Kamis, 15 Desember 2022

Di Taman itu


Dari atas tiang itu


Tuhan 

Tunduk

Minta tanganku

Mengobati luka-luka yang berjejalan

Menyelimuti

Tubuhnya


Selimut luka kawan sengsara

Sampai akhirnya Ia menyerahkan nyawa

Sebelum sempat kami lepas

dari peluk penghabisan


Hembus nafas penghabisannya

Mengalir lambat sekali

Seperti tak mau meninggalkan 

lorong-lorong kami yang selama ini

Dalam dadaku


Di situ

Tinggal dia

Berdoa untukmu di taman itu 

Tiap malam sampai pagi

Tak terusik hidung lagi


Kupu pun

Berdatangan

Menimba nektar tak habis-habis


Perteguhen, 27 November 2014







Tidak ada komentar:

Posting Komentar