Photo by Lusia |
aku tidak pernah punya maksud untuk menyamakan nasib
kita selalu terjebak dengan nasib
ia adalah bentuk lain dari kesunyian kita
engkau bilang, engkau adalah orang yang pandai menunggu
namun, engkau juga takut bahwa usahamu sia-sia
engkau takut aku tak datang meskipun engkau menunggu
tapi, ada benarnya juga
sebentar kita memang sudah tenggelam
dalam sepi yang mendera
sebenarnya nasib kita adalah sama
tentang rasa yang tak pernah bisa kita lepaskan
nasib jualah yang telah memisahkan
antara hidupmu dan hidupku
tentang sajak nasib yang kutulis ini,
aku meminjamnya dari catatan Chairil Anwar
lalu, aku menyatukannya dengan nasib kita.
Lampung Timur, 19 April 2017
Puisi diambil dari Kumpulan Puisi Maret 2019#3
#Perempuan di Atas Bukit#halaman 10
fajar pagi selalu datang bersama mentari, meski kadang awan menyembunyikannya dari penanti pagi
BalasHapusKesakitan-kesakitan yang kita punya hanyalah jeritan tengah malam, mereka akan hilang ketika fajar menjelang.
BalasHapus