Photo by Steve Johnson from Pexels |
Hujan turun hingga sore
Namun mendung masih setia
Menggelantung di langit-Mu yang membentang
Kuasa-Mu tak terukur
Nikmat-Mu tak terhitung
Kaujadikan siang untuk kami agar
Dapat menyongsong rizki yang Kautebar di setiap desah napas
dan sepanjang urat nadi kami
Kauciptakan malam
Selimut bagi hamba-Mu
agar mereka rasakan hangatnya kasih-Mu
Malam ini saat kami nikmati semua karunia
Pelangi datang bertamu
Sapa kami dengan basa-basi
Tawarkan aneka warna yang ia punya
Suguhkan tarian-tarian kata
Pamerkan garis lengkung pemikat jiwa
Ajak menuju ketinggian idaman
Torehkan lukisan di atas kaca
Lalu mereka pergi dan berjanji
Akan kembali
Separuh jiwaku terkatung-katung
Terpikat kata-kata manis Sang Pelangi
Tapi naluri katakan ini hanya ilusi
Perlahan kugandeng tangannya
Kubisikkan bahwa naik tangga harus hati-hati
Lalui anak-anaknya
Satu per satu jangan ada yang terlewati
Mari bersama kita menemui-Nya
Curahkan semua rasa karena
Hanya Dia penerima semua keluh
Hanya Dia tempat berlabuh
Tamu pelangi datang kembali
Ulangi lagi kata-kata tempo hari
Kali ini tanpa basa-basi
Satu pertanyaan penuh arti
Sebelum lahir sebuah ultimatum
Suasana hening sepi
Tamu pelangi memandang kami
Kebulatan tlah kami kantongi
Biarkanlah kami di sini
dari buku Sepotong Bulan Bertengger di Balik Jendela: Kumpulan Puisi Oktober 2018 #2 halaman 66
Pembacaan puisi ini bisa dinikmati dalam video berikut:
Pembacaan puisi ini bisa dinikmati dalam video berikut:
0 komentar:
Posting Komentar