Jumat, 17 Maret 2017

Siapa yang bertanggung jawab untuk menumbuhkan lingkungan belajar?

Baca sebelumnya!

Siapa yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan pendidikan para peserta didik?
Semua orang dewasa yang ada di sekitar peserta didik, Dan kita adalah orang dewasa selain orang tua yang memiliki hubungan biologis dengan anak, yang sengaja bertanggung jawab, menandatangani kontrak dengan pimpinan maupun dengan Tuhan untuk memperbaiki kualitas hidup anaknya manusia itu. Kontraknya kan dua. Karena ini urusan pekerjaan yang langsung berhubungan dengan apakah anak yang diciptakan Tuhan ini akan bertumbuh atau tidak.
Halo! Beneran ini! Asli!
Karena kalau pekerjaan yang lain, iya sih berhubungan, tetapi kan tidak secara langsung. Tetapi kalau sebagai pendidik, DIRECT, langsung, sung sung sung. Sekeliru-kelirunya kita atau sebener-benernya kita akan menjadi bagian hidupnya dia.

Siapa saja yang memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar sehat di sekolah?
"Semua warga sekolah." Bisa enggak anaknya itu menumbuhkan sendiri lingkungan belajar yang positif? "Tidak mungkin." Tidak mungkin. Bisa enggak kepala sekolah sendirian? Tidak mungkin. Bisa enggak gurunya aja? Tidak mungkin.
Dan ketika itu sudah berada di sekolah, kita yang langsung bertanggung jawab terhadap anak-anak, tetapi oranga tuanya ikut bertanggung jawab. Oleh sebab itu, ada kewajiban dari sekolah untuk menjalin hubungan positif, tidak hanya positif tetapi juga intensif.

Sekolah bertanggung jawab membuat orang tua mau bekerja sama dengan sekolah. Oleh sebab itu sekarang ada Direktorat Keluarga di kementerian. Untuk apa? Untuk memberikan berbagai penyuluhan-penyuluhan agar pihak sekolah bisa bekerja sama dengan keluarga. Wajib bekerja sama dengan keluarga. Kenapa? Karena tidak bisa anak itu diserahkan begitu saja.
Ada orang tua yang mengeluh, anaknya yang sekolah di sebuah sekolah di Surabaya, tidak pernah diberi tahu sebelumnya oleh pihak sekolah, tiba-tiba menjelang ujian diberi tahu pihak sekolah bahwa anaknya banyak nilainya yang tidak bagus, dan kemungkinan akibatnya akan begitu akan begini. Itu namanya bukan lembaga pendidikan karena seharusnya sekolah memberi tahu di awal sehinga bekerja sama dengan orang tua untuk memperbaiki kualitas anaknya. Ini tanggung jawab kita.

Banyak guru yang bilang begini, "Aduh, Bu, kita di sekolah mendidik begini-begini nanti di rumah--" Lah itu kewajibanmu untuk mengajak rumah itu bersama-sama dengan sekolah. Bagaimana caranya? Banyak caranya. Carilah caranya gimana. "Wah kalau yang itu orang tuanya sulit." Sempatkan sebagai bagian pekerjaan Anda untuk berkunjung ke tempat orang tuanya, menyampaikan kepada orang tuanya. Kan banyak yang bilang, tu, "Wah ini orang tuanya susah, gak pernah bisa datang ke sekolah kalau diundang, kalau diberi tahu bahwa anaknya sudah begitu--" Pantes kalau orang tuanya sudah tidak memperhatikan, pasti anaknya seperti itu. Nah kita punya tanggung jawab untuk melibatkan orang tuanya, untuk mengajak orang tua. Kita berkewajiban--
"Nah itu kan sudah kewajiban orang tuanya?" Iya, tetapi orang tua tidak tahu. Nah kita adalah bagian dari komunitas pendidikan yang berhubungan langsung karena anaknya ada di sekolah kita.

Siapakah yang memimpin?
Ada orang tua, ada guru, ada TU, ada lingkungan, dsb. Siapa yang memimpin?
"Kepala sekolah!" Oleh sebab itu, kepala sekolah itu adalah PENDIDIK, bukan pengadministrasi. Makanya dalam literatur bahwa Inggris kepala sekolah selalu disebut leader of learning. Karena apa? Karena kepala sekolah itu mempunyai kewajiban membelajarkan siapa saja. Membelajarkan orang tua. Membelajarkan guru. Membelajarkan artinya membuat orang itu belajar. Dari apa yang ia sampaikan, dari apa yang ia lakukan, keputusan-keputusan yang ia buat, orang belajar darinya. Oleh sebab itu peran sekolah sangat menentukan.

Kalau di sini ada guru yang kepala sekolahnya kurang, ajaklah ngobrol. Yang penting iru jangan cuek. Jangan cuek terhadap keadaan. Mencoba ngobrol. Ngobrolnya jangan ngguruin. Karena orang, apalagi pimpinan, tidak senang kalau diguruin.
"Kemarin saya ke Jogja. Wah, mereka cerita tentang sekolah, trus dijelasin tentang peran-peran ini itu. Kayaknya kita harus gini, deh, Bu. Lupa nggak, Bu, orang tuanya si ini..." Dicoba dari sesuatu yang sangat sederhana, belajar dari apa yang Anda pelajari di sini.

Learning is the heart of school leadership. Para kepala sekolah yang bersama saya di Inggris itu, mereka diajari bagaimana mereka sebagai pemimpin pembelajaran, bagaimana caranya membelajarkan para guru, bagaimana para guru itu bisa merasa bahwa belajar itu penting. Ternyata itu tidak lewat disuruh. Lewat ngobrol dulu. Disuruh itu enggak enak. Instruksi itu ... iya kalau yang diinstruksikan itu kita seneng, tetapi kalau tidak, lebih banyak nolaknya. So, learning the heart of school leadership.


Baca selanjutnya!

Laporan acara:
  1. Lokakarya Penulisan Artikel Pendidikan dengan tema: Pendidik Masa Depan
  2. Tuliskan Satu Kata tentang Diri Anda!
  3. Pertanyaan Awal Fasilitator
  4. Mengajukan Pertanyaan yang Menghasilkan Pesan
  5. Fakta atau Opini
  6. Apa Keinginan dan Kebutuhan Peserta Didik Kita?
  7. Siapa yang bertanggung jawab untuk menumbuhkan lingkungan belajar?
  8. Sebagai Pendidik, saya ...
  9. Standar Kompetensi Guru
  10. Tantangan Abad 21 v.s. Kurikulum
  11. PISA dan Dilema Kebijakan Sekolah di Indonesia
  12. Mengubah mindset: refleksi terus-menerus sudahkah kita menjadi model pembelajaran?
  13. Ajari Anak Didik untuk Bertanya
  14. Galeri Foto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar