Kamis, 09 April 2020

Guru Sejati, Sebuah Oasis pada Era Globalisasi Pendidikan

Artikel Pendidikan oleh Hidayati, S.Pd.*
Tidak dapat dimungkiri bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa. Jika diibaratkan sebuah tanaman, maka pendidikan adalah akar dari sebuah tanaman. Tanpa akar, tanaman tidak akan bisa hidup, tumbuh, dan berkembang. Dengan demikian, maju dan berkembangnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh majunya pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan spiritual, keagamaan, pengendalian diri dan kepribadian, serta akhlak mulia yang diperlukan dirinya untuk masyarakat.
Usaha sadar dan terencana tersebut melibatkan guru dan peserta didik sebagai dua subjek penting untuk mewujudkan pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang melibatkan guru dan peserta didik secara beriringan, seirama, saling menumbuhkan, serta mengembangkan sikap intelektual yang baik, sikap moral yang baik, dan akhlak yang mulia. Untuk mewujudkan hal tersebut, seorang guru harus benar-benar bisa menjalankan perannya sebagai guru agar mampu menghadapi era globalisasi yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Globalisasi adalah suatu sistem kerja global, yang terjadi secara cepat dan mendunia. Sistem kerja global yang terjadi membuat suatu negara seolah menjadi tanpa jarak, karena semakin canggihnya teknologi informasi. Globalisasi yang terjadi saat ini, selain merambat masuk ke sektor perekonomian dan transportasi, juga merambat masuk dalam dunia pendidikan. Globalisasi yang menyentuh sektor pendidikan dapat berdampak positif dan negatif terhadap para pelaku pendidikan. Dengan demikian, peran guru menjadi sangat penting. Sebab, guru adalah ujung tombak terlaksananya pendidikan yang baik, seperti yang diharapkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Lantas, guru seperti apakah yang mampu berperan dalam menghadapi era globalisasi pendidikan?
“Guru sejati” adalah jawabannya. Guru sejati adalah guru yang benar-benar memaknai hakikat seorang guru. Guru sejati menyadari sepenuhnya bahwa hal utama atas semua yang dilakukannya adalah rasa keimanan dan keikhlasan, sehingga ia mampu menjadi teladan bagi dirinya, lingkungannya, serta anak didiknya.
Guru sejati adalah guru yang memadukan iman, ilmu, dan amal dalam pembelajaran. Perpaduan iman, ilmu, dan amal inilah yang akhirnya bisa menjadi sebuah oasis pada era globalisasi pendidikan. Oasis tersebut merupakan sumber ilmu yang penuh dengan kedamaian, menyenangkan, serta menjadi tempat yang begitu dirindukan oleh peserta didik, sehingga mereka (peserta didik) mampu bertahan dalam menghadapi masalah dan tantangan yang terjadi pada era globalisasi pendidikan.
Masalah
Globalisasi yang menyentuh dunia pendidikan tentu akan memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap perkembangan dunia pendidikan. Pengaruh-pengaruh tersebut kelak menjadi sebuah tantangan bagi guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam pembelajaran. Beberapa pengaruh positif dan negatif tersebut antara lain sebagai berikut.
  1. Teknologi informasi yang berkembang pesat memudahkan guru serta peserta didik dalam mengakses informasi yang terjadi, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, secara cepat. Majunya teknologi telepon seluler (smartphone) dengan berbagai merek dan didukung dengan berbagai aplikasi canggih, memungkinkan guru dan siswa memperoleh informasi yang diinginkan. Apabila tidak digunakan secara tepat dan bijak, kecanggihan aplikasi dan informasi yang tersaji akan menjadi tantangan dan masalah bagi dunia pendidikan, terutama terhadap guru dan peserta didik. Beragam masalah yang dimaksud antara lain konten yang memuat pornografi, berita-berita hoax, konten kekerasan dan beragam konten lainnya yang dapat memengaruhi moralitas peserta didik.
  2. Westernisasi, yang kita kenal dengan budaya Barat atau budaya luar, dapat dengan mudah menyentuh kehidupan budaya Timur yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pengaruh budaya ini tampak jelas menyentuh generasi muda Indonesia yang mayoritas adalah pelajar. Hal ini bisa kita lihat dalam suguhan film, musik, gambar, dan lain sebagainya, yang pada satu sisi mengandung nilai-nilai yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia dan dapat memengaruhi perkembangan karakter peserta didik. Hal ini tentu bisa menjadi masalah dan tantangan bagi guru, sebagai orang tua di sekolah, bila tidak disikapi secara bijaksana.
  3. Sektor perekonomian yang menuntut tenaga kerja siap pakai serta memiliki keahlian di bidangnya, merupakan suatu permasalahan dan tantangan dalam dunia pendidikan, terutama bagaimana peran guru dalam mengembangkan bakat serta membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan yang kelak dapat digunakan dalam menunjang perekonomian hidupnya.
Pembahasan dan solusi
Tiga masalah utama yang telah dipaparkan tersebut tentunya tidak bisa dihindari setelah terjadinya globalisasi. Maka, pendidikan menjadi filter agar era globalisasi dapat diterima sebagai perubahan yang bermanfaat. Peran guru tentu menjadi kunci utama agar era globalisasi yang terjadi di dunia pendidikan dapat berkembang menjadi lebih baik, maju, dan berbudaya.
Untuk menjadikan pendidikan menjadi lebih maju dan berbudaya, sekali lagi, guru sejatilah kuncinya. Mengapa guru sejati, bukan guru profesional atau pembelajar? Sebab, seorang guru sejati pastilah seorang guru pembelajar dan profesional.
Gambar 1: Konsep guru sejati.
Bagaimana memadukan iman, ilmu, dan amal yang dimiliki oleh seorang guru, sehingga mampu menjadikannya sebagai guru sejati sepenuhnya?
Berikut ini akan dipaparkan beberapa contoh nyata yang dilakukan oleh seorang guru mata pelajaran matematika jenjang SMA dalam upaya menjadi seorang guru sejati. Dalam hal ini, seorang guru sejati selalu mencoba mengajak dirinya serta peserta didik untuk menyelesaikan masalah dan menghadapi perubahan yang terjadi dengan sikap arif. Ia pun berusaha menjadikan guru sebagai sebuah oasis pada era globalisasi pendidikan.
  1. Menggunakan iman untuk menyaring westernisasi. Budaya barat yang kian marak menyentuh budaya timur tak pelak memengaruhi moralitas serta perkembangan karakter peserta didik. Guru sejati akan senantiasa menggunakan keimanannya dalam proses pembelajarannya.
    Guru sejati menyadari sepenuhnya bahwa pembelajaran bukan hanya melibatkan guru dan siswa, tetapi harus pula melibatkan atau menyertakan Tuhan Yang Mahaesa dalam pembelajarannya, sehingga ilmu yang diperoleh menjadi berkah.
    Secara tidak langsung, hal ini akan menumbuhkan karakter peserta didik sehingga menjadi lebih beriman, lebih baik, dan lebih berbudaya. Menyertakan Tuhan Yang Mahaesa dapat dimulai dengan senantiasa membuka dan menutup pembelajaran dengan berdoa.
    Penayangan video motivasi hidup dan motivasi belajar sebagai ice breaking pembelajaran dapat juga dilakukan, dengan harapan peserta didik mampu mendengar, melihat, dan merasakan bahwa begitu berharganya kehidupan, yang pada akhirnya setiap peserta didik dapat menggunakan seluruh potensi yang ada pada dirinya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat.
  2. Menambah serta mengembangkan keilmuannya dengan memanfaatkan teknologi dan informasi pada era globalisasi pendidikan. Guru sejati akan selalu memandang ilmu sebagai bagian yang tidak pernah terpisahkan dari dirinya. Perkembangan teknologi serta informasi yang terjadi dalam dunia pendidikan (globalisasi pendidikan) bukan menjadi momok yang menakutkan, melainkan sebagai sumber ilmu yang harus terus dikaji dan dipelajari untuk menciptakan pembelajaran menjadi lebih baik. Berikut ini adalah beberapa contoh teknologi yang dapat dimanfaatkan secara positif oleh guru sebagai sumber pembelajaran.
    1. Aplikasi yang tersedia dalam komputer, notebook, dan smartphone dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran. Google Chrome, Mozilla Firefox, atau TubeMate dapat digunakan sebagai mesin pencari informasi tambahan tentang materi serta video pembelajaran. Penggunaan aplikasi ini sebaiknya dengan arahan dan bimbingan guru agar tidak digunakan secara negatif oleh peserta didik. Apabila guru ingin membagi informasi yang dimilikinya, misalnya berupa modul dalam bentuk file atau video pembelajaran, guru dapat membaginya kepada siswa dengan menggunakan Bluetooth atau SHAREit. Berikut ini adalah tampilan icon aplikasi pada layar smartphone.
    2. Aplikasi Edmodo, Quipper School, maupun Class 123 dimanfaatkan sebagai pengenalan kelas digital atau e-learning. Apabila guru harus meninggalkan peserta didik untuk tugas tertentu, yang berhubungan dengan profesinya, guru dapat menggunakan aplikasi Edmodo, Quipper School, Class 123, maupun blog sebagai sumber belajar bagi siswa. Guru dapat memasukkan materi pembelajaran, tugas, serta latihan soal yang harus dikerjakan oleh siswa selama guru meninggalkan peserta didik dengan pengawasan guru pengganti.
      Gambar 2: Tampilan icon Google Chrome, Mozilla Firefox, TubeMate, dan SHAREit.
      Gambar 3: Penggunaan Edmodo dalam pembelajaran.

