Dari atas tiang itu
Tuhan
Tunduk
Minta tanganku
Mengobati luka-luka yang berjejalan
Menyelimuti
Tubuhnya
Selimut luka kawan sengsara
Sampai akhirnya Ia menyerahkan nyawa
Sebelum sempat kami lepas
dari peluk penghabisan
Hembus nafas penghabisannya
Mengalir lambat sekali
Seperti tak mau meninggalkan
lorong-lorong kami yang selama ini
Dalam dadaku
Di situ
Tinggal dia
Berdoa untukmu di taman itu
Tiap malam sampai pagi
Tak terusik hidung lagi
Kupu pun
Berdatangan
Menimba nektar tak habis-habis
Perteguhen, 27 November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar