Proyek Penulisan dan Penerbitan Puisi Anak

Yuk nulis puisi untuk anak-anak kita.

Proyek Penulisan dan Penerbitan Cerpen

Terbitkan cerpen Anda jadi buku ber-ISBN

Proyek Penerbitan Cerpen Anak

Anak-anak pun perlu bacaan yang baik. Yuk nulis dan nerbitkan cerita pendek untuk anak.

Karyatunggalkan Puisimu!

Yuk terbitkan puisinya dalam buku karya tunggal

Terbitkan 5 Puisi

Punya 5 puisi? Yuk terbitin bareng-bareng jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 500 Puisi Akrostik

Terbitkan puisi akrostikmu jadi buku 500 AKROSTIK ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman Inspiratif Pendek Guru

Tuliskan pengalaman inspiratif Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman LUCU Guru

Tuliskan pengalaman LUCU Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan best practices Anda jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan artikel pendidikan Anda jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 5000 Pantun Pendidikan

Terbitkan pantun pendidikan dalam 5000 PANTUN PENDIDIKAN

Sabtu, 29 Agustus 2020

Nikmat Minggu pagi

Puisi Lodevika Endang Sulastri


Photo by Misael Silvera from Pexels

Mentari jatuh ke bumi dengan sengatnya 
Memberi suasana hangat
Di Minggu pagiku.
Masih kutatap terang lewat kaca jendela
Songsong Minggu dengan harapan

Hening suasana di jam sepuluh.
Antara sengat mentari dan kadang meredup ... membawa sepoi angin 
Menerpa raga yang baru selesaikan
Tugas Minggu dalam hening nyata.

Kunikmati, seperti mencecap anggur murni
Hanya sesekali suara motor lewati
Depan rumah sembari lambaikan hati
Tersenyum padaku penuh arti 
terduduk di rotan bulat.

Kusesap kopi seteguk tinggal ampasnya
Suasana inilah yang selalu kurindui
Setelah sepekan berlari dengan tugas 
seperti mengejar hari.
Terhenti di Minggu pagi dalam sunyi
Hingga ku kembali menyusuri hening pagi

Wahai mentariku
Datanglah ... ke bumi lebih pagi
Agar seluruh cucianku sepekan ini
Mengering dan aku bisa merapikan
Dengan seterika kesayangan

Dan Senin pagiku ... datang
Untuk membuka pekan kerjaku
Lebih semangat mengisi hari
Untuk persembahanku bagi ibu pertiwi.
Dan Sang Dewa pun pasti tersenyum
Melihat dunia sudah bergerak kembali.


Palembang, 30 agustus 2020, 09:58

Corona mahkota tak diminta



Photo by Edward Jenner from Pexels

Jeda corona memang nyata
Membuat manusia terhenti di kerja
Dan sunyi dunia bak kematian
Hanya satu dua manusia bergerak nyata

Mengapa di saat gadget sedang merata
Menghantui dunia, kau datang, corona
Lihatlah kanak-kanak hanya terlihat
Duduk di rumah menggerakkan jarinya

Sekolah terhenti bagi yang muda
Karya tak lagi nyata, pengangguran merebak
Kini orang mulai kembali ke dapurnya
Apa yang bisa dikerjakan sebatas pengganti biaya

Oh alangkah pedihnya
Manusia terduduk tak banyak kata
Jadi alasan karena corona tak pergi jua
Nestapa berapa tahun lagi kami kan jalani
Kemakmuran baru kami nikmati
Lenyap bagai air hujan terserap tanah

Corona ... oh corona ...
Pulanglah ke negeri asalmu
Yang entah di mana negri antah-berantah. 
Kami ingin segera jumpa dan bercanda
Dengan saudara, keluarga juga sahabat dan kerabat


Pisungsung minggu sederhana


Pagi merekah sejuk mengelus raga
Lilin menyala pertanda doa
Mohonkan berkat-Nya
Untuk kehidupan hari ini

Kicau burung membuka matahati,
Mazmur terbawa angin pagi-Nya
Syukur kupanjatkan di hadirat Dewa
Sang Mahaperkasa Penyelenggara dunia
Harum aroma lilin menyala
Mengabarkan sukacita warna hari

Minggu yang sederhana
Hari istirahat bagi raga,
Agar batin berbicara lebih nyata
Dalam renungan di nada pagiNya

Terima kasih Dewa Perkasa,
Masih Kauberi kami napas panjang-Mu
Agar kami isi hari hari kami
Dengan sukacita warna Injil

Syukur sujudku bagi Dewa Perkasa
Telah kujalani hari hari sepekan raya
Sebagai janji bhakti hamba

Mengisi dunia dengan nada ceria
Menerima duka sebagai timbangan dunia
Kerna Kau beri kami kekuatan
Untuk mengolah ladang kehidupan

