Sabtu, 29 Agustus 2020
Nikmat Minggu pagi
Corona mahkota tak diminta
Membuat manusia terhenti di kerja
Dan sunyi dunia bak kematian
Hanya satu dua manusia bergerak nyata
Mengapa di saat gadget sedang merata
Menghantui dunia, kau datang, corona
Lihatlah kanak-kanak hanya terlihat
Duduk di rumah menggerakkan jarinya
Sekolah terhenti bagi yang muda
Karya tak lagi nyata, pengangguran merebak
Kini orang mulai kembali ke dapurnya
Apa yang bisa dikerjakan sebatas pengganti biaya
Oh alangkah pedihnya
Manusia terduduk tak banyak kata
Jadi alasan karena corona tak pergi jua
Nestapa berapa tahun lagi kami kan jalani
Kemakmuran baru kami nikmati
Lenyap bagai air hujan terserap tanah
Corona ... oh corona ...
Pulanglah ke negeri asalmu
Yang entah di mana negri antah-berantah.
Kami ingin segera jumpa dan bercanda
Dengan saudara, keluarga juga sahabat dan kerabat
Pisungsung minggu sederhana
Puisi Lodevika Endang Sulastri
Photo by Pixabay from Pexels
Pagi merekah sejuk mengelus raga
Lilin menyala pertanda doa
Mohonkan berkat-Nya
Untuk kehidupan hari ini
Kicau burung membuka matahati,
Mazmur terbawa angin pagi-Nya
Syukur kupanjatkan di hadirat Dewa
Sang Mahaperkasa Penyelenggara dunia
Harum aroma lilin menyala
Mengabarkan sukacita warna hari
Minggu yang sederhana
Hari istirahat bagi raga,
Agar batin berbicara lebih nyata
Dalam renungan di nada pagiNya
Terima kasih Dewa Perkasa,
Masih Kauberi kami napas panjang-Mu
Agar kami isi hari hari kami
Dengan sukacita warna Injil
Syukur sujudku bagi Dewa Perkasa
Telah kujalani hari hari sepekan raya
Sebagai janji bhakti hamba
Mengisi dunia dengan nada ceria
Menerima duka sebagai timbangan dunia
Kerna Kau beri kami kekuatan
Untuk mengolah ladang kehidupan
Syukur sujudku kupersembahkan
Di pagi suci minggu sederhana
Pisungsung nyata bagi Sang Dewa
Palembang, 30 Agustus 20202:07:21
Kupandang Sakramen MahaKudus
Di diamku ... ada banyak kisah ...
Seolah dalam sembah sujudku
Seperti sebuah buku yang terbuka
Dan aku hanya bisa memandang-Nya
Sambil mengelu ...
Kupersembahkan semua bagi-Mu
Kisah hari-hariku ...
Percikan emosi datar wajahku,
Gejolak hati yang membara
Semangat dan keputusasaanku,
Ketidakmengertianku akan rencana-Mu
Sekarang ... kuletakkan di sini Tuhan
Biar selesai ... di sinilah.
Kupandang Roti Suci
Gambaran makanan kami sedunia
Yang bisa terbagi dengan rata
Dan bisa dinikmati oleh semua
Yang memberi energi baruku
Dan juga semua yang mengingat pengorbanan-Mu Tuhan
Yang karna Cinta sehabis-habisnya
Kuletakkan beban dan kegembiraan
Sukacita dan dukacitaku ... dalam hening-Mu
Hanya Engkau yang tahu
Hanya Engkau yang menyembuhkan
Hanya Engkau yang memberi kekuatan
Dalam kasih setia-Mu
Aku kembali memandang Roti yang terbagi
Kupandang Sakramen Maha Kudus
Tempat jiwa-jiwa lara ... dan belum selesai
Berlabuh memohon kerahiman Bapa
Ya Tuhan, aku mengingat mereka
Satu per satu ... para leluhurku ...
semua saudara yang berpulang
berilah Damai-Mu
Kupandang Sakramen MahaKudus.
