Puisi Akrostik oleh Sulistyorini
Photo by Wesner Rodrigues from Pexels |
Kini Telah Sirna Deritamu
Ketika pertama kau mengeluh
Ingin rasanya kuminta separuh lukamu
Namun, tak bisa kulakukan
Itu semua kaurasa sendirian
Tiap detik kaurasa deritamu
Entah apa yang berkecamuk dalam anganmu
Langit pun menjadi saksi bisu
Asa apa yang akan kauwariskan tuk kekasih hatimu
Hingga maut akan datang menjemputmu
Sisa-sisa kekuatanmu
Inginkan kau menggeriyap
Remang kau berharap
Nantikan pelukan tiga buah hatimu
Atau ... justru kaulepas
Dua kali dokter itu membedahmu
Entah apa yang saat itu kaurasa
Rintihan apa yang kala itu kaualunkan
Ingin rasanya kudengar semua
Tapi, Sang Khalik lebih sayang padamu
Apa yang kaurasa sirna
Melayang pergi jauh
Untuk kembali kepada-Nya
Pesona Rona Merahmu
Pertama kumemandangmu
Entah mengapa aku tak suka
Satu demi satu tumbuh daunmu
Obati jenuhku ternyata
Nuansa merahmu
Antarkan semangatku kembali bangkit
Rona wajahmu menawan
Oranye, hijau, dan merah jambumu membuatku terpesona
Nilai indahmu membuatku jatuh cinta
Akankah kau selalu ada untukku
Merahmu menjadi semangatku
Embun pagi yang setia menemanimu
Rangkai elokmu
Akan selalu iringi langkahku
Hiasi lajuku
Menuju impian
Untuk hidup penuh bahagia
Sulistyorini, lahir di Salatiga, 28 September 1970. Alumni Grissa Salatiga, Smanssa Salatiga, dan IKIP Karangmalang Yogyakarta. Mengajar Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Salatiga.
Puisi ini diambil dari buku Puisi Akrostik #1: Kumpulan Puisi Akrostik Komunitas Guru Menulis halaman 163-164
Tidak ada komentar:
Posting Komentar