Proyek Penulisan dan Penerbitan Puisi Anak

Yuk nulis puisi untuk anak-anak kita.

Proyek Penulisan dan Penerbitan Cerpen

Terbitkan cerpen Anda jadi buku ber-ISBN

Proyek Penerbitan Cerpen Anak

Anak-anak pun perlu bacaan yang baik. Yuk nulis dan nerbitkan cerita pendek untuk anak.

Karyatunggalkan Puisimu!

Yuk terbitkan puisinya dalam buku karya tunggal

Terbitkan 5 Puisi

Punya 5 puisi? Yuk terbitin bareng-bareng jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 500 Puisi Akrostik

Terbitkan puisi akrostikmu jadi buku 500 AKROSTIK ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman Inspiratif Pendek Guru

Tuliskan pengalaman inspiratif Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman LUCU Guru

Tuliskan pengalaman LUCU Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan best practices Anda jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan artikel pendidikan Anda jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 5000 Pantun Pendidikan

Terbitkan pantun pendidikan dalam 5000 PANTUN PENDIDIKAN

Selasa, 15 September 2020

Data Penabung Naskah

Sabtu, 12 September 2020

Aku ingin menyimpannya sendiri

Puisi Lodevika Endang Sulastri



Aku ingin menyimpannya sendiri.
Sembari memilah puzle-puzle usang.
Kisah-kisah bodoh yang melukai
Kutepikan agar ku tak tersandung lagi
Atau setusuk duri menikam di kaki.

Aku ingin menyimpannya sendiri.
Aku benar-benar ingin menghindari
Dan melampaui konfrontasi
Yang membuat jiwa terluka
Lebih baik pergi dan tak usah dengar lagi.

Aku ingin menyimpannya sendiri.
Aku bukan orang yang intim bergibah,
Lebih baik tersenyum sendiri menepis
Segala suara-suara tak berarti
Tapi bisa membunuh mood pagi ini.

Aku ingin menyimpannya sendiri
Dan nanti bila aku telah letih
Kuletakkan di bawah salib-Mu, Tuhan
Sebagai persembahan bagi-Mu
Bak dadu yang tak pernah selesai.

Aku ingin menyimpannya sendiri
Dan membakar semua cerita bodoh
Yang tak tahu siapa pengarangnya
Abunya kan kujadikan pupuk
Bagi serangkai melati ... wangi
Yang tumbuh di tepi pagar rumah kami.

Aku ingin menyimpannya sendiri
Berembus angin pagi
Mengantar wewangiannya menggugah pagi
Kutatap kisah-kisah bodoh
Yang terbawa angin entah terbang ke mana

Aku ingin menyimpannya sendiri
Apakah itu fitnah atau gibah
Yang berembus melanda tubuhku
Yang nyaris oleng tapi masih tertegak
Di depan rumah sunyi sembari menanti

Aku ingin menyimpannya sendiri
Wahai fitnah atau gibah
Yang tak pernah membawa warna cinta
Kuletakkan seluruh bagianmu di Salib-Nya
Biarlah Dia yang menyelesaikan

Aku ingin menyimpannya sendiri





Photo by Mati Mango from Pexels

Minggu, 06 September 2020

Sunyiku, sunyi-Nya



Malam makin larut ...
Gelap tlah lama turun ke bumi,
Hendak sampaikan pesan
Bahwa panorama tlah berganti.

Sunyinya malam ini seperti menemani
Sesunyinya hati ini dalam tenang
Sunyi yang digenggam
Sunyi yang membuka panca indra makin terang

Sunyi jelang kesadaran batin
Sunyinya sesunyi jiwa yang merindu
Datangnya Dia yang hanya hadir
Dalam sunyiku
Sunyi sesunyinya


Palembang, 6 sept 2020,22:28

Photo by Engin Akyurt from Pexels


Jumat, 04 September 2020

Hujankan bumiku Tuhan



Tetes air hujan jatuh ke bumi
Di senja yang baru saja menjelang
Terduduk aku di tepi jendela
Menatap titik hujan yang terjatuh
Sedap menguar aroma tanah
tertimpa air dari langit.

