Proyek Penulisan dan Penerbitan Puisi Anak

Yuk nulis puisi untuk anak-anak kita.

Proyek Penulisan dan Penerbitan Cerpen

Terbitkan cerpen Anda jadi buku ber-ISBN

Proyek Penerbitan Cerpen Anak

Anak-anak pun perlu bacaan yang baik. Yuk nulis dan nerbitkan cerita pendek untuk anak.

Karyatunggalkan Puisimu!

Yuk terbitkan puisinya dalam buku karya tunggal

Terbitkan 5 Puisi

Punya 5 puisi? Yuk terbitin bareng-bareng jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 500 Puisi Akrostik

Terbitkan puisi akrostikmu jadi buku 500 AKROSTIK ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman Inspiratif Pendek Guru

Tuliskan pengalaman inspiratif Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman LUCU Guru

Tuliskan pengalaman LUCU Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan best practices Anda jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan artikel pendidikan Anda jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 5000 Pantun Pendidikan

Terbitkan pantun pendidikan dalam 5000 PANTUN PENDIDIKAN

Selasa, 07 November 2023

WAJAH ANJINGKU

Tegal borok busuk di dahinya

Anjingku malu lalu lari 

Sembunyikan muka

Entah ke mana


Sejak itulah


Kami 

Sama kehilangan hari-hari di sisi tungku

Berbagi singkong kesukaan 

dan belaian sahaja


Lama


Tak terjembatani


Tapi 

Setelah beribu-ribu bulan mendugai lubuk berdua 

di keterpisahan panjang ini

Ketahuan kami masih 

Serindu


Aku 

Masih saja

Membakar singkong 

Memanggil pulang kenangan kami

Mendiangkannya saban malam di tepi tungku 

Hingga hangat 

Kembali


Sedang dia 

dari kejauhannya tak teraih

Berjuang mengintipku dari balik borok 

yang menyelimuti tubuhnya 

Selama tak setungku


Begitu tahu

Aku masih saja 

di tepi tungku pendiangan kami

Ia bergegas bangkit mendekatiku Mengibas-ngibaskan ekornya mengitari daku

Menghapus gelisah kami

Sedang lidahnya

Menjilati kakiku

Berucap


Pelukanmu 

Mengeringkan borokku


Sejak itulah lidahnya 

Terpaku mati

Di kakiku


Kuta Kendit, 30 Juni - 07 Juli  2023

Kamis, 05 Januari 2023

Lidah Lautan

 

Lidah lautan

yang menjilati kaki kami petang itu

Melayarkan anganku ke Awololon

yang terjilatinya

Dulu itu


Awololon

Tenggelam lenyap

Tinggal siput-siput bertebaran


Siapa rindu padamu lagi

Siapa terkenang padamu lagi


Beruang

Beringas

Berdatangan

Bergerombol membangun Babel

di atas makam kekasih kami


Tapi siapa sudi mengusik beruang


Babel di atas makam kekasih

Menindih rindu

Tak berujung


         Istana Rindu, 30 Juni 2020


*) Puisi ini dimulai dari Pintu Pencecapan.

Jumat, 23 Desember 2022

Batu Terbang

 

Batu 

Terbang

Cepat-cepat mencari celah 

Tempat bertengger 

Bersarang


Dengan cakar makarnya

Ia mengorek paksa 

Membuang habis isi kepala bocah baru belajar


Bersarang dia di situ

Beranak cucu dia di situ

Semua senyap seperti tak tahu 


Tapi

Setelah lama 

Tak tertampung lagi dalam kepala

Batu terbang bersama semua anak cucunya

Beterbangan keluar

Mencari mangsa

Di luar


Batu terbang patah sayap tertembak pemburu

Dor!


Batu

Jatuh 

Terundung 

Sayap sendiri

Bagaimana berdiri lagi


         Perteguhen, 24 Desember 2022


*) Puisi ini dimulai dari PINTU GERAK/ KINESTETIK.