Syukur sujudku kupersembahkan
Di pagi suci minggu sederhana
Pisungsung nyata bagi Sang Dewa

Palembang, 30 Agustus 20202:07:21








Kupandang Sakramen MahaKudus

Kupandang Sakramen Maha Kudus
Di diamku ... ada banyak kisah ...
Seolah dalam sembah sujudku
Seperti sebuah buku yang terbuka
Dan aku hanya bisa memandang-Nya
Sambil mengelu ...
Kupersembahkan semua bagi-Mu

Kisah hari-hariku ...
Percikan emosi datar wajahku,
Gejolak hati yang membara
Semangat dan keputusasaanku,
Ketidakmengertianku akan rencana-Mu
Sekarang ... kuletakkan di sini Tuhan
Biar selesai ... di sinilah.

Kupandang Roti Suci
Gambaran makanan kami sedunia
Yang bisa terbagi dengan rata
Dan bisa dinikmati oleh semua
Yang memberi energi baruku
Dan juga semua yang mengingat pengorbanan-Mu Tuhan
Yang karna Cinta sehabis-habisnya
Kuletakkan beban dan kegembiraan
Sukacita dan dukacitaku ... dalam hening-Mu

Hanya Engkau yang tahu
Hanya Engkau yang menyembuhkan
Hanya Engkau yang memberi kekuatan
Dalam kasih setia-Mu
Aku kembali memandang Roti yang terbagi

Kupandang Sakramen Maha Kudus
Tempat jiwa-jiwa lara ... dan belum selesai
Berlabuh memohon kerahiman Bapa
Ya Tuhan, aku mengingat mereka

Satu per satu ... para leluhurku ...
semua saudara yang berpulang
berilah Damai-Mu
Kupandang Sakramen MahaKudus.


Palembang, 29 Agustus 2020,






Betapa sedapnya Tuhan

Puisi Lodevika Endang Sulastri


People photo created by jcomp - www.freepik.com


Senja merayap, aroma malam mengudara
Semerbak wangi seperti ingin sampaikan
Keringat siang telah mereda
Kerna Sang Maharaja Terang
Kembali ke peraduannya
Kini hening ... hadir ... dalam temaramnya

Suara cicak berirama meningkahi
Aku menatap dengan tenang
Bacàan renungan malam ini
"Kecaplah betapa sedapnya Tuhan"
Sperti ingin mengatakan

Datang, datanglah, 
Makanlah dan minumlah
Sajian bagimu ...
Karna Tuhan bersukacita
Kau datang dalam hadirat-Nya

Dalam sendiri ...
Di bilikmu ...
Yang sunyi ...
Dengarkanlah Dia.


Palembang, sesunyinya,
akhir Agustus 2020


Sabtu, 15 Agustus 2020

Aku dan Sepasang Mata

oleh Lusia Yuli Hastiti


Photo by Lusia Yuli Hastiti




aku tidak ingat sedang berada di mana
mungkin sedang berada di lorong-lorong sempit
dalam gerak pemikiranku sendiri

aku bertanya lagi sedang berada di mana
merenung di hamparan padang nista barangkali
terlena dengan pertemuan mata itu
yang sekarang hendak pergi ke tempat jauh
memetik buah-buah kasih dari surga

aku bertanya lagi sedang berada di mana
ketika aku serasa diayun buaian leka
dari kerisauan-kerisauan yang tak sepantasnya

aku bertanya lagi sedang berada di mana
saat aku terjebak kuat hanya mampu
merekam satu nama di ruang benakku

ini bukan tentang sepasang mata
yang hendak pergi dan tak kembali
ini tentang kenistaanku yang tak semestinya dengan sepasang mata itu.

Lampung Timur, 15 Agustus 2016

Puisi diambil dari Kumpulan Puisi Juni 2019
#Puncak Keni    kmatan#Halaman 46


Minggu, 09 Agustus 2020

Selembar doa mengudara

Puisi Lodevika Endang Sulastri


Image by Gordon Johnson from Pixabay


Selembar doa mengudara,
Lewat sebuah kisah
Kala sang murid tergoda bertanya
Pada Sang Guru yang dikasihinya.

Hari ini Sabda mengurungku dalam tanya
Kala sang murid melihat Guru
Berjalan di atas air dengan fantastik.
Segenap mata berkelebat tanya.

Tetapi suara tenang Sang Guru
Menghentikan kepanikan mereka..
Teguhkan hatimu! Ini Aku ... jangan takut.

Sang murid pemberani bertanya:
Jikalau itu Engkau Guru,
suruhlah aku datang.

Selembar doa mengudara,
Kala mata hati terbuka
Oleh pengalaman iman.
Indahnya pengharapan dan anugrah.

