Proyek Penulisan dan Penerbitan Puisi Anak

Yuk nulis puisi untuk anak-anak kita.

Proyek Penulisan dan Penerbitan Cerpen

Terbitkan cerpen Anda jadi buku ber-ISBN

Proyek Penerbitan Cerpen Anak

Anak-anak pun perlu bacaan yang baik. Yuk nulis dan nerbitkan cerita pendek untuk anak.

Karyatunggalkan Puisimu!

Yuk terbitkan puisinya dalam buku karya tunggal

Terbitkan 5 Puisi

Punya 5 puisi? Yuk terbitin bareng-bareng jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 500 Puisi Akrostik

Terbitkan puisi akrostikmu jadi buku 500 AKROSTIK ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman Inspiratif Pendek Guru

Tuliskan pengalaman inspiratif Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman LUCU Guru

Tuliskan pengalaman LUCU Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan best practices Anda jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan artikel pendidikan Anda jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 5000 Pantun Pendidikan

Terbitkan pantun pendidikan dalam 5000 PANTUN PENDIDIKAN

Senin, 14 Februari 2022

Pensiun



Foto oleh Prince Beguin dari Pexels



Dentum-denting hantaman martel
pada batu tengah terik
Menggugah
Jiwa wanita tua tepi pondok

Jerit kesakitan
dan teriak tangis minta tolong
Membuka mulut wanita tua

Engkau
Sudah terlalu letih memukul
Mari, berhenti sebentar lalu lanjut lagi
Setelah minum

Tukang pukul berhenti
Wanita tua cepat-cepat mengangkat ketiga belahan batu tadi
Membawanya dengan diam-diam
Menjadikannya tungku tengah pondok

Selah minum
Si tukang pukul heran
Sebab batu tak di tempatnya lagi

Dengan suara terbatah-batah
Wanita tua berbisik
Batu pukulanmu
Jadi tungku
Sekarang

Pukul tungku
Tumpah
Nasi

Tukang pukul pun pensiun sekarang

Gang Olakisat, 12 Februari 2022


*) Puisi yang dimulai melalui Pintu Auditif



Rabu, 09 Februari 2022

Dari Mana Memulai Puisi


Dari mana memulai puisi? Pertanyaan bodoh tapi penting dan mendesak bagi sebagian pemula termasuk saya sendiri. Para penyair senior tentu dengan mudah memulai puisinya lalu menyelesaikannya, bisa dalam hitungan menit saja. Tapi kita pemula?


Sebelum memulai sebuah puisi, alangkah baiknya kita mengenali lebih jauh apa sesungguhnya puisi dan apa pula sastra itu. Agar kita memiliki dasar pijak yang pas untuk memulai puisi.


Secara etimologis (asal kata), kata puisi berasal dari kata bahasa Yunani, poites yang berarti membangun, pembuat, pembentuk. Atau dari kata bahasa Latin, poeta yang berarti membangun, menimbulkan, menyebabkan, dan menyair. Dengan demikian maka secara radikal (radix=akar) puisi berarti dunia bentukan yang dibangun penyair.


Sedangkan sastra, berasal dari kata bahasa Sanskerta; dari akar kata 'sas' dan 'tra'. Sas berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, sedangkan tra berarti alat atau sarana.

Kata sastra kemudian diberi imbuhan 'su' ( bahasa Jawa) yang berarti baik atau indah. Pengertiannya pun berkembang menjadi

"Buku yang baik dan indah." Baik isinya , indah bahasanya. Secara harafiah sastra berarti huruf, tulisan atau karangan. Tulisan atau karangan biasanya berwujud buku maka sastra berarti juga buku.


Dari pengertian etimologis baik sastra maupun puisi seperti terurai di atas dapatlah dikatakan:


1.Puisi adalah dunia indah dan baik bentukan penyair. Dunia bentukan ini terbangun dari hasil bacaan penyair atas seluk-beluk kehidupan.


2. Puisi lalu menjadi sarana yang indah dan baik untuk mengarahkan, memberi petunjuk. Indah bahasanya dengan memperhatikan diksi, rima, ritme dan lain sebagainya. Baik isinya yang memuat nilai-nilai luhur di dalamnya. Keindahan bahasa dan nilai luhur adalah dua sisi dari satu mata uang yang sama. Tak terpisahkan satu dari lainnya. Bila hilang satu di antaranya, ketika itu juga lenyaplah puisi itu. (bersambung)...