      Gambar 4: Icon Edmodo, Class 123, dan Quipper School.
    3. Portal online guru pembelajar, pelatihan-pelatihan online yang diselenggarakan oleh IGI (Ikatan Guru Indonesia), maupun SEAMOLEC (Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Centre) dapat juga dimanfaatkan. Guru sejati selalu berusaha menambah ilmu melalui belajar, belajar, dan belajar. Sebab, guru sejati juga merupakan guru pembelajar.
      Pada era globalisasi pendidikan, menjadi guru sejati yang pembelajar bukanlah hal yang sulit. Seorang guru sejati tidak perlu meninggalkan anak didiknya untuk menambah keilmuannya, karena saat ini tersedia begitu banyak portal pelatihan online yang dapat dipilih sebagai bagian dari peningkatan kapasitasnya sebagai guru.
      Satu di antara pelatihan online yang dapat diikuti oleh guru adalah SEAMOLEC tadi. Guru dapat mendaftar sebagai peserta melalui situs www.mooc.seamolec.org. Di situ, guru dapat memilih jenis pelatihan yang ingin diikuti.
      Selain itu, portal guru pembelajar yang menyediakan 10 modul guru pembelajar juga merupakan sumber ilmu yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan kompetensinya.
  3. Mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya menjadi amal yang baik, sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta didik, terutama untuk menghadapi era globalisasi pendidikan. Beramal berarti berbuat sesuatu yang baik. Beramal dalam konteks dunia pendidikan berarti berinovasi dan berkarya berdasarkan keilmuan yang dimiliki. Melalui amal berupa karya serta inovasi yang diberikan kepada dunia pendidikan, menjadikan seorang guru mulia karena karya. Berikut ini akan diberikan beberapa contoh karya dan inovasi yang dilakukan oleh seorang guru matematika jenjang sekolah menengah atas untuk menjadi seorang guru sejati bagi anak didiknya.
    1. Aplikasi S Note di smartphone dapat dimanfaatkan untuk membuat bahan ajar berbasis komik. Canggihnya teknologi smartphone ini memang dapat dimanfaatkan oleh seorang guru dalam beramal dengan menghasilkan sebuah karya yang dapat digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran. Berikut ini contoh komik pembelajaran yang dibuat menggunakan aplikasi S Note di smartphone. Tutorial penggunaannya dapat diakses melalui http//m.youtube.com/watch?v=xymEysc8fw&feature=share.
      Gambar 5: Komik yang dihasilkan dengan S Note.
      Gambar 6: Buku yang dihasilkan dengan S Note.
    2. Berinovasi dalam memanfaatkan hasil karya yang telah dihasilkan menjadi sebuah barang dengan nilai edukasi dan ekonomi. Guru sejati adalah guru yang bisa memotivasi serta menghasilkan karya yang mampu menginspirasi setiap peserta didik untuk mengembangkan dan menyalurkan bakat yang dimilikinya. Kelak, apabila peserta didik telah terjun ke masyarakat, niscaya ia akan mampu meningkatkan taraf hidup perekonomian dengan bakat yang dimilikinya. Berikut ini gambar hasil karya yang mengandung nilai edukasi dan ekonomi.
      Gambar 7: Gantungan kunci bertema edukasi dan budaya.
      Gambar 8: Mug yang bertema edukasi & lingkungan.
      Gambar 9: Hiasan dinding batik transformasi geometri.
    3. Menghasilkan karya berupa tulisan, baik berupa karya ilmiah maupun seni sastra, adalah bagian dari pengamalan literasi dalam pendidikan. Seorang guru sejati selalu meyakini bahwa guru bisa menginspirasi melalui tulisan, guru bisa dikenang melalui tulisan, dan guru bisa beramal melalui tulisan.
      Lewat tulisan, guru dapat menjadi sumber inspirasi bagi peserta didik untuk menyalurkan bakat menulisnya. Tulisan yang dihasilkan dapat disalurkan melalui Komunitas Guru Menulis yang dapat ditemui di Facebook Guru Menulis.
      Guru pun dapat mengajak siswa yang berbakat dalam bidang penulisan untuk menyalurkan bakat yang dimilikinya sehingga menjadi lebih bermanfaat.
      Berikut ini beberapa karya yang telah dihasilkan bersama beberapa rekan guru yang bergabung dengan Komunitas Guru Menulis yang diterbitkan (ber-ISBN) oleh Penerbit Lingkarantarnusa.

