Selasa, 16 Juni 2020

menulis di tanah

Puisi Wakidi Kirjo Karsinadi

menulis di tanah, Puisi Wakidi Kirjo Karsinadi


pagi itu

seorang perempuan kedapatan
sedang berbuat zina
oleh lawan pezina
yang datang dengan motif busuk
menjebak dan mengorbankan sang perempuan
untuk menghilangkan sebuah ancaman

sesudah dinikmatinya perempuan itu
datanglah rombongan konspirator
menangkap basah keduanya

sang perempuan itu dilarak, diseret sepanjang jalan
dan lelaki lawan pezina ikut dalam rombongan
senang karena telah berhasil menjadi bagian dari sebuah rencana cerdik
dan tidak kehilangan bonus kenikmatan gratis pula

dan tibalah mereka di depan sesosok ancaman
yang ingin mereka binasakan

"ia kedapatan berzina
"ia harus dirajam
"bagaimana menurutmu?"
pertanyaan jebakan dilancarkan kepadanya

ia tidak segera menjawab
ia menunduk
ia diam

"apa katamu"
mereka mendesak

"yang merasa tidak bercela
silakan melemparkan batu pertama!"
ia menjawab
tanpa mengangkat kepala
tetap tertunduk
dengan jarinya
ia menulis di tanah

ia manusia langit
yang telah turun menjadi manusia tanah
ia ikut merasakan kegelisahan manusia tanah
perempuan yang sekarang menunggu bagaimana sebentar lagi ia akan kembali menjadi tanah
dirajam oleh para manusia atas angin yang ingin
menggantikan peran pemberi dan pencabut hidup

debu yang tersisih oleh jarinya beterbangan
butir demi butir mengenai hidung gerombolan itu
debu itu telah menjatuhkan mereka dari lesatan angin yang selama ini telah membekap mereka
mereka terjatuh kembali ke tanah
sadar dirinya juga terbuat dari tanah
yang lemah dan tidak bebas salah

satu demi satu, dimulai dari yang paling tua, rombongan itu
pergi meninggalkan perempuan dan lelaki yang menulis di tanah
meninggalkan keduanya di sana, saling berhadapan

sang perempuan tampak semakin gemetar
ia sedang berhadapan dengan sesosok, satu-satunya sosok ...
perginya gerombolan itu satu per satu menyadarkannya bahwa sosok di hadapannya itu adalah satu-satunya
yang memiliki kuasa untuk melemparkan batu pertama

ia gemetar, seluruh dayanya meluruh, menunggu ajal

lelaki itu bangkit
namun, bukannya untuk mengambil batu
melainkan mengulurkan tangannya
mengangkat perempuan itu

'hai manusia tanah
aku tidak akan melemparkan batu kepadamu
sebentar lagi aku akan bersatu dengan tanah
supaya engkau bisa dibebaskan dari hukum tanah"

kaget
tidak percaya
terpana

debu tanah yang menempel di jari itu menyentuh tangannya
tetapi kali ini debu itu ikut meluruhkan seluruh debu yang menempel di tubuhnya
di hatinya
di jiwanya
meninggalkannya menjadi manusia bersih

"jangan berbuat dosa lagi"

perempuan itu menangis bahagia
dalam hatinya ia tahu, mulai hari ini ia tidak perlu berbuat dosa lagi
ia sudah menjadi manusia baru
seluruh sisa hidupnya
telah dibawa ke level yang baru
hidup dalam karunia

karena lelaki itu sebentar lagi menggantikannya
menanggung semua beban dosanya

24 Maret 2018


dari buku berjudul Pulang ke Rahim Ibu: Kumpulan Puisi KGM #28 halaman 62-65

Pembacaan puisi ini bisa dinikmati di video berikut:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar