Puisi Yerem B. Warat
Image by Prawny from Pixabay |
*
Hari-hari terasa panjang tak bertepi lagi sejak kami kekuar dari ladang itu. Anjing, singa, dan harimau melolong siang malam tak terhentikan. Melolong, memanggil, mencari kami. Tapi lolongan mereka tak segera berhasil memulangkan kami yang baru saja keluar. Pencarian tetap diteruskan.
Mereka mencari kami dengan penciuman mereka yang tajam. Dengan begitu, mereka medapatkan jejak bau badan kami yang lengket pada benda apa pun yang tersentuh ketika kami lewat.
Bermula dari pohon yang kami makani buahnya. Harimau memanjati pohon itu, mencium tangkai dari buah yang kami petik, untuk memastikan keaslian bauan kami. Dari situlah ia dan semua hewan lainnya mulai menyusuli kami. Turun melalui pintu koyakan kami, mereka terus ke bumi. Beberapa hari berselang, tanaman-tanaman di ladang tadi pun turut. Mereka menjalar keluar mengikuti kami sampai ke bumi. Labu kuning, semangka, dan tak ketinggalan labu jepang. Sedang padi, jagung, dan sebangsanya mulai membiarkan buahnya yang sudah tua jatuh ke bumi, tempat tinggal kami yang sekarang ini.
Ladang tadi pun kosong, tak berisi lagi. Tinggal pohon itu sebatang kara, pohon yang buahnya kami makan itu. Tapi cabang pohon terus menjulurkan pucuk-pucuknya ikut mencari kami. Suatu senja satu dari buah-buahnya yang bergelantungan, jatuh juga ke bumi, persis mengenai ibu jari kakiku. Aku terkejut bukan main.
Ternyata buah itu. Serupa benar dengan buah yang kami makan ketika itu. Kuambil buah itu dan kami memakannya lagi dan keterusan lagi.
*
Bermula dari kami, menyusul juga semua yang lain. Segala binatang melata dan burung di udara, semua jenis tanaman dan pepohonan di ladang ikut mencari kami sampai ke bumi. Terus juga ke ladang tumpangan kami di Pintubesi sekarang ini.
Kami tetap tak mau pulang ke ladang yang dulu lagi. Maka semua mereka pun tak berani pulang. Sebab semua mereka serta peristiwa apa pun, ada karena perutusan mencari dan memulangkan kami kepadanya lagi. Tak ada kepentingan lain kecuali mencari dan memulangkan kami ke ladang itu lagi.
Semua
Sebumi urung pulang
Kalau tak membawa serta kami
Hanya kaca
Mau bercermin
atau memecahkannya?
Dari ladang, 24 April 2020
0 komentar:
Posting Komentar