Jumat, 10 April 2020

Ujung Langit, Dua Ribu Enam Belas


Puisi Akrostik oleh Wildan Rusli


Ujung Langit
Untuk setiap saat berdetak
Jantung ini menjadi pusat
Untuk kesekian kali seakan berhenti
Namun kumandangnya membangunkan
Gegas tubuh ini menjemput panggil Ilahi

Laaillaha illallah ...
Allah sang maha tak tergantikan
Naman-Nya teragung tak terbendung
Ghoib-Nya utuh takkan runtuh
Ialah segala bagi segalanya
Tuhan esa, di ujung langit yang terujung



Dua Ribu Enam Belas
Di sini sekarang ini
Untuk hadirkan rupa diri yang sejati
Atau pula mendewasakan jati diri

Rupamu dulu yang suka
Iri hati pada teman sejati
Benci yang menutup cahaya ilahi
Usaha hidup sekadar mencari materi

Entah lupa atau khilafkah dulu
Namun itu telah dilewati
Apakah sengaja atau pura-pura
Mestinya itu, sekarang tidak ada lagi

Bagaimanapun jua mesti harus beda
Efek dulu harus dikubur jauh ke dalam
Liang lahat yang penuh perbuatan jahat
Akan tiba saat gelap berganti cerahnya
Seperti cahaya subuh ciptaan-Nya





Wildan Rusli, M.Pd.I. Lahir di Banjarnegara, 8 Januari 1982. Guru di MTs Cokroaminoto Tribuana, Banjarnegara, Jawa Tengah. Sekjen PC Pemuda Muslim Kabupaten Banjarnegara.



Puisi ini diambil dari buku Puisi Akrostik #1: Kumpulan Puisi Akrostik Komunitas Guru Menulis halaman 101-102

Tidak ada komentar:

Posting Komentar