Tuhan mencipta maka semuanya ada
Tuhan mencipta dengan kata, yang keluar dari mulut-Nya
Demikian pun manusia, dicipta dengan kata
ia menemukan kedahsyatan kekuatannya.
Dengan kata, manusia juga mencipta
segala hal yang menjadi keinginan hatinya
Dengan kata-kata manusia mencipta keluarga,
berawal dari kata cinta, mereka mengikat diri menjadi suami istri, melahirkan anak-anak dan terciptalah keluarga.
Dengan kata-kata manusia mencipta hak atas tanah, rumah, segala harta benda,
mereka menciptakan wilayah, negara
dan mengesahkannya menjadi miliknya.
Dengan kata-kata manusia menciptakan segalanya
Dengan kata-kata, manusia mengubah adat satu dengan adat lainnya, mendirikann kerajaan satu di atas kehancuran lainnya, menegakkan budaya satu di atas runtuhnya kebudayaan lainnya,
menghidupkan manusia satu, bangsa satu, bahasa satu, kelompok satu, di atas manusia lainnya, bangsa lainnya, bahasa lainnya, kelompok lainnya, dan seterusnya.
Kini, setelah manusia menyadari betapa dahsyatnya kekuatannya, manusia mengeksplorasi kata-kata, kata demi kata, merangkai demikian rupa, membangun narasi dan wacana
mengubah hitam menjadi putih, putih jadi hitam, mengubah ada jadi tiada, tiada jadi ada, membalik atas jadi bawah, bawah jadi atas, menukar yang mulia dengan cela, cela dengan mulia
dengan kata-kata, manusia berusaha saling menelan lainnya, saling membinasakan kelompok lainnya, bangsa lainnya, budaya lainnya, ada lainnya
manusia berperang dengan kata-kata.
Kata-kata, entah dari mana datangnya, berseliweran di atas kepala kita, memenuhi atmosfer kita, menghujani pikiran kita, melumpuhkan akal sehat kita, menaklukkan hati nurani kita, memperhamba kita
kata-kata itu begitu luar biasa, menyelinap, menyusup, menghujam jauh ke dalam setiap inti sel otak kita, menguasai daya nalar kita, pelan tapi pasti mengubah hati kita, membentuk perasaan kita, dan menguasai serta melahirkan kehendak ... kita
dan mengubah kita menjadi kata-kata.
Entah kapan persisnya, tiba-tiba saja semua berubah menjadi kata-kata.
Mulut kita mencerocoskan kata-kata yang entah dari mana datangnya,
pikiran kita menambahkan makna seperlunya,
hati kita menguatkan dengan nuansa-nuansa
tangan kita menembakkan dan memberondongkan kata-kata dengan begitu rajinnya.
Kita memetik kata-kata yang berseliweran di udara, memberinya isi dan mengemasnya dengan sejuta nuansa, kemudian melontarkannya kembali ke udara
kata-kata itu menjadi sedemikiann indah, kuat dan perkasa, sekaligus sedemikian garang, mengancam, dan berbahaya
merajalela dan sangat berkuasa.
Manusia telah menjadi hamba kata-kata, memperkuat dan siap menyukseskan misinya, tanpa pernah tahu terlahir dari mulut siapa, atas kehendak siapa, demi tujuan apa.
Tuhan menggunakan kata-kata untuk menjadikan manusia ada
Manusia menggunakan kata-kata untuk saling meniada.
diambil dari buku Balada Ban Luar: Kumpulan Puisi Mei 2019 halaman 60
Pembacaan puisi ini bisa dinikmati dalam video berikut:
0 komentar:
Posting Komentar