oleh Lusia Yuli Hastiti
Photo by Pexels |
siang yang panas ini,
halamanku menjadi kering
daun-daun mulai pasrah
diterbangkan oleh angin.
dalam kondisi itu,
aku melihat sederet impian
yang kian retak tak berdaya
aku melihatnya di rumah sakit;
tentang raga yang tak lagi kuat
menahan sakit yang menderanya
ia juga menanti kehadiran ayah
yang diharap sebentar bisa mendekapnya.
impian yang retak itu
juga ada di jalan nestapa;
tentang seseorang yang telah
memiliki apa yang diinginkannya,
namun hatinya sungguh perih
ketika ingat bahwa
ia merindui kasih sayang ibunya.
impian yang retak juga kutemukan
pada lara seorang renta
anak lelaki yang dikasihi dan diharapkannya
mati tenggelam di danau sana
tubuhnya sudah hampir hancur
saat bertemu dengan ayahnya
impian yang retak
sering kutemukan di depan mata
retakannya menimbulkan
luka di bagian dada
dan bila kaubaca puisi yang ini,
maka kau akan nelangsa.
kau punya rasa nelangsa yang lain?
Lampung Timur, 8 Mei 2018
nelangsa selalu ada
BalasHapussupaya hidup kan terus terjaga
dalam jalurnya
Semakin banyak rasa nelangsa yang melingkupi hidup ini
BalasHapus