Selembar doa mengudara,
Terhenti di bawah takhta-Nya,
Mukjizat nyata di manapun berada
Saat iman hadir di sana.

Percaya ...
Hanya percaya dan serahkan pada-Nya
Kuasa-Nya hadir dalam semesta
Mengapa aku masih juga tergoda
Untuk mempertanyakan-Nya.

Hanya pisungsung hatì yang diterima
Hati yang berserah ... pada Sang Dewa.
Maka Yang Ilahi menguasai hidup
Karena kita berharga di mata-Nya


Palembang, 9 Agustus 2020, 20:46




Sepercik cinta segenggam dendam

Puisi Lodevika Endang Sulastri


Photo by Nikolas Resende from Pexels



Kidung senja merambah udara
Menyenandungkan kisah seorang lelaki muda
Yang terhentak raga karna salah tutur kata,
Seorang gadis membuatnya terduduk
Tak mampu gerakkan tubuhnya

Sepercik cinta segenggam dendam

Dari jauh kulihat deritamu,
Luka cinta percikkan dendam kesumat,
Menghancurkan raga yang kaukasihi
Tiada lagikah jalan bagimu?

Sepercik cinta segenggam dendam

Oh manusia, mengapa pendek pikirmu
Kobaran emosi luluh lantakkan kekasih jiwa
Lihat kumbangmu terkapar tak berdaya
Mengapa hanya sebatas mata
Kaulihat harumnya cintamu.

Sepercik cinta segenggam dendam

Apakah yang membuatmu kerasukan?
Mengapakah hanya sebatas raga kau melihatnya
Tinggikan budi dendangkan mazmur Cinta
Bagi Tuhan, supaya lukamu disembuhkan
Tak harus dengan panah beracun kaukirimkan
Segenggam cintamu yang tlah terpadam

Sepercik cinta segenggam dendam

Akankah dendam lebih kuat dari cintamu?
Bawalah bayangnya dalam doamu
Kidungkan ayat-ayat cintamu
Dengan sepercik pengorbananmu
Agar cinta berbalas mesra.


Palembang, 9 Agustus 2020, 20:31



Kamis, 06 Agustus 2020

Cita-Cita

oleh Lusia Yuli Hastiti
Photo by Pexels.com




sebelum tidur
aku suka menatap
langit-langit kamar
tentu saja bukan biru
tapi berlatar putih bersih
di sana terdapat mimpiku
tak kugantung di tingginya
langit karena bisa jauh kuraih

pada langit kamar yang kukenal
kutitipkan angan-angan
kugambar pola cita melalui khayal
lewat keyakinan,
kuharap aku bisa mewujudkan
segala peristiwa kuserahkan
kepada kemungkinan
walaupun pengetahuan itu bersifat
dugaan dan perhitungan

Lampung Timur, 5 Agustus 2018

#A Poem A Day

Tersenyumlah untuk merdeka

Puisi Lodevika Endang Sulastri


Siang benderang
Sepasang tangan dengan ulet mengikatkan
Tali temali bendera plastik merah putih
Mengibar di tepian koridor sekolah
Menanda masih ada penghuni bergerak
Meski corona tak jua sepenuh hati pergi.

Tak gentar dengan sunyinya sekolah
Hanya angin siang berembus mengabarkan
Bahwa dinding-dinding sekolah berdiri
Dengan gagah menantikan kerumunannya

Anak anak remaja membawa tas punggung
Memasuki gerbangnya dengan ceria
Sambil berceloteh pun terdengar gelak tawa
Duh ... rindunya kami para guru melihatnya.

Namun, kini di sini ...
Kami sedang berdaring ria
Dengan segudang ilmu seperri biasa
Mengajar di kelas sunyi, siswa nun jauh
Entah sedang bagaimana mereka di rumah

Mungkin maknya berteriak menghalau
Dapur kesayangan yang kini penuh keramaian
Atau melotot garang melihat anandanya
Masih bergulingan belum juga beranjak
Dari pembaringan yang sudah kusut
Kerna ulah anaknya tidur semalaman
Tak jua tenang ...

Oh siang benderang, senyapkan hati
Ke mana nian para muridku kini ...
Mengapakah lama pandemi menghampiri
Seolah kerasan dengan suasana kami.

Kulihat bendera dan umbul telah tegak
Dipasang para guru muda seraya tertawa
Dan menanya entah pada siapa
"Akankah ada yang bahagia lihat kibaran
Merah putih meriah di seluruh penjuru
Sekolah kita yang senyap
Kepada siapa mereka mengibar
Ketika anak bangsa terkarantina.

Wahai ... putri Corona ...
Lekaslah pergi agar anak-anak kami
Kembali bercanda dan tergelak di sini
Sekolah kami tercinta menanti
Kanak-kanak kami belajar kembali
Dan merayakan hidup bersama lagi.

Impian kemerdekaan mendekat
dari ketakutan ... dan berjarak
Merdeka dari kengerian 
Merdeka berjalan ke sekolah dan
Merdeka belajar ... merdeka ... merdeka ...!
Tersenyumlah untuk merdeka!

Palembang, 6 Agustus 2020: 15:26



People photo created by rawpixel.com - www.freepik.com

Selasa, 04 Agustus 2020

Ratapan Rindu: Kumpulan Puisi dan Kisah Siswa SMA K Sang Timur Yogyakarta


Ratapan Rindu: Kumpulan Puisi dan Kisah Siswa SMA K Sang Timur Yogyakarta

Ratapan Rindu: Kumpulan Puisi dan Kisah Siswa SMA K Sang Timur Yogyakarta

Kode: 0120042
Judul: Ratapan Rindu: Kumpulan Puisi dan Kisah Siswa SMA K Sang Timur Yogyakarta
Penulis: Agatha Tata [et al.]
ISBN: 978-623-7421-26-9
Terbit: 04-Agu-2020
Tebal: 106 (x+96) halaman
Ukuran: 14.5x21 cm
Harga: RP45.000

Buku ini dicetak sesuai pesanan. Pesan 1 eksemplar pun akan kami layani. Untuk memesan buku ini, silakan hubungi yedijanusantara@gmail.com atau melalui pesan WhatsApp dan sampaikan Nama Pemesan serta alamat lengkap (dengan menyebut nama kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, serta kode pos)


Kata kunci: 
puisi, kisah, cerpen, kumpulan puisi, kumpulan kisah, karya siswa, karya siswa SMA, Agatha Tata, Alf. E. Berteen. N, Arnita Bella Hanadifa, Arya Maharddhika Singal, Bernadus Alden Horrison, Bernadus Frederik Saragih, Christopher Mangundap, Cicilia Cindy Permata D. Meylan, Clara Masaubat, Cornelia Adriana Dias, Daniela Sayunika Hae, Danielle Rahajeng Worang, Debora Echa Angelika, Dionisius Reno Adi Prasetyo, Eduardus O.K., Emiliana Ayu Puspita Sari, Everald Ariel Agathon, Felicitas Gamaliel Delita Navilah, Felis Cornelius Gea, Fransiska Nandita, Gaudentius Devano Abyantara Erwianda, Giacinta Mary Christina, Grace Dece Duma Tiur Tumanggor, Gradiana Clara Masaubat, Henny Anastasya Ridwan Kbarek, Hulda Isa Waweini, Ignatius Pratama Sambekok, Ivan Kristian Harefa, Kevin Pristanta Ginting, Laura H. Fibiolita Tarigan, Michael Edgar Rahadewa Paksi, Mikael, Natalia Diana Lestari, Natalia Julien Marlitha Nikijuluw, Nicodemus Yoga, Nicolas Rangga Agam Wicaksana, Oktavianus D.P.W, Rika Charina Dyah Pramesti, Ronata Mayung Allo, Selinus Reyhard Wonda, Silvestra Desinta Forceps E., Skolastika Mutiara Sherli, Stefania Regina Sitorus, Stefanus Natalino, Y. Putro Katon Pangestu, Yesaya Putra Andika, Yohannes Raffi Laksmana, Yoseph Andri Darmawan, Yoshua Basilius Simatupang


Deskripsi:
Karya ini merupakan hasil olah rasa dan olah pikir yang bersinggungan dengan pengalaman hidup para peserta didik SMA K Sang Timur Yogyakarta tahun 2019. Antara lain, cerpen berjudul “Biarkan Cinta Mengajarimu” merupakan ungkapan perasaan jatuh hati sepasang remaja, sedangkan cerpen “Pahlawan Indonesia” menuangkan ekspresi hormat dan belajar serta meneladani sosok pahlawan bangsa. Cerpen-cerpen menarik tersaji dalam rangkaian pena para peserta didik yang membuncah minta diwadahi. 

Goresan pena penuh makna tertuang pula dalam bentuk puisi. Antara lain, puisi yang berjudul “Paradigma Rinduku”, “Namun”, “Lembayung”, “Alur”, “Menunggu”, “Natal”, dan “Kisah Kita” merupakan ungkapan perasaan yang dialami oleh penulis puisi. Kemudian puisi berjudul “Sahabat”, “Sendiri”, “Infinity”, “Milenial”, “Iman dan Keyakinan” merupakan ungkapan harapan menjadi insan yang lebih bermakna. Puisi berjudul “Petani”, "Penghujung Rindu", dan “Ayah” merupakan ungkapan penghargaan seorang insan terhadap sosok yang sangat berjasa. Puisi berjudul “Puisi Alam” dan “Angin” merupakan ungkapan cinta penulis terhadap kelestarian lingkungan alam.

