Jumat, 08 Mei 2020

Nelangsa

oleh Lusia Yuli Hastiti
Nelangsa, Puisi Lusia Yuli Hastiti
Photo by Pexels


siang yang panas ini,
halamanku menjadi kering
daun-daun mulai pasrah
diterbangkan oleh angin.
dalam kondisi itu,
aku melihat sederet impian
yang kian retak tak berdaya

aku melihatnya di rumah sakit;
tentang raga yang tak lagi kuat
menahan sakit yang menderanya
ia juga menanti kehadiran ayah
yang diharap sebentar bisa mendekapnya.

impian yang retak itu
juga ada di jalan nestapa;
tentang seseorang yang telah
memiliki apa yang diinginkannya,
namun hatinya sungguh perih
ketika ingat bahwa
ia merindui kasih sayang ibunya.

impian yang retak juga kutemukan
pada lara seorang renta
anak lelaki yang dikasihi dan diharapkannya
mati tenggelam di danau sana
tubuhnya sudah hampir hancur
saat bertemu dengan ayahnya

impian yang retak
sering kutemukan di depan mata
retakannya menimbulkan
luka di bagian dada
dan bila kaubaca puisi yang ini,
maka kau akan nelangsa.
kau punya rasa nelangsa yang lain?

Lampung Timur, 8 Mei 2018


2 komentar:

  1. nelangsa selalu ada
    supaya hidup kan terus terjaga
    dalam jalurnya

    BalasHapus
  2. Semakin banyak rasa nelangsa yang melingkupi hidup ini

    BalasHapus