Palembang, 29 Agustus 2020,
Betapa sedapnya Tuhan
Puisi Lodevika Endang Sulastri
People photo created by jcomp - www.freepik.com
Sabtu, 15 Agustus 2020
Aku dan Sepasang Mata
Photo by Lusia Yuli Hastiti |
aku tidak ingat sedang berada di mana
mungkin sedang berada di lorong-lorong sempit
dalam gerak pemikiranku sendiri
aku bertanya lagi sedang berada di mana
merenung di hamparan padang nista barangkali
terlena dengan pertemuan mata itu
yang sekarang hendak pergi ke tempat jauh
memetik buah-buah kasih dari surga
aku bertanya lagi sedang berada di mana
ketika aku serasa diayun buaian leka
dari kerisauan-kerisauan yang tak sepantasnya
aku bertanya lagi sedang berada di mana
saat aku terjebak kuat hanya mampu
merekam satu nama di ruang benakku
ini bukan tentang sepasang mata
yang hendak pergi dan tak kembali
ini tentang kenistaanku yang tak semestinya dengan sepasang mata itu.
Lampung Timur, 15 Agustus 2016
Puisi diambil dari Kumpulan Puisi Juni 2019
#Puncak Keni kmatan#Halaman 46
Minggu, 09 Agustus 2020
Selembar doa mengudara
Puisi Lodevika Endang Sulastri
Image by Gordon Johnson from Pixabay
Lewat sebuah kisah
Kala sang murid tergoda bertanya
Pada Sang Guru yang dikasihinya.
Hari ini Sabda mengurungku dalam tanya
Kala sang murid melihat Guru
Berjalan di atas air dengan fantastik.
Segenap mata berkelebat tanya.
Tetapi suara tenang Sang Guru
Menghentikan kepanikan mereka..
Teguhkan hatimu! Ini Aku ... jangan takut.
Sang murid pemberani bertanya:
Jikalau itu Engkau Guru,
suruhlah aku datang.
Selembar doa mengudara,
Kala mata hati terbuka
Oleh pengalaman iman.
Indahnya pengharapan dan anugrah.
Selembar doa mengudara,
Terhenti di bawah takhta-Nya,
Mukjizat nyata di manapun berada
Saat iman hadir di sana.
Percaya ...
Hanya percaya dan serahkan pada-Nya
Kuasa-Nya hadir dalam semesta
Mengapa aku masih juga tergoda
Untuk mempertanyakan-Nya.
Hanya pisungsung hatì yang diterima
Hati yang berserah ... pada Sang Dewa.
Maka Yang Ilahi menguasai hidup
Karena kita berharga di mata-Nya
Palembang, 9 Agustus 2020, 20:46
Sepercik cinta segenggam dendam
Puisi Lodevika Endang Sulastri
Photo by Nikolas Resende from Pexels
Kidung senja merambah udara
Menyenandungkan kisah seorang lelaki muda
Yang terhentak raga karna salah tutur kata,
Seorang gadis membuatnya terduduk
Tak mampu gerakkan tubuhnya
Sepercik cinta segenggam dendam
Dari jauh kulihat deritamu,
Luka cinta percikkan dendam kesumat,
Menghancurkan raga yang kaukasihi
Tiada lagikah jalan bagimu?
Sepercik cinta segenggam dendam
Oh manusia, mengapa pendek pikirmu
Kobaran emosi luluh lantakkan kekasih jiwa
Lihat kumbangmu terkapar tak berdaya
Mengapa hanya sebatas mata
Kaulihat harumnya cintamu.
Sepercik cinta segenggam dendam
Apakah yang membuatmu kerasukan?
Mengapakah hanya sebatas raga kau melihatnya
Tinggikan budi dendangkan mazmur Cinta
Bagi Tuhan, supaya lukamu disembuhkan
Tak harus dengan panah beracun kaukirimkan
Segenggam cintamu yang tlah terpadam
Sepercik cinta segenggam dendam
Akankah dendam lebih kuat dari cintamu?
Bawalah bayangnya dalam doamu
Kidungkan ayat-ayat cintamu
Dengan sepercik pengorbananmu
Agar cinta berbalas mesra.
Palembang, 9 Agustus 2020, 20:31
Kamis, 06 Agustus 2020
Cita-Cita
Photo by Pexels.com |
sebelum tidur
aku suka menatap
langit-langit kamar
tentu saja bukan biru
tapi berlatar putih bersih
di sana terdapat mimpiku
tak kugantung di tingginya
langit karena bisa jauh kuraih
pada langit kamar yang kukenal
kutitipkan angan-angan
kugambar pola cita melalui khayal
lewat keyakinan,
kuharap aku bisa mewujudkan
segala peristiwa kuserahkan
kepada kemungkinan
walaupun pengetahuan itu bersifat
dugaan dan perhitungan
Lampung Timur, 5 Agustus 2018
#A Poem A Day
Tersenyumlah untuk merdeka
Siang benderang
Sepasang tangan dengan ulet mengikatkan
Tali temali bendera plastik merah putih
Mengibar di tepian koridor sekolah
Menanda masih ada penghuni bergerak
Meski corona tak jua sepenuh hati pergi.
Tak gentar dengan sunyinya sekolah
Hanya angin siang berembus mengabarkan
Bahwa dinding-dinding sekolah berdiri
Dengan gagah menantikan kerumunannya
Anak anak remaja membawa tas punggung
Memasuki gerbangnya dengan ceria
Sambil berceloteh pun terdengar gelak tawa
Duh ... rindunya kami para guru melihatnya.
Namun, kini di sini ...
Kami sedang berdaring ria
Dengan segudang ilmu seperri biasa
Mengajar di kelas sunyi, siswa nun jauh
Entah sedang bagaimana mereka di rumah
Mungkin maknya berteriak menghalau
Dapur kesayangan yang kini penuh keramaian
Atau melotot garang melihat anandanya
Masih bergulingan belum juga beranjak
Dari pembaringan yang sudah kusut
Kerna ulah anaknya tidur semalaman
Tak jua tenang ...
Oh siang benderang, senyapkan hati
Ke mana nian para muridku kini ...
Mengapakah lama pandemi menghampiri
Seolah kerasan dengan suasana kami.
Kulihat bendera dan umbul telah tegak
Dipasang para guru muda seraya tertawa
Dan menanya entah pada siapa
"Akankah ada yang bahagia lihat kibaran
Merah putih meriah di seluruh penjuru
Sekolah kita yang senyap
Kepada siapa mereka mengibar
Ketika anak bangsa terkarantina.
Wahai ... putri Corona ...
Lekaslah pergi agar anak-anak kami
Kembali bercanda dan tergelak di sini
Sekolah kami tercinta menanti
Kanak-kanak kami belajar kembali
Dan merayakan hidup bersama lagi.
Impian kemerdekaan mendekat
dari ketakutan ... dan berjarak
Merdeka dari kengerian
Merdeka berjalan ke sekolah dan
Merdeka belajar ... merdeka ... merdeka ...!
Tersenyumlah untuk merdeka!
Palembang, 6 Agustus 2020: 15:26
People photo created by rawpixel.com - www.freepik.com
Selasa, 04 Agustus 2020
Ratapan Rindu: Kumpulan Puisi dan Kisah Siswa SMA K Sang Timur Yogyakarta
Minggu, 02 Agustus 2020
Hortensia Herima
Nama lengkap Hortensia Herima, S.Pd. Biasa dipanggil Osi.
Saya seorang guru PNS yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah. Saat
ini saya diberi kepercayaan untuk memimpin di lembaga pendidikan SMK Negrei 1 Lembor
Selatan, Desa Watu Tiri, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Saya menjadi kepala sekolah di lembaga ini sejak 1
September tahun 2014, sejak sekolah ini dibuka dan masih berlanjut sampai
sekarang.
Sebelumnya saya mengajar di SMP Negeri 1 Lembor, Kecamatan
Lembor. Diangkat menjadi PNS tahun 2005 dan bertugas di SMP N 1 Lembor sebagai
guru mata pelajaran Bahasa Inggris dan diberi tugas tambahan sebagai pembina pramuka
juga staf kurikulum. Selama sembilan tahun saya mengabdi di SMP N 1 Lembor.
Saya tamat kuliah dari Universitas Katolik Widya Mandira
Kupang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Bahasa Inggris
Selama kuliah saya tidak pernah menulis. Adapun tulisan
berupa diary tetapi itu hanya untuk konsumsi pribadi. Tidak pernah terpikirkan
bahwa tulisan berupa ungkapan hati itu bisa dijadikan sebagai tulisan yang bisa
dipublikasikan. Selama menjadi guru, membuat karya ilmiah hanya untuk
kepentingan kenaikan pangkat.
Saya belajar menulis sejak tahun 2018. Kami melaksanakan
workshop penulisan karya ilmiah dan PTK bekerja sama dengan Media Pendidikan
Cakrawala NTT. Artikel singkat saya pertama kali dimuat di majalah Cakrawala
ini. Sebagai pemula saya merasa bangga dan senang. Dari situ semangat saya
mulai tumbuh. Mulai menulis puisi singkat, artikel singkat dan saya merapikan
tulisan-tulisan itu dalam file khusus.
Saya juga diberi tanggung jawab untuk menjadi Presiden Literasi
di Kabupaten Manggarai Barat sejak 2019. Tugas ini membuat saya tertantang
untuk melanjutkan kebiasaan menulis. Kebiasaan menulis ini saya wariskan kepada
siswa-siswi saya di sekolah. Kami membentuk sebuah komunitas literasi tingkat
sekolah. Anak-anak diwajibkan membuat karya dan ditampilkan di majalah dinding
kelas dan sekolah.
Saya bersyukur selama masa pandemi ini bisa bergabung
dengan Komunitas Guru Menulis. Terima kasih karena sudah menyediakan ruang bagi
kami para guru untuk membukukan tulisan kami yang tercecer dan mohon
bimbingannya selalu.
Judul tulisan: "Problematik Pembelajaran di Rumah Selama Masa Pandemik Covid-19"
Sabtu, 01 Agustus 2020
REFLEKSI CORONA TAHAP 3
|
| ||||
|
|
- artikel: esai | opini | feature | kisah (nonfiksi)
- cerpen (fiksi)
- puisi: bebas | pantun | haiku | akrostik | cinquain | sonian | lainnya
karangan faktual secara lengkap yang dibuat untuk menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur.
Hindari: ujaran kebencian, kritikan terhadap sosok tertentu karena ini adalah refleksi. Ini adalah tentang BERCERMIN DIRI, secara pribadi maupun kolektif, tentang aku, bukan kamu, dia dan mereka. Tujuan penulisan dan penerbitan ini adalah: untuk semakin memanusiakan manusia.
=============
Pengumpulan Tulisan
Naskah diketik dalam Word, file dinamai: jenis tulisan - nama penulis - judul (dari judul pertama, jika beberapa puisi)
=============
Syarat:
- sanggup membeli minimal 2 eksemplar buku yang diterbitkan. Syarat pembelian 2 eksemplar tidak masuk dalam perhitungan ROYALTI. Royalti dihitung dari penjualan di luar syarat pembelian ini.
- maksimal per kontributor adalah 5 halaman jadi, jika lebih dari 5 halaman maka berlaku kelipatannya (sanggup membeli 4 eksemplar, dst)
- sanggup membayar ongkos kirim
- jika membutuhkan sertifikat, dikenai biaya Rp5.000
- Pembayaran dilakukan sesudah jumlah naskah yang masuk dinyatakan final. Penerbit akan mengirimkan tagihan melalui aplikasi paper.id.
- Penulis/kontributor mengirimkan naskah ke email terbitkanbuku@gmail.com
- KGM menanggapi email dan menyatakan apakah naskah layak terbit atau tidak. Jika dinyatakan layak, KGM akan menyampaikan apa-apa saja yang masih harus dilengkapi dan berapa minimal jumlah buku yang harus sanggup dibeli oleh kontributor/penulis. Jika dinyatakan belum layak, KGM akan memberikan catatan perbaikan.