Tentunya melalui puisi-puisi dan cerpen-cerpen ini para peserta didik berlatih mengekspresikan diri, bermain diksi yang tepat, bermain rima yang menarik, bermain majas, dan berlatih menyampaikan amanat. 


Daftar tulisan dan penulisnya:
Puisi
Milenial ~ Everald Ariel Agathon
Iman dan Keyakinan ~ Danielle Rahajeng Worang
Angin ~ Henny Anastasya Ridwan Kbarek
Kisah Kita ~ Emiliana Ayu Puspita Sari
Infinity ~ Yoshua Basilius Simatupang
Ayah ~ Cornelia Adriana Dias
Namun ~ Natalia Julien Marlitha Nikijuluw
Petani ~ Kevin Pristanta Ginting
Lembayung ~ Stefania Regina Sitorus
Ruang Kosong ~ Grace Dece Duma Tiur Tumanggor
Perpisahan, Kasih, dan Hidup ~ Michael Edgar Rahadewa Paksi
Alur ~ Hulda Isa Waweini
Puisi Alam ~ Felis Cornelius Gea
Natal ~ Ignatius Pratama Sambekok
Paradigma Rinduku ~ Natalia Diana Lestari
Indonesia Mampu ~ Stefanus Natalino
Sahabat ~ Yoseph Andri Darmawan
Menunggu ~ Rika Charina Dyah Pramesti
17 ~ Arnita Bella Hanadifa
Aku Rindu ~ Oktavianus D.P.W
Angin ~ Nicodemus Yoga
Detik Perpisahan ~ Ivan Kristian Harefa
Harapan ~ Dionisius Reno Adi Prasetyo
Jadi Setara ~ Giacinta Mary Christina
Micin ~ Eduardus O.K.
Penghujung Rindu ~ Nicolas Rangga Agam Wicaksana
Persahabatan ~ Laura H. Fibiolita Tarigan
Secerah Mimpi ~ Y. Putro Katon Pangestu
Senja ~ Mikael
Tak Ada Kata Menyerah ~ Fransiska Nandita
Uang ~ Alf. E. Berteen. N
Demokrasi Belajar ~ Silvestra Desinta Forceps E.
Kau ~ Cicilia Cindy Permata D. Meylan
Nasionalisme ~ Yesaya Putra Andika
Diam ~ Agatha Tata
Corona ~ Agatha Tata
Sendiri ~ Ronata Mayung Allo
Hey Tayo ~ Cicilia Cindy Permata D. Meylan
Lelaki Kecil ~ Gradiana Clara Masaubat
Corona ~ Christopher Mangundap
Corona ~ Arya Maharddhika Singal
Ratapan Rindu ~ Gradiana Clara Masaubat
Bangkitlah Indonesiaku ~ Yohannes Raffi Laksmana
Virus Corona di Bulan April ~ Selinus Reyhard Wonda
Cipta Bencana ~ Daniela Sayunika Hae

Cerpen dan Kisah
Cinta Lingkungan Sekolah ~ Felicitas Gamaliel Delita Navilah/Kelas XI. MIPA
Pahlawan Indonesia ~ Clara Masaubat 
Biarkan Cinta Mengajarimu ~ Silvestra Desinta Forceps E.
Tak Tahu Sampai Kapan ~ Debora Echa Angelika
Situ Lanang ~ Skolastika Mutiara Sherli
Seorang Bintang ~ Gaudentius Devano Abyantara Erwianda
Akibat Menyepelekan Corona ~ Bernadus Frederik Saragih
Lebih Baik di Rumah ~ Bernadus Alden Horrison

Minggu, 02 Agustus 2020

Hortensia Herima



Nama lengkap Hortensia Herima, S.Pd. Biasa dipanggil Osi. Saya seorang guru PNS yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah. Saat ini saya diberi kepercayaan untuk memimpin di lembaga pendidikan SMK Negrei 1 Lembor Selatan, Desa Watu Tiri, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya menjadi kepala sekolah di lembaga ini sejak 1 September tahun 2014, sejak sekolah ini dibuka dan masih berlanjut sampai sekarang.

Sebelumnya saya mengajar di SMP Negeri 1 Lembor, Kecamatan Lembor. Diangkat menjadi PNS tahun 2005 dan bertugas di SMP N 1 Lembor sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris dan diberi tugas tambahan sebagai pembina pramuka juga staf kurikulum. Selama sembilan tahun saya mengabdi di SMP N 1 Lembor.

Saya tamat kuliah dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Bahasa Inggris

Selama kuliah saya tidak pernah menulis. Adapun tulisan berupa diary tetapi itu hanya untuk konsumsi pribadi. Tidak pernah terpikirkan bahwa tulisan berupa ungkapan hati itu bisa dijadikan sebagai tulisan yang bisa dipublikasikan. Selama menjadi guru, membuat karya ilmiah hanya untuk kepentingan kenaikan pangkat.

