Photo by cottonbro from Pexels |
Pagi yang cerah,
Terduduk di sadel motorku,
Kucangklong tas punggung seraya
Menikmati udara pagi nan sejuk
Motorku terbang menembus jalanan
kota Palembang mulai hangat
Kutatap jalanan sembari berharap
Hari ini kudapat selesaikan tugas
Apa daya ...
Setengah jalan hari, tergagap aku
Sesaat hendak bayar parkir motorku
Dompetku raib tak pamit.
Pucat seketika menyapa hati
Serasa pagi tadi aku masih menyentuhnya.
Kumasukkan uang kelebihan belanja,
Aku tergagap di depan tukang parkir.
Seujung kata maaf tak sanggup membayar
Tukang parkir mafhum
Tetapi hatiku berontak
Ke manakah gerangan dompet di saku
Sebelum berangkat aku menyentuhnya
Aku terguguk bukan apa
Mengurus surat-surat hilang itulah
Yang enggan kuterjang
Ya Tuhan, apakah gerangan salahku?
Aku masih terduduk mengerang
Teringat suasana pagiku di rumah
Sebelum berangkat aku menyentuhnya.
Sekejap aku berlari ke pos polisi
Melapor apa kejadian hari
Sembari setengah hati aku mengiklas
Apa yang telah raib di depan mata.
Setengah empat sore aku terduduk
Setelah usai blokir ATM bank sana-sini
Aku merebah sembari pikiran berlari
Setengah hati lainnya mengejar mimpi
Andai dompet kembali
Tak susah hati daku kini.
Dering telepon genggam menggugah hati
Dengan enggan kujawab
"Selamat sore ..."
Di seberang, suara kecil pegawai
Pagi tadi harus kusambangi
Menyapa dengan suara minta maaf
Menemukan dompetku tercecer di parkiran
Tersentak aku
Palembang, 2 sept 2020, 19:36
Terduduk di sadel motorku,
Kucangklong tas punggung seraya
Menikmati udara pagi nan sejuk
Motorku terbang menembus jalanan
kota Palembang mulai hangat
Kutatap jalanan sembari berharap
Hari ini kudapat selesaikan tugas
Apa daya ...
Setengah jalan hari, tergagap aku
Sesaat hendak bayar parkir motorku
Dompetku raib tak pamit.
Pucat seketika menyapa hati
Serasa pagi tadi aku masih menyentuhnya.
Kumasukkan uang kelebihan belanja,
Aku tergagap di depan tukang parkir.
Seujung kata maaf tak sanggup membayar
Tukang parkir mafhum
Tetapi hatiku berontak
Ke manakah gerangan dompet di saku
Sebelum berangkat aku menyentuhnya
Aku terguguk bukan apa
Mengurus surat-surat hilang itulah
Yang enggan kuterjang
Ya Tuhan, apakah gerangan salahku?
Aku masih terduduk mengerang
Teringat suasana pagiku di rumah
Sebelum berangkat aku menyentuhnya.
Sekejap aku berlari ke pos polisi
Melapor apa kejadian hari
Sembari setengah hati aku mengiklas
Apa yang telah raib di depan mata.
Setengah empat sore aku terduduk
Setelah usai blokir ATM bank sana-sini
Aku merebah sembari pikiran berlari
Setengah hati lainnya mengejar mimpi
Andai dompet kembali
Tak susah hati daku kini.
Dering telepon genggam menggugah hati
Dengan enggan kujawab
"Selamat sore ..."
Di seberang, suara kecil pegawai
Pagi tadi harus kusambangi
Menyapa dengan suara minta maaf
Menemukan dompetku tercecer di parkiran
Tersentak aku
seolah Tuhan menyapa
Jangan khawatir ... masih ada orang jujur
Di muka bumi titipan Sang Ilahi.
Puji syukur aku mendoa
Terima kasih tak terbilang pada Sang Dewa
Yang terus mengawas tingkahku
Karna tak pernah sempurna.
Terima kasih Tuhan
Pelajaran kejujuran hari ini
Menyapaku yang sungguh tak mengerti
Seluruh perjalanan yang harus kulewati.
Terima kasih Tuhan.
Jangan khawatir ... masih ada orang jujur
Di muka bumi titipan Sang Ilahi.
Puji syukur aku mendoa
Terima kasih tak terbilang pada Sang Dewa
Yang terus mengawas tingkahku
Karna tak pernah sempurna.
Terima kasih Tuhan
Pelajaran kejujuran hari ini
Menyapaku yang sungguh tak mengerti
Seluruh perjalanan yang harus kulewati.
Terima kasih Tuhan.
Palembang, 2 sept 2020, 19:36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar