Proyek Penulisan dan Penerbitan Puisi Anak

Yuk nulis puisi untuk anak-anak kita.

Proyek Penulisan dan Penerbitan Cerpen

Terbitkan cerpen Anda jadi buku ber-ISBN

Proyek Penerbitan Cerpen Anak

Anak-anak pun perlu bacaan yang baik. Yuk nulis dan nerbitkan cerita pendek untuk anak.

Karyatunggalkan Puisimu!

Yuk terbitkan puisinya dalam buku karya tunggal

Terbitkan 5 Puisi

Punya 5 puisi? Yuk terbitin bareng-bareng jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 500 Puisi Akrostik

Terbitkan puisi akrostikmu jadi buku 500 AKROSTIK ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman Inspiratif Pendek Guru

Tuliskan pengalaman inspiratif Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman LUCU Guru

Tuliskan pengalaman LUCU Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan best practices Anda jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan artikel pendidikan Anda jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 5000 Pantun Pendidikan

Terbitkan pantun pendidikan dalam 5000 PANTUN PENDIDIKAN

Kamis, 27 Mei 2021

Pondok

Puisi Yerem B. Warat

Photo by Min An from Pexels




Pondok
Di tengah ladang
Menggigil kedinginan
Sejak api pendiangan tak bernyala lagi

Sejak itulah
Sarang lelaba bergelantungan
Hingga menutupi pintu
Anai menggerogoti tiang-tiang
Dinding habis termakan

Pondok
Tulang telanjang
Menunggu tumbang

Pintubesi, 27 Mei 2021

Minggu, 23 Mei 2021

Persembahan Si Janda Miskin

Puisi Yerem B. Warat

Photo by Mehmet Turgut Kirkgoz from Pexels



Di pintu
Mama menaruh mata

Anjing gonggong
Mata itu turun mencari ke kiri dan kanan
Entah dia yang disapa anjing itu 

Deru kendara yang lalu
Ketika kampung lelap tertidur
Mata itu turun lagi meraba-raba dalam kelam
Entah dia ada di antara para penumpang
yang turun persis di pintu rumah

Mata
Makin tak nyenyak
Turun mencari dia dalam dada

Di situ
Dia tertidur
Nyenyak dalam luka hatinya merindu

Mamaku
Tersenyum lebar sekali ini
Sambil mengelus ubunku, berbisik

Tinggallah
Tetap di rumahmu ini, Mias
dan jangan ke mana lagi

Mamaku
Lalu tertidur tenang sekali
Sampai pulang bersama gendongan hatinya

yang kupunya cuma ini
Untukmu
Tuhan

Dari Medan Jauh, 25 Januari 2021

Sabtu, 22 Mei 2021

Anjing Kurus

Puisi Yerem B. Warat

Photo by Petr Ganaj from Pexels




Anjing kurus


Kenyang makian
dan muntahan demi muntahan
yang kausemburkan tepat ke jidatnya
Kapan saja kaumau

Anjing kurus

Menadah makian
dan semua muntahan
Dengan lidah dan mulutnya terbuka
Lebih lebar dari liang mulut pemuntah

Anjing kurus

Mengunya 
Makian dan muntahan berkali-kali
Lalu menelannya
Setelah menyapu bersih dengan lidahnya
Semua sisa yang mengotori kota

Amis najis
Tersapu bersih
Oleh lidah anjing kurus

Anjing kurus
Pemburu babi binaan dan tupai piaraan
yang kaubesarkan dalam piringmu 

Anjing kurus
Puas muntahan
Tahan tindasan 

Anjing kurus
Siapa punya

Perteguhen, 23 Mei 2021

Jumat, 21 Mei 2021

Tali Waru

Puisi Yerem B. Warat

Gambar oleh daramsri dari Pixabay 



Di bawah
Remang rembulan
Ayah memintal tali waru

Begitu kuat
dan alit pintalan itu
Agar tak putus mengikat kambing
pada pohon di ladang kami

Seperti
Tali pada kambing
Kami pada ayah dan bunda
Terpintal pilin oleh kasih sayang mereka
Terikat kekal
Pada
Dia

Takut
Tak sampai ke pohon itu
Bulan cepat-cepat mengulurkan sinarnya
Menyambung lagi tali waru

Kambing
Kami
Sama
Terikat
Pada bulan
Buah pohon itu

Perteguhen, 22 Mei 2021

Rabu, 19 Mei 2021

Wisata Bahari

Puisi Yerem B. Warat

Foto:Disbudparntt https://aengaeng.com/



Saking
Prihatinnya pada kami
yang pingin memancing di lautan
Tapi rumah kami jauh sungguh di pedalaman sini

Maka segerombolan babi hutan turun ke jalan
Bergotong royong memperlebar luas lubang
Sepanjang jalan ke kampung kami
Boto-Belang

Tak ketinggalan pula langit
Meneteskan air matanya berhari-hari
Turun memenuhi lubang galian babi-babi itu tadi
Jadi danau, miniatur laut impian
Sepanjang jalan kami

Itulah
Lautan terseksi
Unik dan satu-satunya
dan itu di Lembata sini, Bro

Sejak itulah
Semua oto jurusan pantai selatan
Dirombak habis jadi sampan, perahu dan kapal pesiar
Semua berpelesiran sampai jauh
Sambil memancing belut, hiu dan paus buas

Peledang-peledang Lamalera
Berselancar mencari paus yang berduyun-duyun
Meninggalkan laut pantai selatan
Hijrah ke lautan luas
Tengah gunung

Jalan berlubang Boto-Belang
Wisata bahari tengah gunung

Ini proyek siapa punya

Kawan

Dari Medan Jauh, 20 Mei 2021

Selasa, 18 Mei 2021

Kota Matahari: Kumpulan Puisi #37




 

Spesifikasi:
Kode: 0120053
Judul: Kota Matahari: Kumpulan Puisi #37
Penulis: Agus Supriyanto, Emi Wahyuni, Iskarina, Riska Ulfia Khoirotunnisa, Wakidi Kirjo Karsinadi, Yanti Rosa
ISBN: 978-623-7421-43-6
Terbit: 21-Mei-21
Tebal: 84 (viii+76) halaman
Ukuran: 14.5x21 cm
Harga: Rp40.000

Deskripsi:
Buku kumpulan puisi ke-37 ini adalah hasil dari proyek penulisan dan penerbitan puisi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh Komunitas Guru Menulis sejak tahun 2016. Buku ini diberi judul Kota Matahari, mengambil salah satu judul puisi yang ada dalam buku ini. Kali ini ada 6 penulis dengan total 51 puisi.
 
Penulis dan puisinya:
Agus Supriyanto
  • Membedakan
  • Cermin Wajah
  • Hidup Berpengharapan
  • Kehilangan
  • Nilai
  • Kesendirian dalam Kebersamaan yang Sunyi
  • Memahami Kontradiksi
  • Menjadi Sesama

Yanti Rosa
  • Kecewa
  • Komitmen
  • Lara Sendiri
  • Jalan Tak Berujung
  • Membatu Rasaku
  • Dalam Diamku …Nakhoda yang Limbung
  • Tak Seperti Mauku
  • Jangan Rampas Bayangmu
  • Cinta Biru
  • Luka Berdarah

Iskarina
  • Ruang Rasa
  • Takdir
  • Ruang Kosong
  • Menghamba
  • Kasih-Mu
  • Candu
  • Berharap
  • Siluet
  • Belajar
  • Kebodohanku
  • Hati
  • Kopi Pahit
  • Ujian
  • Kamu
  • Jangan Lupa Bahagia
  • Pergilah
  • Usai

Riska Ulfia Khoirotunnisa
  • Jemu
  • Bungkam
  • Senjang
  • Bentang Asa
  • Kota-Matahari

Emi Wahyuni
  • Antara Aku dan Kamu
  • Cinta Terlarang
  • Pak Menteri
  • Jatuh Cinta
  • Goodbye
  • Renunganku
  • Anak Muda

