah Siswa SMA K Sang Timur Yogyakarta
Penulis: Agatha Tata [et al.]
ISBN: 978-623-7421-26-9
Terbit: 04-Agu-2020
Tebal: 106 (x+96) halaman
Ukuran: 14.5x21 cm
Harga: RP45.000

Buku ini dicetak sesuai pesanan. Pesan 1 eksemplar pun akan kami layani. Untuk memesan buku ini, silakan hubungi yedijanusantara@gmail.com atau melalui pesan WhatsApp dan sampaikan Nama Pemesan serta alamat lengkap (dengan menyebut nama kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, serta kode pos)


Kata kunci: 
puisi, kisah, cerpen, kumpulan puisi, kumpulan kisah, karya siswa, karya siswa SMA, Agatha Tata, Alf. E. Berteen. N, Arnita Bella Hanadifa, Arya Maharddhika Singal, Bernadus Alden Horrison, Bernadus Frederik Saragih, Christopher Mangundap, Cicilia Cindy Permata D. Meylan, Clara Masaubat, Cornelia Adriana Dias, Daniela Sayunika Hae, Danielle Rahajeng Worang, Debora Echa Angelika, Dionisius Reno Adi Prasetyo, Eduardus O.K., Emiliana Ayu Puspita Sari, Everald Ariel Agathon, Felicitas Gamaliel Delita Navilah, Felis Cornelius Gea, Fransiska Nandita, Gaudentius Devano Abyantara Erwianda, Giacinta Mary Christina, Grace Dece Duma Tiur Tumanggor, Gradiana Clara Masaubat, Henny Anastasya Ridwan Kbarek, Hulda Isa Waweini, Ignatius Pratama Sambekok, Ivan Kristian Harefa, Kevin Pristanta Ginting, Laura H. Fibiolita Tarigan, Michael Edgar Rahadewa Paksi, Mikael, Natalia Diana Lestari, Natalia Julien Marlitha Nikijuluw, Nicodemus Yoga, Nicolas Rangga Agam Wicaksana, Oktavianus D.P.W, Rika Charina Dyah Pramesti, Ronata Mayung Allo, Selinus Reyhard Wonda, Silvestra Desinta Forceps E., Skolastika Mutiara Sherli, Stefania Regina Sitorus, Stefanus Natalino, Y. Putro Katon Pangestu, Yesaya Putra Andika, Yohannes Raffi Laksmana, Yoseph Andri Darmawan, Yoshua Basilius Simatupang


Deskripsi:
Karya ini merupakan hasil olah rasa dan olah pikir yang bersinggungan dengan pengalaman hidup para peserta didik SMA K Sang Timur Yogyakarta tahun 2019. Antara lain, cerpen berjudul “Biarkan Cinta Mengajarimu” merupakan ungkapan perasaan jatuh hati sepasang remaja, sedangkan cerpen “Pahlawan Indonesia” menuangkan ekspresi hormat dan belajar serta meneladani sosok pahlawan bangsa. Cerpen-cerpen menarik tersaji dalam rangkaian pena para peserta didik yang membuncah minta diwadahi. 

Goresan pena penuh makna tertuang pula dalam bentuk puisi. Antara lain, puisi yang berjudul “Paradigma Rinduku”, “Namun”, “Lembayung”, “Alur”, “Menunggu”, “Natal”, dan “Kisah Kita” merupakan ungkapan perasaan yang dialami oleh penulis puisi. Kemudian puisi berjudul “Sahabat”, “Sendiri”, “Infinity”, “Milenial”, “Iman dan Keyakinan” merupakan ungkapan harapan menjadi insan yang lebih bermakna. Puisi berjudul “Petani”, "Penghujung Rindu", dan “Ayah” merupakan ungkapan penghargaan seorang insan terhadap sosok yang sangat berjasa. Puisi berjudul “Puisi Alam” dan “Angin” merupakan ungkapan cinta penulis terhadap kelestarian lingkungan alam.

Tentunya melalui puisi-puisi dan cerpen-cerpen ini para peserta didik berlatih mengekspresikan diri, bermain diksi yang tepat, bermain rima yang menarik, bermain majas, dan berlatih menyampaikan amanat. 


Daftar tulisan dan penulisnya:
Puisi
Milenial ~ Everald Ariel Agathon
Iman dan Keyakinan ~ Danielle Rahajeng Worang
Angin ~ Henny Anastasya Ridwan Kbarek
Kisah Kita ~ Emiliana Ayu Puspita Sari
Infinity ~ Yoshua Basilius Simatupang
Ayah ~ Cornelia Adriana Dias
Namun ~ Natalia Julien Marlitha Nikijuluw
Petani ~ Kevin Pristanta Ginting
Lembayung ~ Stefania Regina Sitorus
Ruang Kosong ~ Grace Dece Duma Tiur Tumanggor
Perpisahan, Kasih, dan Hidup ~ Michael Edgar Rahadewa Paksi
Alur ~ Hulda Isa Waweini
Puisi Alam ~ Felis Cornelius Gea
Natal ~ Ignatius Pratama Sambekok
Paradigma Rinduku ~ Natalia Diana Lestari
Indonesia Mampu ~ Stefanus Natalino
Sahabat ~ Yoseph Andri Darmawan
Menunggu ~ Rika Charina Dyah Pramesti
17 ~ Arnita Bella Hanadifa
Aku Rindu ~ Oktavianus D.P.W
Angin ~ Nicodemus Yoga
Detik Perpisahan ~ Ivan Kristian Harefa
Harapan ~ Dionisius Reno Adi Prasetyo
Jadi Setara ~ Giacinta Mary Christina
Micin ~ Eduardus O.K.
Penghujung Rindu ~ Nicolas Rangga Agam Wicaksana
Persahabatan ~ Laura H. Fibiolita Tarigan
Secerah Mimpi ~ Y. Putro Katon Pangestu
Senja ~ Mikael
Tak Ada Kata Menyerah ~ Fransiska Nandita
Uang ~ Alf. E. Berteen. N
Demokrasi Belajar ~ Silvestra Desinta Forceps E.
Kau ~ Cicilia Cindy Permata D. Meylan
Nasionalisme ~ Yesaya Putra Andika
Diam ~ Agatha Tata
Corona ~ Agatha Tata
Sendiri ~ Ronata Mayung Allo
Hey Tayo ~ Cicilia Cindy Permata D. Meylan
Lelaki Kecil ~ Gradiana Clara Masaubat
Corona ~ Christopher Mangundap
Corona ~ Arya Maharddhika Singal
Ratapan Rindu ~ Gradiana Clara Masaubat
Bangkitlah Indonesiaku ~ Yohannes Raffi Laksmana
Virus Corona di Bulan April ~ Selinus Reyhard Wonda
Cipta Bencana ~ Daniela Sayunika Hae

Cerpen dan Kisah
Cinta Lingkungan Sekolah ~ Felicitas Gamaliel Delita Navilah/Kelas XI. MIPA
Pahlawan Indonesia ~ Clara Masaubat 
Biarkan Cinta Mengajarimu ~ Silvestra Desinta Forceps E.
Tak Tahu Sampai Kapan ~ Debora Echa Angelika
Situ Lanang ~ Skolastika Mutiara Sherli
Seorang Bintang ~ Gaudentius Devano Abyantara Erwianda
Akibat Menyepelekan Corona ~ Bernadus Frederik Saragih
Lebih Baik di Rumah ~ Bernadus Alden Horrison

Minggu, 02 Agustus 2020

Hortensia Herima



Nama lengkap Hortensia Herima, S.Pd. Biasa dipanggil Osi. Saya seorang guru PNS yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah. Saat ini saya diberi kepercayaan untuk memimpin di lembaga pendidikan SMK Negrei 1 Lembor Selatan, Desa Watu Tiri, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya menjadi kepala sekolah di lembaga ini sejak 1 September tahun 2014, sejak sekolah ini dibuka dan masih berlanjut sampai sekarang.

Sebelumnya saya mengajar di SMP Negeri 1 Lembor, Kecamatan Lembor. Diangkat menjadi PNS tahun 2005 dan bertugas di SMP N 1 Lembor sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris dan diberi tugas tambahan sebagai pembina pramuka juga staf kurikulum. Selama sembilan tahun saya mengabdi di SMP N 1 Lembor.

Saya tamat kuliah dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Bahasa Inggris

Selama kuliah saya tidak pernah menulis. Adapun tulisan berupa diary tetapi itu hanya untuk konsumsi pribadi. Tidak pernah terpikirkan bahwa tulisan berupa ungkapan hati itu bisa dijadikan sebagai tulisan yang bisa dipublikasikan. Selama menjadi guru, membuat karya ilmiah hanya untuk kepentingan kenaikan pangkat.

Saya belajar menulis sejak tahun 2018. Kami melaksanakan workshop penulisan karya ilmiah dan PTK bekerja sama dengan Media Pendidikan Cakrawala NTT. Artikel singkat saya pertama kali dimuat di majalah Cakrawala ini. Sebagai pemula saya merasa bangga dan senang. Dari situ semangat saya mulai tumbuh. Mulai menulis puisi singkat, artikel singkat dan saya merapikan tulisan-tulisan itu dalam file khusus.

Saya juga diberi tanggung jawab untuk menjadi Presiden Literasi di Kabupaten Manggarai Barat sejak 2019. Tugas ini membuat saya tertantang untuk melanjutkan kebiasaan menulis. Kebiasaan menulis ini saya wariskan kepada siswa-siswi saya di sekolah. Kami membentuk sebuah komunitas literasi tingkat sekolah. Anak-anak diwajibkan membuat karya dan ditampilkan di majalah dinding kelas dan sekolah.

Saya bersyukur selama masa pandemi ini bisa bergabung dengan Komunitas Guru Menulis. Terima kasih karena sudah menyediakan ruang bagi kami para guru untuk membukukan tulisan kami yang tercecer dan mohon bimbingannya selalu.



Karya Bersama Komunitas Guru Menulis

Mengantepi Rasa Rambang: Kumpulan Kisah di Tengah Pandemi
Judul tulisan"Problematik Pembelajaran di Rumah Selama Masa Pandemik Covid-19"




Kala yang Tak Kusangka: Kumpulan Puisi Pandemi #2
Judul puisi:
Apa kabarmu sekalian?