Jumat, 17 Maret 2017

Fakta atau Opini


Baca sebelumnya!

Saya ingin Anda membuat statement tentang teman di sebelah Anda! Ngobrol sebentar tentang apa saja! Berkenalan!

Sekarang saya ingin setiap orang menyebutkan satu fakta dan satu opini tentang teman Anda!

Dalam obrolan kita di sekolah, lebih banyak mana: fakta atau opini?
"OPINI!"
Kalau itu opini, maka setiap orang memiliki opini yang berbeda-beda. Bagi seseorang, si A itu supel; tetapi bagi yang lain, si A itu pendiam. Di sekolah ada orang yang kita suka, tetapi bisa jadi ada orang yang sama sekali tidak suka sama dia. Karena opini itu subjektif. Ada orang yang kita merasa tidak nyaman, tetapi orang lain merasa nyaman dengannya. Dalam lingkup pendidikan, hal itu wajar, karena isinya manusia-manusia. Akan tetapi, ....


Sekarang lihat! Seperti apakah saya? Ada gambar kopi, air, hujan, pohon, matahari, batu. Silakan Ibu Bapak memilih: Anda mengidentikkan diri Anda seperti apa? Tidak usah ditulis. Dipikir saja!
"Matahari!"
Terserah tidak usah ngomong dulu! Tidak usah disampaikan. Nah Ibu Bapak, perhatikan! Ini juga perlu dibiasakan di kelas. Bukan setiap anak harus selalu menyampaikan jawabannya. Di kelas, karena anak terbiasa dipersepsikan harus mengerjakan soal, harus menjawab pertanyaan, jadi semua hal harus disampaikan. Padahal, yang penting adalah mereka harus kita ajak untuk berpikir.

Mari silakan pilih salah satu yang menurut Ibu Bapak sifat benda ini mirip dengan Anda.

"Kopi, karena kadang saya membuat ketidaknyamanan pada anak. Tetapi saya yakin saya memberi manfaat pada anak-anak."
"Kopi juga. Karena kopi itu memiliki sifat strong. Karena kadang-kadang being strong is the only choice."
"Air. Karena hidup saya mengalir. Air itu sabar. Batu yang keras pun kalau kena air setiap hari akan berlubang."
"Pohon. Karena saya harus melindungi orang-orang di sekitar saya dan berusaha ingin menyejukkan mereka."
"Saya juga pohon. Karena kalau di kelas saya ingin membuat suasana nyaman. Karena meskipun mereka ada yang tidak paham, tetapi ada satu yang mereka yakini, bahwa mereka merasa nyaman dengan saya."
"Air. Karena fleksibel, bisa berubah sesuai tempatnya. Air juga pendiem kalau dalem."
"Air. Saya guru TK. Jadi sangat dibutuhkan untuk menjadi fleksibel."
"Air. Hidup saya mengalir dan sering harus fleksibel."
"Matahari. Anak-anak kadang mendapatkan informasi yang simpang-siur. Saya ingin menjadi sumber yang dipercaya."
"Hujan. Hujan itu berproses. Demikian pula segalanya perlu proses. Dan hujan selalu ditunggu di mana pun yang ada tumbuhan."
"Pohon. Saya ingin seperti pohon yang selalu bertumbuh."
"Air. Saya itu pendiam, kadang manutan, tetapi saya ingin tetap menjadi seperti air yang jernih."
"Kopi. Kalau belum minum kopi, nggliyeng. Karena setelah minum kopi saya semangat. Saya ingin kehadiran saya membuat anak-anak tetap semangat."

Di organisasi sekolah itu, opini itu lebih mewarnai. Tetapi kita lihat benda yang tadi kita pilih. Misalnya pohon. Pohon itu mengayomi kalau ia subur. Tetapi kalau tidak subur ya tidak bisa mengayomi. Air. Air itu mengalir jernih, tetapi kalau kebanyakan jadi banjir. Air juga mudah tercemar. Matahari, kalau panasnya pas tidak sakit, tetapi kalau tidak pas, bisa membuat sakit. Kopi, kalau pas nikmat, tetapi kalau tidak pas bisa membuat jantungan.

Artinya, apa maknanya. Jika kita berbicara mengenai opini di sebuah organisasi yang namanya komunitas sekolah, kita harus menyadari bahwa di balik kelebihan masing-masing orang yang ada, terdapat kekurangan-kekurangan untuk saling diterima dan saling diperbaiki. Jadi tidak ada yang kemudian ekstrem, "Ah, kalau dia sih tidak bisa disuruh apa-apa!" Nggak ada! Pasti dia bisa disuruh tetapi di bidang yang menjadi kelebihannya. Kita harus mencari kelebihan dia.

Oleh sebab itu, sebagai anggota komunitas, kita harus terus berpikir bagaimana menciptakan nuansa yang positif karena komunitas belajar itu hanya akan berkembang dan bertumbuh seperti pohon kalau positif atmosfernya, kalau nuansanya positif.
"Lah saya kan cuma satu orang?"
Minimal ada satu orang yang positif. Dan kemudian orang yang mengerti itulah yang menjadi penyemangat, yang fleksibel, menjadi seperti pohon rindang, dsb., karena dia mampu menyadari bahwa di balik kelebihan-kelebihan setiap orang itu ada kekurangan-kekurangan dan begitu pula sebaliknya. Contohnya di kelas, ada anak yang cepet sekali bekerjanya, tetapi kurang teliti. Sebaliknya, ada anak yang sangat teliti, tetapi kurang cepet kerjanya.

Nah, hal-hal semacam inilah yang kita sebagai seorang pendidik perlu terus-menerus menyadari. Tidak mungkin semua orang disuruh seperti kita. Tidak pernah ada. Di lingkup sekolah tidak ada. Di kelas pun juga tidak ada.

Ini bukan perkara, kalau mau pensiun, pensiun saja. Melainkan justru mau pensiun ini bagaimana bisa mempercepat perbaikan supaya bisa menjadi kebaikan bagi yang lain, untuk meningkatkan sesuatu yang bisa ditiru oleh orang lain, bisa dipelajari orang lain.

Baca selanjutnya!


Laporan acara:
  1. Lokakarya Penulisan Artikel Pendidikan dengan tema: Pendidik Masa Depan
  2. Tuliskan Satu Kata tentang Diri Anda!
  3. Pertanyaan Awal Fasilitator
  4. Mengajukan Pertanyaan yang Menghasilkan Pesan
  5. Fakta atau Opini
  6. Apa Keinginan dan Kebutuhan Peserta Didik Kita?
  7. Siapa yang bertanggung jawab untuk menumbuhkan lingkungan belajar?
  8. Sebagai Pendidik, saya ...
  9. Standar Kompetensi Guru
  10. Tantangan Abad 21 v.s. Kurikulum
  11. PISA dan Dilema Kebijakan Sekolah di Indonesia
  12. Mengubah mindset: refleksi terus-menerus sudahkah kita menjadi model pembelajaran?
  13. Ajari Anak Didik untuk Bertanya
  14. Galeri Foto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar