Sabtu, 18 April 2020

Secangkir kopi

Puisi Lodevika Endang Sulastri

Photo by Bianca Gonçalves from Pexels


Pagi senyap, suara jangkrik berbunyi
burung gereja hinggap di pagar rumah
Secangkir kopi temani diri
Aroma wangi menggugah jiwa kelana

Sebatas mata memandang,
Rindu datang kerabat bertandang
Dihadang covid 19 semua jadi ambyar
Secangkir kopi teman pagi sunyi

Pikiran melayang, hidup kini tak tenang
Sepanjang detak jam berlalu
Tetap singgah sepenggal tanya,
Kapan Tuhan selesaikan masa-masa tulah?
Secangkir kopi hangatkan pikiran sunyi.

Nabi Nuh telah mengalami
Menjadi nakhkoda di delapan bulan
Air bah menghantam bumi.
Hati tersentak menampak
Secangkir kopi temani mimpi pagi.

Nabi Musa telah menjadi kisah,
Kini kami menghadapi realita.
Jadi Tuhan, kapan Engkau akan melawati
Rumah kami dengan coretan darah di daun pintu rumah kami?
Tanda penyelamatan bagi umat manusia ini?
Sekeping budi terhenyak
Di secangkir kopi aroma wangi

Berapa kali Engkau murka Tuhan
Terhadap kami, manusia durhaka ini
Namun kami bertobat Tuhan
Ulurkan tangan di tengah sunyi
Agar kami selamat dari bahaya Covid 19 yang mengerikan ini.
Di hari Minggu Kerahiman-Mu ini
Kami memohon besar kasih sayang-Mu
Engkau andalan hidup kami
Secangkir kopi temani refleksi pagi.

Pagi memecah diiringi bunyi jangkrik,
Seekor burung gereja hinggap di pagar sunyi,
Menggugah pikiran yang sedang tersayat
Ditemani secangkir kopi hangat.

Palembang hari kerahiman Ilahi 08:46

0 komentar:

Posting Komentar