Wakidi Kirjo Karsinadi
  • jalan pulang
  • pertama 
  • mudik

Senin, 17 Mei 2021

Menghitung Jari

Puisi Yerem B. Warat

https://www.facebook.com/yeremias.warat



Ibuku
Duduk berdiri tak karuan
Menghitung jari-jari tangannya sendiri
yang didekap rapat pada dada
dan meninabobokannya dengan oha Teti Hadun
Agar tenang tenteram semua
Selama malam

Jauh malam
Bangun lagi menghitung lagi

Paginya
Sebelum fajar membuka hari
Ibuku bangun menghitung jarinya lagi
Satu demi satu

Ibuku menghitung jari
Sampai ke lahat

Tegal
Tak genap-genap

Serumah Duka, Senin 25 Januari 2021

Sabtu, 15 Mei 2021

Burung Gereja


Photo by Jeswin Thomas from Pexels



Bom
Bunuh gereja
Menerbangkan burung itu tinggi-tinggi
Mengaisi awang entah ada lagi lindungan
Baginya

Sebab
Sangkar di emperan gereja
Dengan enam telurnya di dalam
Hancur
Lebur

Esok
Sebelum mengisi perutnya
Burung terbang pelan menembus garis polisi
dan jagaan ketat kota
Mencari remukan telur-telurnya
Di tengah kehancuran itu

Burung
Mengendus
Memungut secarik kertas
yang bernoda kuning keemasan
Membawanya pergi jadi bahan sarangnya lagi
Setelah yakin itu noda
Kuning telurnya
Sendiri

Burung
dengan secarik kertas di paruh
Meluncur masuk ke tengah Ibadah suci

Sebelum hinggap 
Kertas jatuh pas di atas kitab terbuka
Lagi dibaca seorang alim

Alim kaget
Melihat burung jauh di atas
yang turunkan kertas
Ke atas kitab 

Alim jijik 
Lalu lari tinggalkan kertas 
Pun pula kitab 

Haram! Haram! Haram!

Teriaknya
Tak putus-putus
Sepanjang sisa jalannya

Alim
Tinggalkan kitab
Gila haraman sendiri

Oase Kalbu, 15 Mei 2021

Jumat, 14 Mei 2021

Akar Air

Puisi Yerem B. Warat

Gambar oleh Appenzell9050 dari Pixabay 





Kami
Menimba air
dari sumur peninggalan
Dikelilingi nyiur dan rumpunan pisang

Sering 
Timba-timba yang paling berdekatan
Bergesekan 
Berebut air di dasar sumur yang sama
Hingga pun pecah
Berantakan

Tali putus
Timba pun pecah
Ketel kosong darah kering

Nyiur
Nyinyiri timba
Berebut tak terebutkan

Hanya pelukan
Mengakarkan air
Dalam bara sekalipun

Pintubesi, 15 Mei 2021

Kamis, 13 Mei 2021

Tukang Tendang

Puisi Yerem B. Warat

Photo by Anna Tarazevich from Pexels





Geram
Pada tukang tendang
yang telah mengakibatkan begitu banyak orang
Patah kaki

Tuhan
Menyamar
Jadi seorang perampok
Masuk ke rumahnya malam-malam

Ketika penyamar hendak merampok nyawanya
Tukang tendang melayangkan sebuah tendangan
Menyasar ke dada
Penyamar

Duel hebat pun terjadi
Keduanya mati
Terkapar
Sekamar

Tiba
Di pintu sorga
Tukang tendang mengetuk pintu
Tapi pintu tetap tertutup rapat ketat

Ia pun pulang
Mendapatkan penyamar tadi
Masih terkapar di lantai kamar dengan kunci di tangan
Lengkap dengan logo
Kunci Sorga

Tukang tendang kaget hebat

Pantas saja
Pintu tertutup untukku
Sedang yang lain-lain begitu bebas masuk
Ke dalamnya

Ternyata yang kutendang tadi dan dulu lalu
Semata samaran Tuhan belaka
Pemilik sorga baka
Penguji imanku

Sesalnya

Relung Kalbu, 14 Mei 2021

13 Mei 2021

Puisi Yerem B. Warat







Itu
Tangga
Turun dari sorga
Membawa kami naik kembali
Setelah lama bergigitan tuding-menuding
Merebut dia, rahim semua kami

Ia
Tahu
Kapan pasnya menyatukan kami
Sebelum pupus segenap harap
dan daya raga

13 Mei 2021

Pada
Hari raya makan
dan haram berpuasa ini
Semua kami kaukenyangkan
Agar bertenaga kekuatanmu sendiri
Sama kami menaikkan doa dan diri
Ke hadiratmu

Melalui
Tangga ini

Dari lubuk jiwa, 13 Mei 2021
*) Pada hari Kenaikan Isa, dan Idul Fitri 1 Syawal 1442 Hijriah

Rabu, 12 Mei 2021

Menulis di Kertas

Puisi Yerem B. Warat

Gambar oleh Wolfgang Claussen dari Pixabay 





Menulis
Melukai kertas
dengan tajaman pena
dan mengobatinya dengan tinta itu juga

Dalam luka tertanam benih
Apa pun!

Perteguhen, 30 Maret 2021

Jaket Jokowi

Puisi Yerem B. Warat

Facebook Jokowi

            


Membaca kunjungan Jokowi <4>





Jaket
Pelindung tubuhmu
yang kurus kerempeng itu
Kauikhlaskan untuk Frans Uran
yang masih sungguh kuat dan kekar bugar

Engkau
Butuh jaket itu
Tapi engkau lebih butuh
Perlindungan bagi dia terhadap deraan panas hari
dan dingin malam

Jaket Joko Widodo
Jaket Presiden
Jaket Negara

Pelindung ternyata satuindonesia
Pelindung ternyata satulembata
Penyatu ternyata bangsa

Jaket Jokowi
Bedung nurani bangsa

Dari Medan Jauh, 11 April 2021

Jokowi

Puisi Yerem B. Warat

Facebook Info Seputar Presiden






Ia
Kecil

Maka
Ke mana pun sampai
Ke kampung-kampung kecil
melalui jalanan sempit menghimpit
Dari Karo sampai Palu

Sampai juga ia ke penghujung sempit
Sembunyian
Tikus
tikus

Kecil itu tembus!

Huntara Dua, 30 September 2018

Loh Baru

Puisi Yerem B. Warat
Gambar oleh Goran Horvat dari Pixabay 


Sesudah
Musa memecahkan kedua loh batu itu
Seseorang mengumpulkan pecahan-pecahannya
Meremukkannya halus-halus
dan dicampurkannya dengan sedikit air matanya
dan membentuknya kembali
Jadi dua loh baru

Ia lalu menggantungkan keduanya
Di ruang tidurnya
Dalam dadaku

Kasihan
Melihatnya
Duduk berdiri tak tidur-tidur
Memandangi hiasan itu

Sesekali ia bangkit
Memeluk dan menciumi kedua loh batu itu
Membasahinya dengan air dari matanya
Lalu menyekanya dengan lidah
Seperti anjing menjilati lukaku dulu
Sampai sembuh
Begini

Barulah
Tertidur dia
Dalam biliknya
Dengan lidah di lukaku

Dari ladang, 02 Mei 2020

Senyum

Puisi Yerem B. Warat

Fresco by Fra Angelico



Senyum
Mengubah mata parang
Jadi pisau peracik bumbu dapur
Penyedap masakan kami hari-hari

Suatu petang
Seseorang mengambil pisau itu
Menyambungkannya pada tongkat di genggamannya
Jadi lembing

Belakangan
Barulah kutahu
Itulah lembing Longinus
Penikam lambung Tuhanku
Jadi tambang berkat dan rahmat
Sumur pembasuh salah dosa
Rahim kelahiran baru
Gua doa bunda
Tempat pasrahan diri dan kami pada-Mu
Pintu tunggal rumah Bapa yang terbuka kekal
Menanti pulang si anak hilang
Obat luka-Mu itu
Tuhan

Senyum membelia renta
Tak berajal

Perteguhen, 10 Febuari 2020

Pisau

 Puisi Yerem B. Warat

Gambar oleh æ„šæœ¨æ··æ ª Cdd20 dari Pixabay 



Pisau
Di tangan dokter
Membelah perut pasien
dan memotong umbai cacing
Gudang batu pasir di ujung ususnya

Dokter
Mengambil batu pasir itu
Memeriksanya di bawah mikroskop
dan menganalisnya dengan saksama

Ternyata!

Batu pasir
Material dasar
Pembangunan Kerajaan Perut

Pasien sembuh
Dokter beralih jadi tukang bangunan
dan pisaunya jadi sendok tukang

Pisau
Perombak total Kerajaan Perut
Jadi negara bangsa

Segala harta dan kekayaan
yang terkandung dalam perut pertiwi
dan dalam perut koruptor tingkat metropolitan
Hingga ke kampung-kampung
Dikelola negara dan diperuntukkan sebesar-besarnya
Bagi kesejahteraan rakyat banyak

Bukan sedikit

Pisau
Perombak
Menyayatmu?

Dari ladang, 18 April 2020

Selasa, 11 Mei 2021

Lembu

 Puisi Yerem B. Warat


Photo by Kat Jayne from Pexels



Lembu
Berteduh
Di bawah kulitnya sendiri

Enaknya
Sekampung 

Dari ladang, 13 Mei 2020

Ia Telah Membaca

Puisi Yerem B. Warat

https://www.wallpaperflare.com/




Setiap sore
Ia panjati pohon lontar jauh di ladang
Mengambil tuak yang tertampung sepanjang siang
Lalu turun
Minum mabuk dengan para sahabat

Saban malam
Begitu

Suatu sore
Sebelum bermabuk-mabukan lagi
Ia kaget melihat si bungsu semaput kelaparan
Di atas tikar tengah rumah

Tungku
Tak berasap
Piring tertelungkup
Memasang pantat ke mukanya

Ini
Makanlah
Kata piring itu

Tuak seruas bambu
Bekal mabuk malam itu pun
Langsung ditukarkannya dengan dua rantang beras
Milik tetangga

Ia pun
Urung mabuk malam itu
dan malam-malam berikutnya

Setelah membaca

Perteguhen, 05 Oktober 2020

Dilaga

 Puisi Yerem B. Warat

Gambar oleh Capri23auto dari Pixabay 





Membaca ayam laga <2>

Turun
Dari ranjang
Ia langsung memandikan ayam laganya

Si bungsu
yang merengek minta dimandikan kena bentak
dan si ibu yang lagi sibuk memasak
Terpaksa merangkap tugas
Demi ayam laga
Tercinta

Ayam dilaga
Dengan anak sendiri

Pintubesi, 25 Oktober 2020

Ayam Laga

 Puisi Yerem B. Warat

Gambar oleh zoosnow dari Pixabay 





Membaca ayam laga <1>


Sesampai di rumah
Si bungsu tak mau makan
Sekalipun lauknya daging lembu

Setelah dibujuk-bujuk sang ibu
Mau juga ia makan tapi lauknya daging ayam laga
Piaraan ayahnya

Ibu bingung
Mengapa hal tak biasa itu terjadi
Tapi demi putera satu-satunya
Ayam kesayangan ayah
-yang berapi-api berkotbah tadi di gereja tentang batu sandungan-
Pun dipotong juga

Ayah
yang datang bersama seorang konconya
Terkejut berat melihat si bungsu lemas kelaparan menanti masakan lezat siang itu

Ketika ditanya mengapa tak mau makan
Ia mendadak bangun
Menceramahi ayahnya

Tadi di gereja
Bapa bilang jangan jadi batu sandungan
Maka kupotong kedua ekor ayam laga di kandang itu
Supaya hilanglah batu sandungan yang bapa kotbahkan tadi
Di gereja itu

Ayah
dan konconya, si pembeli ayam laga itu terdiam
Sebab sebagian uang itu sudah amblas dibelanjakan
Untuk sepaket ganja dan alkohol
Sepulang kebaktian
Tadi ini

Ssst!

Pintubesi, 04 September 2020

Mulut

 Puisi Yerem B. Warat

EGYPTIAN MINISTRY OF ANTIQUITIES VIA BBC INDONESIA


Itu
Tambang
Emas atau pun bangkai
Tergantung benih 

Darinya
Semesta tahu 
entah emas bernas
ataukah bangkai belaka yang terbungkus rapi
Dalam balutan busana indah, 
lipstik tebal pun pupur harum
Selama ini

Bangkai
Tak tertutupi pupur sebumi
Betapapun mulut berlipstik emas 
Seberat bumi

Mulut
Pelucut 

Huntara Pintubesi, 16 Agustus 2019

Bekal

 Puisi Yerem B. Warat

Gambar oleh tolyaasch dari Pixabay 






Setelah semua pergi meninggalkanku


Kuambil pisau
Kubelah dadaku
Kuambil juga seluruh sisa hatiku
yang menyatu mati temani dia
Dalam dadaku selama ini

Karena takut
Jangan-jangan kubunuh diri
Cepat-cepat diambilnya sisa hatiku itu
Hati yang kujadikan lauk kami siang malam

Ia
Mengucap berkat atasnya
Lalu membagi-bagikannya kepada semua
Setelah diubahnya jadi roti
Di padang itu

Semut
Tikus, cicak
dan kutu kepinding semuanya kebagian
Tak berkehabisan lagi

Melihat mereka
yang berduyun-duyun saban hari
Mengantri roti tak berhabis itu
Semua yang tercecer dan tercerai-berai selama ini pun
Kembali menyatu

Serumah kami lagi

Hati
Penyatu
Tak habis terbagi

Istana Jiwa, 23 Juni 2020

Sayembara Listrik

 Puisi Yerem B. Warat

Gambar oleh Colin Behrens dari Pixabay 




Karena malu
Bahwa di era serba listrik ini
Lamanuna masih belum berlistrik
Maka pemangku adat seluruh Lembata
Mengadakan sayembara listrik
Di Lewoleba

Kota mati
Tak ada sepercik api pun
diperbolehkan meneranginya
Sebelum sayembara berakhir terang

Sayembara pun digelar
Setiap hadirin berantrian naik panggung
Menyampaikan pidato pengadaan listrik Lamanuna

Enam hari sayembara dalam gelap
Kota kelam

Akhirnya
Pada malam ketujuh sayembara itu
Naiklah Ketua De-pe-er-de ke atas panggung
Lengkap dengan pajeronya
Kentalan keringat rakyat di era corona itu

Begitu dihidupkannya lampu pajero
dan terang pun mengusir malam paling kelam itu
Bertitahlah ia dengan suara merendah

Inilah
Terang dari terang benar
yang mengalir dari rahim jiwaku
Ke Lamanuna kampung kecintaan satu Lembata

Lalu diam dia
Sediam Tuhanku
Di hadapan Pilatus dulu

Maka berdirilah bulu kuduk satu Lembata
Pemangku adat pun naik ke panggung
Mentakhtakan mahkota listrik Lamanuna
Ke atas kepala sang ketua
Sambil berkata

Inilah
Bupati Nurani Satu Lembata
Siapa berkotek sadar sendiri

Gong mendengung
Tanda Leluhur dan Lewotana pun
Merestui penganugerahan itu

Dalam gelap
Terlihat kelam

Istana Jiwa, 24 Juni 2020

Sarjana

 Puisi Yerem B. Warat

Photo by Thgusstavo Santana from Pexels






Supaya heboh
Semua dibalikkan
Manusia dikandangkan
Supaya menurut saja seperti kambing
Anjing dirumahkan jadi teman tidur
Gantikan pasangan yang lebih suka di luar rumah

Pagi tadi
Kulihat seorang bocah memeluk anjing
Begitu eratnya dan ketika kutanya
Ia bilang itu ayahnya yang lama tak pulang tiap malam
Hamburkan uang di meja judi dan mabuk narkoba

Ayahku
Rajin kerja
Lebih rajin lagi judinya
Maka para lajang sekampung ini pun
Sudah semua sarjana judi dan narkoba hasil gemblengannya
yang masih es-de pun
Sudah sarjana

Mau belajar?

Istana Jiwa, 20 Agustus 2020

Menanti Engkau

 Puisi Yerem B. Warat
Gambar oleh Peter H dari Pixabay 





Antologi corona 1



Di ladang
Di bawah rimis senjakala
Aku dan ayahmu terbungkuk-bungkuk
Dirundung rindangan rindu
Padamu

Dalam pondok tengah ladang kami berteduh
Dudu di balai-balai bambu
Tempat engkau kulahirkan
dan ayahmu dokter kita
Tegal kita tak berkaki ke puskesmas terdekat

Sembilu
Pemotong tali pusatmu
Memerihkan lambung berdua sekarang
Tegal kau tak pulang-pulang

Engkau
Buah setubuhan jiwa raga kami
Padi merunduk sayur layu di bawah rimis
Bagaimana bisa segar
Kalau kau yang tak pulang-pulang

Seladang
Rindu 

Dari ladang rindu, 02 Juli 2020

Remora dan Hiu

 Puisi Yerem B. Warat

Photo by Noah Munivez from Pexels






Remora
Menahan hiu
Lalu menumpang pergi
Menjelajajahi lautan mahaluas
dengan menempel pada sisi kapal raksasa itu

Kapal
Tak terganggu
akan penumpang kecil segitu
dan membawanya pergi keliling dunia
Bagai engkau membawaku pergi
ke mana maumu

Engkau
Hiu pembawaku
Bagaimana gelisah lagi
Biarpun tempelan saja aku ini di sisimu
Mengisi perutku dengan remah-remah
yang jatuh dari pinggir
Bibirmu

Betapa senangnya aku ini
Walau begini
Kaubuatku

Istana Jiwa, 03 Juli 2020

Ke Pulau Adapandan

 Puisi Yerem B. Warat

https://id.wikipedia.org/




Membaca Pandan Mingar <8>

 

Dari
Pulau Hilangpandan
Bumi berlayar membawa pergi para penumpang
Ke pulau Adapandan

Penyu-penyu
yang biasanya menitipkan telur di bawah pandan
Sesenggukan minta turut dalam pelayaran itu
Sebab pandan, pelindung bakal bayi-bayi mereka
Telah tiada digusur besi

Juragan
Turun ke pantai
Menampung jeritan meraka

Kami kecil
dan tak berarti bagimu lagi
Tapi anak-anak sekampung ini
Masih suka sekali menggali pasir di pantai Watan Raja ini
Mencari telur yang kami sembunyikan saban bulan
Di bawah pandan

Menemukan telur-telur sembunyian kami
Adalah pesta besar sekampung
Sekalipun sebutir
Serumah

Setelah tertampung semua aspirasi
Juragan menaikkan semua penyu serta telur-telur mereka
dan mengungsilah semua
Ke pulau Adapandan

Lembata
Pulau Hilangpandan
Tinggal dongeng malam-malam
dalam khayal dan igauan anak-cucu kami
Bila bulan bertengger di atas kampung
Bermahkota aurora isyarat penyu turun bertelur
Di pasir pantai itu dulu

Sekarang?

Pesta duka sekampung rindukan telur
Penyu-penyu sibuk sembunyi
Dalam cangkang
Sendiri

Dari Medan Jauh, 16 Juli 2020

Senin, 10 Mei 2021

Bangku Tempel

 Puisi Yerem B. Warat

Flikr




Tuhan

Penumpang
Penuh membeludak dalam bus ini
Namun aku nganggur
Tak ada yang menempatiku

Dua penumpang yang tak kebagian kursi
Tak duduk di atasku
Mereka malah menendangku
ke mana mau

Aku diam menikmati
Permainan asyik
Itu!

Ketika kendara hampir terbalik
Karena kondisi jalan yang rusak parah
Kedua mereka berebutan duduk
Di atasku

Aku diam juga
Menjunjung mereka yang berebutan duduki aku
Setelah tadi bergiliran mereka
Menendangku

Tuhan
Tempelan sajakah

Ladang Jiwa, 04 Agustus 2020

Dacing

 Puisi Yerem B. Warat

Gambar oleh Janine Bolon dari Pixabay 




Di pasar
Tukang timbang
Menggeser batu timbangan ke kiri, tengah, dan kanan
Mencari (-cari) kesetimbangan

Setelah pas
Transaksi pun dimulai

Tapi
Pas menurut siapa
Tanya timbangan dalam dada

Tukang timbang menimbang lagi

Pada dacing
Diri tertimbang

Istana Jiwa, 28 Agustus 2020

Bunga di Tepi Jalan

 Puisi Yerem B. Warat

Photo by Lum3n from Pexels






Bunga
di tepi jalan
Menitip harum
Pada angin yang lalu

Semoga sampai 


Dari ladang, 15 Mei 2020

Rindu Padamu

Puisi Yerem B. Warat

Photo by Kevin Blanzy from Pexels




Rindu padamu
Menuntun pulang burung-burung ke sarang
Sapi ke kandang, belut ke liang, tani ke ladang
Dewan ke rakyat
Uang ke kas
Perang
Damai

Aku
Padamu

Istana Jiwa, 07 September 2020

Rusa dengan Luka di Belakang

 Puisi Yerem B. Warat

Photo by Rudolf Kirchner from Pexels





Seekor rusa
Turun ke kali mencari air di celah batu

Sebelum lidah yang kehausan ditarik kembali
Bersama dengan air penyejuk kerongkongannya yang kersang
Ajing pencari air yang sama menggigitnya
Dari belakang

Rusa lari
Membawa luka di belakang
Lalat yang memang gila pada luka sembarang luka
Beterbangan keluar dari rimba sembunyian
Merubungnya

Rusa galau
Membawa luka di belakang
Menyelam menyembunyikannya
sampai ke dasar lautan

Pedih
Menggarami luka.

Rusa sabar
Sampai pulih luka di belakang
Membekaskan gambar sekuntum mawar
Mekar mengharumi hutan tadi pagi

Kupu aneka warna
Berdatangan menimba nektar
Di dasar kuntum
Luka itu

Nektar luka
Memabukkan kupu sealam

Istana Jiwa, 30 Juni 2020

Singa Jantan

 Puisi Yerem B. Warat

Photo by Francesco Ungaro from Pexels






Rindu padamu

Tak tertampung rumah ini lagi
Sejak kau pergi pagi itu
Tanpa isyarat
Sekerdip

Lamunanku
Di hari-hari belakangan ini
Hanya terisi bauan kita
yang lengket basah pada bantal
Alas terakhir kita

Itulah
yang mengaduk-aduk ingatanku
Bila senja mulai memerahkan bibirnya
menjemput malam
Berlarut jauh ke dalam sana
Sedang daku menduda
Di rimba rindu

Singa jantan
Mendongak tinggi
Melolong sejadi-jadinya
Mencabik rabikkan rimba malam itu

Lengking runcing tajam tembusi langit
Menikam lambungmu untuk kutahu
Dari apakah hatimu terbuat
Hingga meninggalkan aku
Sampai begini

Singa
Menduda
Terhukum rindu
Sejak liangnya kaubawa pergi, Kasih

Istana Jiwa, 26 Juni 2020

Minggu, 09 Mei 2021

Bayi Nurani

Puisi Yerem B. Warat

Image by Geri Art from Pixabay 






Di pangkal hari
Aku duduk memerhatikan embun
Turun dari luka lambung langit
yang tertusuk
Dahaga

Daun
Juluran lidah pohon
Menadah-nadah sejak subuh
Sampai begini

Embun yang turun ke daun 
Terasa basah lidahku
Ditetesi susu
Ibuku

Kerinduan 
Bayi nurani

Malam jauh, 10 Mei 2021