Foto oleh MART PRODUCTION dari Pexels


Selasa, 08 Februari 2022

Merpati


Foto oleh Pixabay dari Pexels



Lama
Merpati terbang
Di atas hamparan selat laut maupun samudera
Melampaui sawah ladang lembah dan gunung-gemunung
Hingga ke batas langit

Merpati terbang
Mencari ranting
Tempat bersarang

Kembali
dari kaki langit
Merpati hinggap pada dahan di bukit itu

Demi memuaskan
dahaga panjang tak terpikulkan lagi
Merpati pun minum dari darah paling merah
dan air paling lestari
yang mengalir keluar dari rahim paling lapang
Sumur
Galian Longinus

Merpati puas
Terbang ke dalam gua luka kekal itu
Bersarang di langit rahim
Hingga ke anak cucu
dan seluruh keturunannya

Merpati

Tak takut haus lagi
Tak takut lapar lagi
Tenang
Tenteram
Tak ke mana lagi

Sampai begini

Gang Olakisat, 09 Februari 2922



Senin, 07 Februari 2022

Beo


Foto oleh Couleur dari Pexels


Beo
Bego
Berlindung dalam sangkar anti peluru
Berkicau seenak perutnya
Berceloteh semau bohirnya

Beo
Bego
Bersantun basa basi
Berbagi hoaks dan makian belaka
Cekokan bohir ke mulut
Perutnya

Beo
Bego
Pintarnya membeo

Terlindung aman
Dalam sangkar anti petir peluru rakyat
Tak tersentuh tangan

Tuhan
Diam saja
Menanti timbangan tenang

Begitu tenang
Beo bego bisu sendiri

Gang Olakisat, 08 Februari 2022


Ubi Jalar


Foto oleh Cup of Couple dari Pexels



Bocah
Mengambil tofa
Menggali ubi jalar di ladang

Galiannya
Semakin jauh dan dalam
Merambah hingga ke tengah jalan
Laluan tetani sekampung

Bocah senang sekali
Mendapatkan umbi yang aduhai besarnya
Lalu pulang dengan berlari
Tinggal sebelah sandal dalam lubang
Tinggalkan pula lubang tak tertutupi
Nganga tengah jalan

Kakek bertongkat yang lewat di situ
Terperosok ke dalamnya
Patah kaki
Tak tertolong

Pertiwi
Rahim alam
Mengandung benih ilahi lahirkan kita

Mengapa dicabikrabikkan

Gang Olakisat, 08 Februari 2022




Minggu, 06 Februari 2022

Ayah Bangsa





Sejak engkau berhutang
Kami mulai tenang belajar meraih mimpi
Tanpa perlu memikirkan uang sekolah
dan uang buku

Sejak engkau berhutang
Mulailah kami sehat serumah
Tanpa perlu merampok kas negara hingga ke a-de-de
atau terpaksa mencuri simpanan si renta
di bawah bantalnya
Hanya untuk membeli antalgin
dan minyak angin

Sejak engkau berhutang
Barulah kami nyaman ke ladang
Melalui jalanan mulus semulus jalan ke istanamu
Untuk menanam padi, jagung dan sedikit sayur
Supaya makan kami benar-benar dari keringat sendiri

Sekalipun
Sekarang sayur pahit di pasaran
dan kol kami tugukan di jantung kota Berastagi
Jadi monumen
Nasib Tani

Ayah Bangsaku

Utangmu
Emas murni 
yang kami kalungkan di lehermu

Beratnya membungkukkanmu
Turun merendah
Menopang kami
Semua kami
Anakmu

Perteguhen, 31 Desember 2019


Di Suba Kami Menanti






                    Tanah pembuangan
                    Penderita kusta



Elang
Pulang
Ke sarang
Ombak pun pulang
Tumpahkan rindu di dada pantai

Tapi kami?

Jari
Jemari kami
Putus satu demi satu
Kaki kami buntung 

Siapa tahan menanti tak berjanji
Merindu tak berujung 

Di Suba
Menanti mati

Dari Medan Jauh, 01 Februari 2022


Sabtu, 05 Februari 2022

Kemudi

Foto oleh mamunurpics dari Pexels




Kemudi di tangan nelayan
Patah terhantam arus Selat Lamakera

Nelayan
Terkatung-katung tengah lautan tak berdaya
Menanti tiupan angin
Membawanya pulang lagi
Ke pantai tadi

Angin
Makin kencang
Membawa aneka sampah
Mengototori raut laut

Nelayan
Memilah sampah
Menangkap pelepah lontar tajam-rajam
di antara sampah-sampah
Jadi dayung menuju
Suba

Pelepah tajam
Di antara sampah tengah lautan

Tangan alam
Penuntun pulang

Gang Olakisat, 6 Februari 2022


Pohon itu Tumbang

Foto oleh Castorly Stock dari Pexels



Pohon itu tumbang berantakan
Bukan karena angin
Bukan karena anai
Bukan karena api

Pohon itu tumbang berantakan
Sebab tak kuat menahan panjang dahan
Sebab tak kuat menatang lebatan daun

Pohon itu tumbang berantakan
Sebab tak kuasa
Mencegah dahan yang maunya berpanjang sendiri
Sebab tak kuasa
Meluruhkan daun yang maunya berbanyak sendiri

Pohon itu tumbang
Berantakan
Sendiri

Gang Olakisat, 06 Februari 2022




*) Puisi ini berima Tusuk Tikam Jejak.


Jumat, 04 Februari 2022

Mata Kaki

Foto oleh Wendy Wei dari Pexels



Kita
Sama bermata
Tapi mengapa paling saling berbenturan

Kita
Sama saling bertatapan
Tapi mengapa paling saling tak kenal

Kita
Sama di kaki
Berbenturan niat

Gang Olakisat, 19 Desember 2021