Sabtu, 28 Maret 2015

LOKAKARYA SEHARI untuk GURU: Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN: Sesi Workshop

baca sebelumnya


Galeri foto kegiatan LOKAKARYA SEHARI untuk GURU:
Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN bisa dilihat di sini

SESI PENGANTAR WORKSHOP

disampaikan oleh Bapak St Kartono: Tips Menuliskan Pengalaman menjadi Bacaan yang Ringan dan Mengena

Sharing Pengalaman Pak Kartono
Menyalakan Sumbu Kompor
  • Pak Kartono mengawali sesi ini dengan mengemukakan, “Membaca pengalaman menuliskan kesan” dan “Have paper will travel.” 
  • Pak Kartono yang memulai karir menulisnya dari menjadi kuli tinta di media massa, menunjukkan buku-buku hasil tulisannya selama ini. 
  • Lalu beliau melontarkan pertanyaan kritis, “ Sudah gembira dan berkembangkah Anda semua menjadi guru? Kalau hanya gembira saja dan tidak berkembang berarti masih ada yang perlu dievaluasi dari peran Anda. Kalau hanya berkembang saja tapi tidak gembira, betapa sengsaranya hidup Anda.” 
  • Berpatokan pada The Seven Habits yang dikemukakan oleh Stephen R. Covey, maka dapat dikatakan bahwa untuk piawai menulis kita seharusnya menerapkan kebiasaan untuk selalu MAU, TAHU, dan TERAMPIL. Menjadikan menulis sebagai kebiasaan. Dengan kata lain kita berkarya dari sisi kognitif, afektif dan psikomotor. Otak, hati, tangan. Semua seharusnya senantiasa dilatih. Tak hanya brain memory yang perlu setiap saat dilatih, namun muscle memory juga. 
  • Dalam tulisan tempatkanlah diri Anda sebagai guru, pendidik, bukan pengamat pendidikan. Ungkapkanlah nilai yang kita hidupi sebagai guru.
  • Pak Kartono memberikan contoh nilai yang beliau hidupi sebagai guru, “MENJADI GURU UNTUK MURIDKU. Bukan jadi guru untuk pemerintah. Bukan jadi guru untuk teman guru. Bukan jadi guru untuk siapapun juga, tapi menjadi guru untuk murid.” 

Api Mulai Menjalar ke Samping

Tips menuliskan pengalaman menjadi bacaan yang ringan dan mengena:
  • Berikan opini singkat
  • Berikan pengamatan dan pemaknaan suatu persoalan
  • Cerminkan pendapat pribadi
  • Tulisan tersebut seharusnya padat makna
  • Berikan opini referensial 
  • Berpikir analogis setelah membaca dan menemukan sebuah situasi adalah salah satu upaya menumbuhkan berpikir kritis. Contohnya ketika kita sedang nonton TV lalu menemukan suatu peristiwa yang menarik, peristiwa tersebut dapat kita analogikan kemudian kita refleksikan lalu lahir menjadi sebuah tulisan yang penuh makna dan nilai kehidupan. 
  • Untuk membuat tulisan itu jadi mengena, fokuslah pada satu persoalan sampai mendalam.
  • Guru dapat memanfaatkan pengalaman kecil berkait dengan aktivitas mendidik sehari2 dan mengembangkannya menjadi pembahasan yang ringan tetapi memberi makna penting bagi siapapun yang membacanya. Selalu beri sentuhan pada sisi humanitas, di samping aspek-aspek lain seperti aspek kultural, politik, maupun spiritualitas. 

SESI TANYA JAWAB

Pertanyaan 1 (Wiwien Prasetyati): Saya ingin masukkan semua ke dalam tulisan. Ketakutan kalo saya mau fokus, takut ga bisa mengembangkan. Bagaimana ya caranya?
Sumbu-Sumbu Telah Menyala Semua

Jawab
  • Tulisan dimulai dari suatu masalah (peristiwa, dll.). satu masalah tersebutlah yang kita evaluasi. Nah di bagian evaluasi inilah kepiawaian menulis itu perlu diasah. Kita bisa beri pembanding situasi, referensi, pembahasan, dengan kata lain kita membedahnya, menganalisisnya. Nah, oleh karena itu kita harus memiliki pisau analisis yang tajam untuk bisa membedah dengan baik. Kuncinya kita harus banyak membaca jika mau mengasah pisau analisis kita jadi makin tajam. 
  • Kalau buat tulisan tidak perlu terlalu panjang dan bertele-tele, langsung tendang ke masalahnya sehingga ide dan pikiran penulis dengan cepat dan mudah bisa tersampaikan kepada pembaca. 

Pertanyaan 2: Apakah menarik menulis tentang olah raga?

Jawab:
  • Ada seorang petenis dari Spanyol yang selalu membanting raketnya jika ia kalah dalam pertandingan. Karena kebiasaannya yang buruk itu, pamannya mengingatkan bahwa raket itu adalah jiwanya sebagai petenis. 
  • Penggalan kisah singkat tentang seorang olahragawan itu bisa jadi bahan tulisan buat kita. Peristiwa yang muncul dari bidang apapun, termasuk olah raga selalu bisa jadi tulisan reflekstif yang menyentuh sisi humanitas. Dan tulisan apapun yang mengupas nilai-nilai kehidupan pasti akan menjadi tulisan yang menarik. Begitu pula dengan olah raga. Jadi ya, peristiwa-peristiwa di dunia olah raga bisa diolah jadi tulisan yang menarik. 

Pertanyaan 3 (ibu Gita): Bagaimana cara menyunting tulisan? Setelah ditulis? Dibaca ulang? Triknya apa?

Jawab:
  • Beri perhatian pada tema (Jawab pertanyaan ini: “Kamu mau nulis apa?) 
  • Buat Pokok-pokok pikiran/kerangka karangan
  • Pakai mind map (peta pikiran) 
  • Singkirkan hal yang tidak ingin Anda tulis
  • Bebas disiplin 

Pertanyaan 3 (Bu Kris): Gimana mengatasi rasa minder kalau mau kirim tulisan ke media massa?
Menjaga Nyala Api

Jawab:
  • Banyak guru terlalu kritis pada dirinya sendiri
  • Satu-satunya tips adalah : PD aja! Tulis, kirim aja! Baca koran yang pengen dikirimi tulisan, kenali gaya tulisannya. Kalau ditolak jangan putus asa, nulis terus.
  • Tulisan ke-8 Pak Kartono baru dimuat 
  • Tulisan yang tidak dimuat jangan dibuang, simpan
  • Ada faktor soal selera redaktur juga 

Pertanyaan 4 (Ibu Udayati): Saya sudah sering menulis untuk Bali Pos, namun suatu saat saya pernah mengalami kemandegan yang mengakibatkan saya marah pada diri sendiri. Adakah tips untuk mengatasi kemandegan seperti itu?

Jawab:
  • Segarkan kembali pikiran dengan menghadiri forum-forum. Dan tetap jadikan menulis sebagai kebiasaan.

baca selanjutnya...

Galeri foto kegiatan LOKAKARYA SEHARI untuk GURU:
Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN bisa dilihat di sini

0 komentar:

Posting Komentar