- Sesudah naskah masuk dinyatakan cukup, penerimaan naskah ditutup. KGM akan menghitung harga buku berdasarkan ketebalan buku.
- Penerbit mengirimkan tagihan melalui aplikasi paper.id ke penulis/kontributor dengan memberikan batas waktu pembayaran. Pembayaran bisa dilakukan melalui aplikasi paper.id atau transfer manual. Nomor rekening tercantum di Invoice yang dikirimkan (silakan membuka Invoice yang dikirimkan melalui aplikasi paper.id.)
- Sesudah semua kontributor melakukan pemesanan dan pembayaran, Penerbit melakukan proses penyuntingan. Jika ada bagian dari tulisan kontributor yang perlu diperbaiki selama proses penyuntingan, hal itu akan disampaikan kepada kontributor.
- Sesudah penyuntingan selesai, dilakukan layout buku dan desain cover.
- KGM akan mengirimkan hasil edit dan layout kepada setiap penulis untuk pengecekan apakah sudah OK semua. Penerbit akan melakukan perbaikan yang diperlukan sesudah mendapatkan umpan balik dari kontributor.
- Pencetakan buku.
- Pengiriman buku ke kontributor.
Genderang Kemerdekaan Mengumandang
Photo by Artem Beliaikin from Pexels |
Genderang Kemerdekaan telah berbunyi
Mengingatkan Indonesiaku di 75 tahun lalu
Bergerak kaum muda dan tua
Merangsek tentara Jepang
Kini ...
Hari ini ... masih 17 hari lagi
Nuansa merdeka telah terasa di jalanan
Aroma sedap keringat berjuang
Bahkan di tengah Pandemi
Medsos telah bertebaran
Logo dan tema merdeka membungkus
Luka bangsa di tengah Pandemi Covid-19
Seolah suarakan ... ayo saudaraku
Terus berjuang dan isi Masa Kemerdekaan
Dengan membuka pikir dan cerdaskan bangsa
Jangan gentar dengan era yang berubah
Jangan getir dengan nuansa digital
Hidupkan terus kata MERDEKA!
Di dada anak anak bangsa
Agar berkobar terus api kemerdekaan
Di tengah Nusantara jaya.
Jangan takut dengan pengorbanan
Jangan hitung luka pandemi dan ekonomi
Jangan gentar
Maju terus dengan gagah
Tegap seperti Bapak Presiden kita
Bangga dengan modal bangsa besar
Kikis habis kemiskinan dan kebodohan
Jangan gentar walau mentri Ojol
Atau srikandi ekonomi
Bahkan Wapres yang sepuh
Karena kesepuhan lambang kebijaksanaan
Dan srikandi lambang ketelitian
Ojol adalah percepatan
Karena sudah tertinggal ... puluhan tahun
Dari MERDEKA yang sesungguhnya.
Maju terus ... Bapak Presiden Kurus.
Karena di tanganmu inilah
Indonesia sedang ditantang
Jadikan Jaya Nusantara ... adil dan merata
Dari Barat sampai Timur
Anak bangsa memanggil bersahutan
Minta seteguk air pelepas dahaga
Dahaga fisik dan dahaga rohani
Jiwa bangsa meminta kalian
Wahai para pemuka bangsa Indonesia
Lajukan Perahu besar kita
Mengitari bahari Nusantara ... dengan teriakkan MERDEKA!
Palembang, medio 1 Agustus 2020 23:13
Y. Jaka Prastana
22.54
KARYA BERSAMA
Kapur & Papan: Mendidik dengan Hati 1
Judul tulisan: "Kutunggu Kau di Tepi Laut"
KAPUR & PAPAN Kisah Pengelolaan Kelas 1
Judul tulisan: "Menyatukan Heart, Head, dan Hand"
Kapur Papan Kisah Guru-Guru Pembelajar 1
Judul tulisan: "Revolusi Hati"
Lilin 71 Kumpulan Kisah Guru yang dengan Tulus Memberikan Hati untuk Murid-muridnya: Alegori Lilin
Judul tulisan: "Saudaraku, Buatlah Aku Tersenyum"