Air mata bidadari jatuh
Kata ibuku dulu
Untuk menyuburkan tanah ladang
Petani senang sesaat hujan datang

Wahai hujan
Turunlah lebih lama
Barang satu jam saja di bumiku kerontang
Kunikmati datangmu bak nanti pangeran
Sesaat aku memandang langit
Terima kasih, Tuhan, Kau basahi bumi kami
Berikan sejuk di bumi kering ini.

Walau hanya sekejap hujan datang
Aku tetap duduk di tepian jendela
Menantikan kembalinya
Agar bumiku sejuk, cerahkan warna langit

Terima kasih, Tuhan
Apakah Kau sudah jauh berjalan
Melihat tingkah kami di bumi?
Berharap nantikan mukjizat-Mu datang?

Pujian kuhunjukkan pada-Mu
Engkau yang penuh kuasa
Berbelaskasihan kepada kami kaum papa
Anak sahaya-Mu yang menderita

Air tak lagi cukup bagi bumi kami.
Kini ... Kau datangkan hujan-Mu
Tuk segarkan bumi kami.
Semoga tetumbuhan pun tersapa
air sejuk-Mu menyentuh dedaunan
Dan beri kehidupan bagi kami
Manusia tak tahu diri.


Palembang, 4 September 2020, 17:41

Rabu, 02 September 2020

Kisah dompet di hari Rabu

Puisi Lodevika Endang Sulastri

Photo by cottonbro from Pexels



Pagi yang cerah,
Terduduk di sadel motorku,
Kucangklong tas punggung seraya
Menikmati udara pagi nan sejuk
Motorku terbang menembus jalanan
kota Palembang mulai hangat

Kutatap jalanan sembari berharap
Hari ini kudapat selesaikan tugas
Apa daya ...
Setengah jalan hari, tergagap aku
Sesaat hendak bayar parkir motorku
Dompetku raib tak pamit.

Pucat seketika menyapa hati
Serasa pagi tadi aku masih menyentuhnya.
Kumasukkan uang kelebihan belanja,
Aku tergagap di depan tukang parkir.
Seujung kata maaf tak sanggup membayar

Tukang parkir mafhum
Tetapi hatiku berontak
Ke manakah gerangan dompet di saku
Sebelum berangkat aku menyentuhnya

Aku terguguk bukan apa
Mengurus surat-surat hilang itulah
Yang enggan kuterjang
Ya Tuhan, apakah gerangan salahku?

Aku masih terduduk mengerang
Teringat suasana pagiku di rumah
Sebelum berangkat aku menyentuhnya.

Sekejap aku berlari ke pos polisi
Melapor apa kejadian hari
Sembari setengah hati aku mengiklas
Apa yang telah raib di depan mata.

Setengah empat sore aku terduduk
Setelah usai blokir ATM bank sana-sini
Aku merebah sembari pikiran berlari
Setengah hati lainnya mengejar mimpi
Andai dompet kembali
Tak susah hati daku kini.

Dering telepon genggam menggugah hati
Dengan enggan kujawab
"Selamat sore ..."
Di seberang, suara kecil pegawai
Pagi tadi harus kusambangi
Menyapa dengan suara minta maaf
Menemukan dompetku tercecer di parkiran

Tersentak aku
seolah Tuhan menyapa
Jangan khawatir ... masih ada orang jujur
Di muka bumi titipan Sang Ilahi.

Puji syukur aku mendoa
Terima kasih tak terbilang pada Sang Dewa
Yang terus mengawas tingkahku
Karna tak pernah sempurna.

Terima kasih Tuhan
Pelajaran kejujuran hari ini
Menyapaku yang sungguh tak mengerti
Seluruh perjalanan yang harus kulewati.

Terima kasih Tuhan.


Palembang, 2 sept 2020, 19:36