Saya belajar menulis sejak tahun 2018. Kami melaksanakan workshop penulisan karya ilmiah dan PTK bekerja sama dengan Media Pendidikan Cakrawala NTT. Artikel singkat saya pertama kali dimuat di majalah Cakrawala ini. Sebagai pemula saya merasa bangga dan senang. Dari situ semangat saya mulai tumbuh. Mulai menulis puisi singkat, artikel singkat dan saya merapikan tulisan-tulisan itu dalam file khusus.

Saya juga diberi tanggung jawab untuk menjadi Presiden Literasi di Kabupaten Manggarai Barat sejak 2019. Tugas ini membuat saya tertantang untuk melanjutkan kebiasaan menulis. Kebiasaan menulis ini saya wariskan kepada siswa-siswi saya di sekolah. Kami membentuk sebuah komunitas literasi tingkat sekolah. Anak-anak diwajibkan membuat karya dan ditampilkan di majalah dinding kelas dan sekolah.

Saya bersyukur selama masa pandemi ini bisa bergabung dengan Komunitas Guru Menulis. Terima kasih karena sudah menyediakan ruang bagi kami para guru untuk membukukan tulisan kami yang tercecer dan mohon bimbingannya selalu.



Karya Bersama Komunitas Guru Menulis

Mengantepi Rasa Rambang: Kumpulan Kisah di Tengah Pandemi
Judul tulisan"Problematik Pembelajaran di Rumah Selama Masa Pandemik Covid-19"




Kala yang Tak Kusangka: Kumpulan Puisi Pandemi #2
Judul puisi:
Apa kabarmu sekalian?

Sabtu, 01 Agustus 2020

REFLEKSI CORONA TAHAP 3

REFLEKSI CORONA TAHAP 3

Proyek penulisan refleksi CORONA tahap pertama dan kedua sudah berlangsung dan menghasilkan 4 buah buku: dua buku artikel atau kisah dan dua buku kumpulan puisi. 

4 Buku Tahap I dan II

Menjeda Jagat, Memeluk Hakikat

Menyukat Kesemenjanaan Kita

Kala yang Tak Kusangka
Mengantepi Rasa Rambang


Latar Belakang
Saat proyek penulisan refleksi corona tahap pertama sedang berlangsung, ada semacam harapan atau anggapan umum bahwa pandemi ini akan segera berakhir. Proyek pertama selesai dan berlanjut ke tahap kedua. Tahap dua selesai dan kita masih harus menerima kenyataan bahwa wabah ini belum juga pergi dari bumi kita ini. Jelas, kita tidak bisa berlama-lama mengunci diri di dalam rumah saja. Kita harus melanjutkan hidup dan kini dunia sudah "kembali" berkegiatan seperti sedia kala. Jalan-jalan kembali ramai dan kantor-kantor sudah mulai dibuka kembali. Kita memasuki new normal. Oleh sebab itu, Proyek Penulisan Refleksi Corona Tahap III ini tetap akan menjadi catatan yang berharga atas peristiwa yang diyakini hanya terjadi sekali dalam seabad. Kali ini bentuk tulisan agak bebas.

  • artikel: esai | opini | feature | kisah (nonfiksi)
  • cerpen (fiksi) 
  • puisi: bebas | pantun | haiku | akrostik | cinquain | sonian | lainnya

Tulis refleksimu mengenai fenomena corona dalam bentuk tulisan untuk diterbitkan bersama menjadi buku. Tulisan akan diterbitkan dalam bentuk buku berukuran A5 (145x210mm). 

==============
Bentuk Tulisan

artikel
karangan faktual secara lengkap yang dibuat untuk menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur.

esai 
karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya

opini
suatu pendapat, tanggapan, pandangan, atau hasil pikiran seseorang dalam menjelaskan atau menyikapi suatu hal 

feature
karangan khas yang diolah dari berita atau berbagai aspek kehidupan masyarakat, ditulis berdasarkan fakta dengan akurat, mengandung human interest, dan bergaya penulisan sastra

kisah
karangan yang melukiskan pengalaman pribadi atau kelompok, bersifat jujur dan tidak mengada-ada, disajikan dalam bentuk naratif menyerupai cerpen

Tuliskan pengalamanmu selama masa pandemi Covid-19 ini. Pengalaman yang menurutmu menarik untuk dibagikan: pengalaman bermakna, pengalaman mencengangkan, pengalaman sedih tetapi memberikan pelajaran hidup, pengalaman haru, pengalaman kesulitan, pengalaman belajar hal baru, pengalaman yang mengubah cara pandang, atau bahkan pengalaman kecil sangat sederhana tetapi membuka perspektif baru dalam kehidupan Anda. 
Bisa pengalaman terkait profesi, bisa pengalaman dalam kehidupan keluarga, kehidupan bermasyarakat, atau kehidupan pribadi dalam berelasi dengan Tuhan atau alam.

cerpen
jenis karya sastra yang berbentuk prosa naratif fiktif, menceritakan/menggambarkan kisah suatu tokoh beserta segala konflik dan penyelesaiannya, yang ditulis secara ringkas dan padat

puisi bebas
Puisi bisa menjadi media refleksi yang asyik. Jika Anda tidak mau berkisah secara langsung, berkisahlah lewat alegori dan metafor dalam puisi. Jika Anda suka bermain kata-kata dan bergairah dalam dunia diksi, tulislah puisi. Semua bentuk puisi: ya puisi, pantun, haiku, sedoka, katauta, akrostik, triolet, septolet, naani, sonian, dll.


Hindariujaran kebencian, kritikan terhadap sosok tertentu karena ini adalah refleksi. Ini adalah tentang BERCERMIN DIRI, secara pribadi maupun kolektif, tentang akubukan kamu, dia dan merekaTujuan penulisan dan penerbitan ini adalah: untuk semakin memanusiakan manusia.

=============
Pengumpulan Tulisan

Naskah diketik dalam Word, file dinamai: jenis tulisan - nama penulis - judul (dari judul pertama, jika beberapa puisi)
kirimkan ke terbitkanbuku@gmail.com

=============
Kelengkapan
Kelengkapan cukup dikirim sekali saja jika sama. Jika pernah mengirimkan sebelumnya, tidak usah mengirimkannya lagi, kecuali ada pembaharuan atau perbedaan.
Bersamaan dengan pengiriman naskah, sertakan: foto KTP, foto diri, narasi biodata maksimal 100 kata, dan melengkapi formulir DATA PENULIS yang akan dikirimkan dalam email balasan.

=============
Penting: Mohon tidak mengirimkan naskah jika Anda tidak menyepakati dengan segala ketentuan yang tertulis mengenai proyek ini.

Syarat: 
  • sanggup membeli minimal 2 eksemplar buku yang diterbitkan. Syarat pembelian 2 eksemplar tidak masuk dalam perhitungan ROYALTI. Royalti dihitung dari penjualan di luar syarat pembelian ini.
  • maksimal per kontributor adalah 5 halaman jadi, jika lebih dari 5 halaman maka berlaku kelipatannya (sanggup membeli 4 eksemplar, dst)
  • sanggup membayar ongkos kirim
  • jika membutuhkan sertifikat, dikenai biaya Rp5.000
  • Pembayaran dilakukan sesudah jumlah naskah yang masuk dinyatakan final. Penerbit akan mengirimkan tagihan melalui aplikasi paper.id.
=============
Mekanisme Penerbitan:
  1. Penulis/kontributor mengirimkan naskah ke email terbitkanbuku@gmail.com
  2. KGM menanggapi email dan menyatakan apakah naskah layak terbit atau tidak. Jika dinyatakan layak, KGM akan menyampaikan apa-apa saja yang masih harus dilengkapi dan berapa minimal jumlah buku yang harus sanggup dibeli oleh kontributor/penulis. Jika dinyatakan belum layak, KGM akan memberikan catatan perbaikan.
  3. Sesudah naskah masuk dinyatakan cukup, penerimaan naskah ditutup. KGM akan menghitung harga buku berdasarkan ketebalan buku.
  4. Penerbit mengirimkan tagihan melalui aplikasi paper.id ke penulis/kontributor dengan memberikan batas waktu pembayaran. Pembayaran bisa dilakukan melalui aplikasi paper.id atau transfer manual. Nomor rekening tercantum di Invoice yang dikirimkan (silakan membuka Invoice yang dikirimkan melalui aplikasi paper.id.)
  5. Sesudah semua kontributor melakukan pemesanan dan pembayaran, Penerbit melakukan proses penyuntingan. Jika ada bagian dari tulisan kontributor yang perlu diperbaiki selama proses penyuntingan, hal itu akan disampaikan kepada kontributor.
  6. Sesudah penyuntingan selesai, dilakukan layout buku dan desain cover.
  7. KGM akan mengirimkan hasil edit dan layout kepada setiap penulis untuk pengecekan apakah sudah OK semua. Penerbit akan melakukan perbaikan yang diperlukan sesudah mendapatkan umpan balik dari kontributor.
  8. Pencetakan buku.
  9. Pengiriman buku ke kontributor.

Catatan:
Urutan tulisan di dalam buku dan judul buku menjadi kewenangan penerbit untuk menentukan.

Genderang Kemerdekaan Mengumandang

Puisi Lodevika Endang Sulastri
Photo by Artem Beliaikin from Pexels


Genderang Kemerdekaan telah berbunyi
Mengingatkan Indonesiaku di 75 tahun lalu
Bergerak kaum muda dan tua
Merangsek tentara Jepang

Kini ...
Hari ini ... masih 17 hari lagi
Nuansa merdeka telah terasa di jalanan
Aroma sedap keringat berjuang
Bahkan di tengah Pandemi
Medsos telah bertebaran
Logo dan tema merdeka membungkus
Luka bangsa di tengah Pandemi Covid-19

Seolah suarakan ... ayo saudaraku
Terus berjuang dan isi Masa Kemerdekaan
Dengan membuka pikir dan cerdaskan bangsa
Jangan gentar dengan era yang berubah
Jangan getir dengan nuansa digital
Hidupkan terus kata MERDEKA!
Di dada anak anak bangsa
Agar berkobar terus api kemerdekaan
Di tengah Nusantara jaya.

Jangan takut dengan pengorbanan
Jangan hitung luka pandemi dan ekonomi
Jangan gentar

Maju terus dengan gagah
Tegap seperti Bapak Presiden kita
Bangga dengan modal bangsa besar
Kikis habis kemiskinan dan kebodohan
Jangan gentar walau mentri Ojol
Atau srikandi ekonomi
Bahkan Wapres yang sepuh
Karena kesepuhan lambang kebijaksanaan
Dan srikandi lambang ketelitian
Ojol adalah percepatan
Karena sudah tertinggal ... puluhan tahun
Dari MERDEKA yang sesungguhnya.

Maju terus ... Bapak Presiden Kurus.
Karena di tanganmu inilah
Indonesia sedang ditantang
Jadikan Jaya Nusantara ... adil dan merata
Dari Barat sampai Timur
Anak bangsa memanggil bersahutan
Minta seteguk air pelepas dahaga
Dahaga fisik dan dahaga rohani
Jiwa bangsa meminta kalian
Wahai para pemuka bangsa Indonesia
Lajukan Perahu besar kita
Mengitari bahari Nusantara ... dengan teriakkan MERDEKA!


Palembang, medio 1 Agustus 2020 23:13



Y. Jaka Prastana


Y. Jaka Prastana lahir di Sleman pada 27 Maret 1967. Menempuh pendidikan SD, SMP, dan SMA di Sleman, Yogyakarta. Menyelesaikan studi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP Sanata Dharma Yogyakarta. 
Seperempat abad berkiprah di dunia pendidikan, khususnya pendidikan menengah. Sepuluh tahun mengajar di SMA. Lima belas tahun mengajar di SMP. Delapan tahun mendapat penugasan sebagai kepala sekolah.
Sejak remaja terlibat dalam pelayanan di gereja. Saat ini aktif di Paroki Bunda Maria Cirebon sebagai Sie. Pemberdayaan Lingkungan Dewan Pastoral Paroki, Prodiakon, Redaktur Pelaksana Buletin DAMAR. 
Senang membaca dan menulis. Tulisan-tulisannya dimuat di beberapa surat kabar (Kabar Cirebon, Radar Cirebon) dan majalah (UTUSAN, Educare, Djaka Lodang).
Bersama Komunitas Guru Menulis berkontribusi menerbitkan beberapa buku, antara lain Cinta Sang Guru (Kanisius, 2014), Lilin 71 (Lingkarantarnusa, 2014), Kapur dan Papan Kisah Guru Pembelajar (Lingkarantarnusa, 2015), Cerita Tentang Pengelolaan Kelas (Lingkarantarnusa, 2015), Kumpulan Cerpen Ketika Pohon Pinus Menggugurkan Daunnya (Lingkarantarnusa, 2015), dan Mendidik dengan Hati (Lingkarantarnusa, 2016). 
Secara pribadi telah menerbitkan buku Persembahan Terbaik bagi Tuhan (WR Publishing, 2016). 

Karya Bersama Komunitas Guru Menulis

Melayani Tuhan dengan Sukacita: 35 Renungan Singkat tentang Melayani Tuhan dan Sesama

22.54


KARYA BERSAMA
Ketika Pohon Pinus Menggugurkan Daunnya
Judul cerpen:
"Ketika Dia Kembali"




Kapur & Papan: Mendidik dengan Hati 1
Judul tulisan:
"Kutunggu Kau di Tepi Laut"




KAPUR & PAPAN Kisah Pengelolaan Kelas 1
Judul tulisan:
"Menyatukan Heart, Head, dan Hand"




Kapur Papan Kisah Guru-Guru Pembelajar 1
Judul tulisan:
"Revolusi Hati"




Lilin 71 Kumpulan Kisah Guru yang dengan Tulus Memberikan Hati untuk Murid-muridnya: Alegori Lilin
Judul tulisan
: "Saudaraku, Buatlah Aku Tersenyum"