Puisi Dina Hanif Mufidah
Photo by Tim Mossholder from Pexels |
Aku mulai menuliskan puisi
Di hari pertama kita menawar rasa
Di hari pertama kita bertukar setia
Di hari-hari lain saat kita mengecup lara
Aku mulai menuliskan puisi
Di daun, di ranting, di dahan
Di lantai, di dinding, di jendela
Di detik-detik waktu yang mengendap endap dan menjarah tubuh kita
Apakah sempat kaucicipi puisinya?
yang kuhidangkan di periuk dan bejana, di cangkir kopi, di segelas jus anggur merah
Yang kutawarkan di sapu tangan, di kemeja, di handuk, di selimut kita
Di apa saja untuk sampai ke renungmu
Kautahu, aku masih saja bertahan menatapmu dengan mataku yang dulu
pengelana samudra yang tak lelah mengajakku berlabuh pada-Nya
lalu lelah
dan apalagi yang tersisa saat kata kata mulai mengkhianati rasa?
: Rindu
Kini kaujadikan dirimu pelangi, pergi menemani cahaya setelah hujan
dan menyisakan satu warna saja dalam kamus hariku
: Biru
Pembacaan puisi ini bisa dilihat di video berikut:
0 komentar:
Posting Komentar