Puisi Miekedimiaty
Photo by Leah Kelley from Pexels |
Di pokok sawit kugantung mimpiku
Pada pelepahnya yang hangat kutitipkan tidurku
Pada desau angin yang menyentuh daunmu yang gemerisik bercanda dengan malam
Kutitipkan pesan dengan bisik-bisik tak terdengar, meragu dan bias
Di pokok sawit kutebarkan jala-jala harapanku
Pada buahnya yang ranum merah menjingga
Pada hujan yang lebat yang kausukai, bijimu memekar tertawa pada mentari yang menyuram
Kulafazkan doa-doa panjang sisa tangis kemarin, masih terisak
Di pokok sawit kueluskan tanganku mengirim telepati padanya
Memohon kekuatan dari batangnya yang kokoh hitam
Pada serabut yang menyembul dari sisa potongan panen
Kudengarkan dia berkata, “Untuk memberimu buah, tanganku harus diamputasi.”
Di pokok sawit kugantung mimpiku
Mimpi tentang mimpi yang indah
Pada biji minyak yang bersembunyi di balik pelepah yang sunyi
Pada rimbunan pokokmu yang sangar dalam sepi
Dalam lelah seberat kemarin, tangan yang kapalan
Kubawa pulang mimpiku pada tikar lusuh dan kopi hitamku
Pembacaan puisi ini bisa dinikmati di video berikut:
Terima kasih atas apresiasi penulis, Ibu Miekedimiaty yang diposting di komentar FB, 09 Mei 2020:
"Miekedimiaty Terima kasih komunitas Guru Menulis atas apresiasinya bagi setiap karya kami yang kami sadari produk penulis pemula dengan banyak kekurangannya. Untuk pertama kalinya juga dapat mendengarkan pembacaan puisi sendiri. Latar belakang kami yang bukan pelajar sastra tidak pernah memungkinkan untuk berkesempatan mendengarkan pembacaan puisi. Jadi sungguh kami terharu puisi ini terpilih menjadi salah satu yang dibacakan. 😇
Puisi bukan produk sastra yang komersil karena itu nyaris tidak mendapat tempat di hati masyarakat dan terkesan diabaikan. Tetapi di dunia Guru Menulis, tidak ada puisi yang disebut rongsokan dan tidak berharga. Semua luahan hati dan goresan tinta seseorang dihargai habis-habisan. Saya merasa diterima di sini.😇😇"Miekedimiaty Terima kasih komunitas Guru Menulis atas apresiasinya bagi setiap karya kami yang kami sadari produk penulis pemula dengan banyak kekurangannya. Untuk pertama kalinya juga dapat mendengarkan pembacaan puisi sendiri. Latar belakang kami yang bukan pelajar sastra tidak pernah memungkinkan untuk berkesempatan mendengarkan pembacaan puisi. Jadi sungguh kami terharu puisi ini terpilih menjadi salah satu yang dibacakan. 😇
Terima kasih."
0 komentar:
Posting Komentar