Gambar 10: Karya berupa kumpulan puisi dan kumpulan pantun pendidikan.
Demikianlah pembahasan dan solusi tentang bagaimana seorang guru sejati bisa menjadi sebuah oasis dalam menghadapi masalah yang terjadi pada era globalisasi, baik itu dalam menyikapi perubahan teknologi, perubahan budaya, serta tuntutan sektor perekonomian, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya globalisasi pendidikan.
Kesimpulan dan harapan
  1. Kesimpulan
    Berdasarkan masalah, pembahasan, dan solusi, dapat disimpulkan bahwa guru sejati adalah guru yang mendidik dengan iman, mengajar dengan ilmu, dan beramal dengan karya. Guru sejati juga seorang guru yang menjadi sebuah oasis pada era globalisasi pendidikan, seorang guru yang begitu dirindukan, dan kehadirannya begitu diharapkan.
    Apakah semua guru bisa menjadi guru sejati? Jawabannya, bisa!
    Seorang guru bisa menjadi guru sejati dengan kemauan untuk terus belajar dengan memanfaatkan teknologi Informasi dan selalu mau berkarya. Karena itulah guru sejati disebut guru pembelajar sekaligus guru yang profesional. Guru sejatilah yang pada akhirnya mampu menyesuaikan diri menghadapi perubahan pada era globalisasi pendidikan
  2. Harapan
Semoga semua guru di seluruh Indonesia menyadari dengan sepenuhnya tentang hakikat seorang guru. Dengan demikian, guru dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru pada era globalisasi pendidikan, sehingga kelak lahirlah guru-guru sejati di seluruh nusantara yang mampu menciptakan pendidikan lebih maju dan berbudaya.

Hidayati, S.Pd.
Lahir di Nunukan, tanggal 09 April 1981. Mengajar matematika di SMAN Negeri 1 Nunukan Kalimantan Utara, mempunyai hobi menulis menggambar dan membaca, sudah berkeluarga dan memiliki tiga orang cahaya mata.


0 komentar:

Posting Komentar