Mengapa masyarakat mengirim anaknya ke sekolah?
"Karena formal."
"Karena wajib." Kalau karena formal, karena wajib, itu dari pihak orang lain, dari pemerintah. Kalau dari masyarakat?
"Agar lebih mudah mendapatkan pekerjaan." Ini impian masyarakat.
"Memberikan bekal."
"Memberikan masa depan yang lebih baik." Ini harapan masyarakat, termasuk harapan Anda ketika Anda bukan pendidik, tetapi ketika Anda menjadi orang tua.
"Mengasah kemampuan anak." Ini: mengasah kemampuan anak. Kalau tadi masih gede-gede, ini mulai lebih kecil: mengasah kemampuan anak. Kemampuan untuk apa? "Literasi, sosial, menghadapi konflik." Mengasah kemampuan untuk hidup, life skill, mengasah kemampuan untuk menjalani kehidupan. Karena alasan inilah mereka mengirimkan anaknya ke sekolah.
Pertanyaannya: di sekolah diapain?
Siapa peserta didik kita? Ya anak-anak dari anggota masyarakat yang kepingin anaknya dipersiapkan tadi, bukan?
Nah, kemudian, apa harapan anak-anak?
"Ketemu temen." OK, ketemu temen. Kalau ketemu temen, sebenarnya perlu sekolah tidak? "Tidak."
"Dapat nilai bagus."
"Dapat pengalaman yang baru."
Anak-anak memiliki keinginan-keinginan. Apalagi yang sudah SMP dan SMA sudah bisa berbicara, mereka sudah perlu tahu apa keinginan-keinginan mereka. Pernahkah kita peduli kepada keinginan mereka? Karena yang sering kita alami , yang sering kita lihat adalah bahwa anak-anak harus menerima apa yang dikasih. Wakaupun kadang-kadang yang dikasih tidak nyambung. Kebutuhan anaknya apa? Yang dikasihnya apa? Tidak pernah ditanya apa keinginan mereka.
Ketika anak di kelas tidak bersemangat untuk belajar, itu karena mungkin kebutuhan mereka berbeda dengan apa yang kita sajikan, atau cara kita memberikan berbeda dengan cara yang diinginkan mereka, karena kalau materi kan kita memang tidak bisa meminta pendapat mereka, materi sudah ada, apa yang perlu kita ajarkan pasti sudah berdasarkan kajian-kajian pastinya.
Sering kali pelajaran yang bisa sebagai alat hidup yang langsung dipakai adalah pelajaran bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Nah, seberapa baik kita bisa memahami, baik harapan masyarakat maupun harapan orang tua. Seberapa banyak kita sudah memenuhi harapan mereka. Ini perlu kita pikirkan. Yang sudah kita lakukan: mengajar atau menyiapkan anak? "Mengajar." Ya tidak apa. Tetapi mulai sekarang, setelah sesi ini, saya harap, Ibu Bapak mulai memikirkan bagaimana memenuhi hakikat keinginan manusia belajar ke sekolah itu. Karena mereka ingin dapat sesuatu untuk hidup.
Saya pernah mendapatkan pengalaman, anak kelas 5 SD tidak bisa nulis. Di sekolah diapain? Kok sampai kelas 5? Ada apa di sana? Artinya, gurunya merasa tuntas mengajar, tetapi tidak membelajarkan anak-anak.
"O anak itu sulit?" Mau sulit, mau enggak, masyarakat sudah memercayakan anaknya kepada kita untuk dididik. Sehingga harapan masyarakat adalah anak ini ketika selesai sekolah bisa melakukan kehidupannya, melanjutkan kehidupannya, tentunya dengan kualitas yang lebih baik daripada orang tuanya.
Nah, berapa jam anak didik berada di sekolah? Berapa hari dalam setahun? Dampak apa yang sudah mereka dapatkan? Lebih lama mana anak di sekolah atau di rumah?
"Sekolah." Kenapa kok di sekolah? Karena di rumah itu porsi tidurnya saja sudah banyak itu. Dan ... rumah itu bagi anak bukan tempat yang sengaja distrukturkan untuk belajar. Rumah itu untuk makan, bersosialisasi dengan keluarganya, beristirahat. Akan tetapi, begitu sekolah, sebenarnya yang ada di benak anak adalah ini tempat saya belajar. Ya, kan?
Saya senang mendapatkan jawaban bahwa beberapa orang mengatakan anak lebih banyak di sekolah, karena beberapa kali saya diprotes oleh guru yang mengatakan, "Nggak bisa, dong, guru dituntut begitu begini! Kan anak itu lebih banyak di rumah?" Lo, tapi yang spesifik untuk urusan belajar, sekolah lebih banyak. Oleh sebab itu dia berharap: cara pandang guru, cara melihat dia, cara gurunya ngomong, cara gurunya menyampaikan pelajaran, itu semua mengandung hal-hal yang mendidik.
Setuju?
Baca selanjutnya!
Laporan acara:
- Lokakarya Penulisan Artikel Pendidikan dengan tema: Pendidik Masa Depan
- Tuliskan Satu Kata tentang Diri Anda!
- Pertanyaan Awal Fasilitator
- Mengajukan Pertanyaan yang Menghasilkan Pesan
- Fakta atau Opini
- Apa Keinginan dan Kebutuhan Peserta Didik Kita?
- Siapa yang bertanggung jawab untuk menumbuhkan lingkungan belajar?
- Sebagai Pendidik, saya ...
- Standar Kompetensi Guru
- Tantangan Abad 21 v.s. Kurikulum
- PISA dan Dilema Kebijakan Sekolah di Indonesia
- Mengubah mindset: refleksi terus-menerus sudahkah kita menjadi model pembelajaran?
- Ajari Anak Didik untuk Bertanya
- Galeri Foto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar