Jumat, 17 Maret 2017

Sebagai pendidik saya ...

Baca sebelumnya!

Saya ingin Anda menggambar sesuatu yang merepresentasikan apa itu pendidik atau guru!

"Buku, karena buku itu sebagai sumber."
"Pohon, karena menyejukkan bagi orang-orang di sekitarnya."
"Lampu yang menyala, harus mampu memberikan petunjuk, cahaya kepada anak."
"Alat pertukangan, guru sebagai helper, bukan orang yang paling tahu."
"Kunci, untuk membuka potensi anak,"
"Tongkat, untuk menolong anak dalam jangka waktu tertentu."

Kenapa penting untuk melakukan ini, karena ini mengartikulasikan diri kita. Apa sih keyakinan saya sebagai seorang pendidik itu saya gambarkan sebagai apa. Dan ketika saya menggambarkan ini, apa hal-hal yang harus saya lengkapi supaya apa yang saya inginkan itu tercapai dengan maksimal?

Kalau saya sebagai pendidik itu ibarat alat-alat pertukangan, karena kita akan membantu anak-anak yang berbagai macam itu. Jadi alat-alat pertukangan ini harus selalu bisa dipakai, enggak boleh ada yang rusak, enggak boleh ada yang karaten. Kira-kira alat pertukangan itu bagian dari hard skill dan soft skill yang dimiliki oleh seorang guru. Alat pertukangan itu antara lain kemampuan berkomunikasi yang terus diasah, kemampuan berpikir kritis yang harus diasah.

Kalau pohon ingin terus bisa melindungi anak, berarti pohon itu harus rindang terus. Supaya rindang terus bagaimana caranya?

Ibarat-ibarat yang Anda lakukan itu untuk melihat diri Anda sendiri. Karena yang hadir di sini tidak perlu saya kasih yang baru. Anda itu sudah tahu, tetapi sekarang bagaimana merevitalisasi itu semua.

Kalau sebagai kunci, harus kunci yang serba bisa. Kenapa? Membuka anak yang males supaya jadi enggak males. Yang belum menyampaikan idenya supaya bisa menyampaikan idenya.

Peganglah metafora-metafora yang Anda buat tadi dan pikirkan terus-menerus apa yang perlu saya tingkatkan supaya metafora yang saya ambil ini betul-betul menjadikan saya seorang pendidik.

Saya mengajak Anda berpikir di level yang tidak direct, implisit. Kenapa? Karena ini menunjukkan berpikir yang sudah lebih tinggi.

Kalau tongkat, bagaimana agar tongkat itu bisa digunakan oleh anak. Anak yang inginnya ke utara bisa menggunakannya. Yang perlunya ke selatan bisa menggunakan itu.

Pada hakikatnya, mendidik bukan sekadar melakukan profesi. Mendidik bukan sekadar menjalankan tugas. Tetapi mendidik adalah membantu anak untuk bertumbuh sesuai dengan zaman di mana ia hidup. Jangan lupa, disesuaikan dengan zaman. Jadi kalau Anda merasa dari zaman yang berbeda dengan anak-anak, berarti sekarang kita harus terus belajar. Bagaimana bisa memenuhi ketika enggak sama platform berpikirnya. Anak-anak sudah pakai platform abad 21 kita masih pakai abad 20. Kalau yang sering dikatakan orang-orang di Kementerian itu, "Kita ini anak-anaknya abad 21, gurunya abad 20, sekolahnya abad 19."

Saya ingin Ibu Bapak menulis sebuah paragraf, mulailah dengan ini:
Sebagai pendidik saya ...
Setelah ... tahun menggeluti pendidikan, saya menyadari bahwa ...
Sebenarnya saya adalah seorang pendidik yang ... tetapi ...


Sekarang dibaca paragrafnya. Inti dari apa yang kita lakukan ini adalah Anda melihat diri Anda sendiri. Dan Anda mencari sendiri apa yang menjadi kelemahan Anda selama ini. Kenapa kalimatnya disusun seperti ini, supaya ada bagian yang memungkinkan Anda tahu di mana bagian-bagian yang kurang. "Setelah sekian tahun menggeluti dunia pendidikan, saya menyadari bahwa ternyata saya bukan orang yang mampu berkomunikasi dengan baik. Karena di sekolah, ketika saya menyampaikan sesuatu kepada orang lain, banyak sekali yang bertanya maksud saya apa." .... saya menyadari bahwa ... Kenapa pakai saya, saya, dan saya. Karena kita tidak berbicara bagaimana idealnya seperti apa, tetapi kenyataannya seperti apa.

Nah ini adalah sebagian dari evaluasi diri, karena, sebagai orang seorang profesional, sebetulnya guru itu tidak ada yang ngurusi kecuali administrasinya. Guru dan kepala sekolah itu tidak ada yang ngurusi substansinya, yang diurusi hanya administrasinya. Yang diurusi itu berapa lama mengajar, borang-borang akreditasi terurusi atau tidak. Akreditasi pun tidak menilai keberhasilan pembelajaran. Karena keberhasilan pembelajaran semata-mata dinilai dari jumlah anak yang lulus dan nilainya berapa. Belum pada proses.

Makanya yang lebih penting adalah mendidik itu berproses. Seperti pohon yang tadi diibaratkan beberapa orang. Mendidik itu tumbuh, tidak berhenti. Ketika tumbuhnya ke mana-mana, dibentuk. Oleh sebab itu memahami diri sendiri jauh lebih penting, karena tidak ada yang ngurus Anda. Kita ini mendidik ini tidak ada yang ngurusin. Ini guru ini belajarnya apa. Tidak ada.

Kemarin GP (Guru Pembelajar) itu cuma kejar-kejaran target, sampai ninggalin murid buat kejar target.

Ini adalah cara anda melihat diri Anda. ... sebenarnya saya ... tetapi ... ini supaya Anda melihat dari perspektif mana yang sudah Anda lakukan secara baik dan mana yang perlu ditingkatkan.

Nah kira-kira menulis mengenai diri sendiri itu apa buat saudara? "Susah." Susah? Karena selama ini menilai diri sendiri itu biasanya cuma buat akreditasi. Dan itu administrasi dan itu sangat artifisial. Sangat pura-pura. Mengada-ada. Sampai evaluasi sekolah pun hanya abal-abal.

Yang berdiri di ruangan ini saya ajak berdiri sebagai pendidik yang sesungguhnya. Dan itu yang bisa membuatnya bukan saya, melainkan Anda sendiri.

Anda merasa tidak bahwa yang menjadi penting dalam mendidik itu bukan materi melainkan prosesnya? Merasa tidak selama satu jam ini?
"Merasa."
Anda merasa tidak kalau proses itu bagian dari materi Anda? Dalam mendidik proses adalah materi, karena kalau zaman sekarang materi itu dapat di-google 24 jam. Dan materi yang di google itu jauh lebih banyak dan lebih baik daripada yang bisa Anda sampaikan. Yang bisa dicari oleh anak-anak biarlah mereka yang mencari. (Tetapi kan memang tidak adil kalau kemudian dibiarkan demikian karena gurunyalah yang harus menyampaikan materi.)

Mudah-mudahan ini menjadi cara untuk memotret diri yang beneran. Dan tidak harus ditunjukin ke orang. Ditunjukkan ke dirimu sendiri dan Tuhan aja. Karena ini bukan porsi untuk dinilai, tetapi diri saya sendiri sebagai pendidik, pantes enggak sih sebenarnya menyebut diri sebagai pendidik.



Baca selanjutnya!




Laporan acara:

  1. Lokakarya Penulisan Artikel Pendidikan dengan tema: Pendidik Masa Depan
  2. Tuliskan Satu Kata tentang Diri Anda!
  3. Pertanyaan Awal Fasilitator
  4. Mengajukan Pertanyaan yang Menghasilkan Pesan
  5. Fakta atau Opini
  6. Apa Keinginan dan Kebutuhan Peserta Didik Kita?
  7. Siapa yang bertanggung jawab untuk menumbuhkan lingkungan belajar?
  8. Sebagai Pendidik, saya ...
  9. Standar Kompetensi Guru
  10. Tantangan Abad 21 v.s. Kurikulum
  11. PISA dan Dilema Kebijakan Sekolah di Indonesia
  12. Mengubah mindset: refleksi terus-menerus sudahkah kita menjadi model pembelajaran?
  13. Ajari Anak Didik untuk Bertanya
  14. Galeri Foto

0 komentar:

Posting Komentar