Kamis, 22 Desember 2022

Wajah Penuh Darah


                     <Membaca tragedi anjing kecil 1>


Anjing kecil

Tergilas mobil 

Di tengah jantung kota 

Siapa dengar erangannya

Siapa paham jeritan tangisnya


Anjing kecil

Tutupi wajahnya dengan darah

Takut dia ditandai bunda 

Tambah beban di dada


Anjing kecil

Tutupi matanya dengan darah

Takut lihat iba bunda


Wajah penuh darah siapa punya

Wajah penuh darah siapa peduli


Cuma bunda

Menjilat wajah penuh darah

Menyatukannya dengan darah sendiri

Siapa pernah menceraikan darah dari darah


Cuma bunda

Mengecup kerning penuh darah

Membuka kelopak-kelopaknya

Untuk tatapan terakhir yang hidup 

di kematian ini


Anjing kecil


Wajah 

Penuh darah

Siapa mengenangnya


            Gang Olakisat, 23 Desember 2022

Rabu, 21 Desember 2022

Tukang Sampah

                                       *

Pagi-pagi ia bangun menjemput sampah dari pintu ke pintu. Tanpa absen. Sebab absen berarti kiamat baginya. Sehari tak kerja, sehari itu pun mati tungku. Tak makan. Tak sekolah anak semata wayangnya. Maka sakit yang masih bisa dibawa-bawa tak jadi alasan untuk absen sehari dua hari. Ia,  tak mau absen. Tak mau memperpanjang litani kiamat-kiamat kecil. Ia,  tak mau membiarkan sampah mengotori kampung kami, jalanan kami, gang kami, rumah kami, kamar kami, sempa kami, aurat kami.


Di sekolah. Anaknya yang semata wayang itu diolok, diejek habis-habisan oleh teman-temannya, hanya karena berayah si tukang sampah tadi. Ia cantik. Tertib, bersih, necis dan apik. Tapi hampir semua teman menjauhinya. Bau sampah pada ayahnya, dilekatkan juga pada dia. Dia diam sampai-sampai jadi pendiam, penyendiri. Ketika jam pelajaran tiba, barulah ia bersemangat kembali. Karena semua tugasnya beres dan ini yang menghiburnya sebab para guru menyukai ketekunannya.

                                    **

Di bawah upacara bendera di suatu Senin pagi, ia ditunjuk langsung oleh kepala sekolah menjadi pengurus sampah di sekolahnya. Semua guru dan siswa-siswi bertempik sorak menyambut penunjukkan itu. Teman-temannya  menganggap itu pangkat paling pas baginya. Ia pun menerimanya dengan lapang dada. Setiap pagi ia lebih awal ke sekolah setelah membereskan pekerjaan di rumah. Sampai di sekolah ia mengumpulkan sampah bersama dengan teman-teman yang sungguh mencintai kebersihan lingkungan sekolah. Itu ia lakukan tanpa malu tanpa minder, sekalipun ia tahu dengan tugas ini ia semakin disepelekan, diremehkan dan malah direndahkan oleh teman-temannya.


Sebagaimana ayahnya di mata segelintir orang, demikian halnya ia. Tapi di mata kepala sekolah dan segenap guru, ia adalah anak pembersih. Dari dialah lingkungan sekolah jadi bersih, kelas bersih, lantai bersih, papan tulis bersih, papan absen siswa maupun guru, bersih semua. Itulah sebabnya sekolahnya meraih juara satu nasional perlombaan Sekolah Bersih. Ia lalu dinobatkan menjadi Duta Sekolah Bersih Nasional.

                                      ***

Di bawah upacara bendera pada suatu Senin yang lain lagi, kepala sekolah memanggilnya ke depan. Di bawah bendera, di hadapan semua peserta apel, kepala sekolah menandaskan:


Tukang sampah

Telah mempersembahkan emas murni

Bagi panti pendidikan kita

Bagi segenap kita

Semua guru

Serta siswa

Siswi


Sampah

Berisi emas!


Masih 

Menjijikinya?


Semua diam

Lalu pulang satu-satu

Tinggal ia, anak si tukang sampah itu

dan kepala sekolah di sisinya

Menguatkan dia

Besarkan dia


Aku pun tidak menghukum engkau

Bisik sang kepala sekolah

Mengutip kitab

Lalu pulang

Membaca

Diri


Sendiri?


Gang Olakisat, 06 Mei 2022

Minggu, 18 Desember 2022

Piring


Di piring ini pun


Tergenang

Air mata adikku

yang terusir malam itu

Membawa pulang perutnya yang kosong

ke kampung kami


Karena piring di tenda

Tiada yang kecil 

Buat yang kecil


Di sana

Dekat tungku kami yang sama dulu itu

Ia mengisi perutnya dengan singkong sisa kami

Sedang di sini nasiku basi 

Terbuang

Buang


Basi nasi itu tanda mati api

Mari kobarkan


Ouh, Piring

Pangkuan nasi dan air mata bersepeluk

Kapan kami berpelukan lagi

Kenyangi lapar kami

Seperut


               Di Lewoleba, 08 Agustus 2010

Sabtu, 17 Desember 2022

Jagung di Kebun Kami

 

Lembu

Jangan makan kami

Meski kami mirip rumput

Makananmu


Ia

Turut

Tuannya pergi

Sambil mamah gigi


Memang

Mulut susah dikandang


      Pintubesi, 10 September 2012