oleh Lusia Yuli Hastiti
Photo by hdanimalswallpapers.com |
walaupun aku bukanlah Shindunata atau Chairil Anwar,
tetapi aku benar-benar ingin
hidup seribu tahun lagi
seperti asunya Shindunata
atau binatang jalangnya Chairil Anwar,
aku ingin hidup seperti itu
sebagai manusia yang sudah tidak manusiawi lagi,
aku masih tetap menganggap hasratmu itu juga manusiawi
walaupun hingga kini, di otakku masih tersimpan pertanyaan,
di manakah rasa kemanusiaanmu bersembunyi?
saat aku menulis sajak ini,
perlahan aku juga bisa memahamimu
sungguh, keinginanku untuk menjadi asu
atau binatang jalang, sangat menggebu
hasratku untuk mengeluarkan dan menuangkan
kata-kata ini di secarik kertas,
juga tak terbendung lagi
aku membayangkan seperti itu pula
hasratmu yang tak terkendali
untuk mengeluarkanku dari hidupmu
hasrat itu memang tidak mengenal waktu,
setiap saat bisa muncul menguasaimu
walau aku sudah meneladan Yesus
yang telah memberikan kedua pipi untuk ditampar,
yang telah memberikan jubah ketika kau meminta baju,
namun keinginanku menjadi asu yang setia
atau binatang yang paling jalang,
juga semakin besar
aku juga bertanya, selain setia dan rela berkorban,
apakah asu juga merasakan putus asa?
berlari membawa kepedihan yang tak terperi
dan luka yang tak terobati
apakah kau juga tahu,
tanganku pun begitu gatal
untuk mempertemukan mata pena dan kertas putih?
karena sudah ada perjanjian
antara garis tangan dengan buku kehidupan
sepertinya hasratmu juga sama
tanganmu juga begitu gatal
ingin menghapus namaku dari hatimu
atau mengcongkelku dari kisah panjangmu
ini adalah sajakku yang paling panjang
sajak yang bercerita tentang cita-cita baruku
untuk menjadi asu atau binatang jalang
Lampung Timur, 09 Juli 2020
#A Poem A Day
0 komentar:
Posting Komentar