tetes demi tetesan air mengalir
tiupan angin menerpa
tanah bergonjang-ganjing
bunga api pun mekar tanpa tanda
tetes demi tetes memporakporandakan
hembusan angin mencekam
gonjang-ganjing tanah menggetarkan jiwa
bunga api menyiksa
menusuk kalbu
nestapa mayapada kian tenggelam
suara Ilahi sayup-sayup kecil membisikkan
jiwa yang fana tiada lagi berpayung
mencari kebebasan dari kepungan
wahai! insan-insan berjiwa
yang berakal
coba berlomba mengejar bekal
adalah titipan sementara persinggahan ini
akan ke manakah engkau berpayung?
di pangkuan-Nya tempat kembali
di singgasana-Nya kita berpayung
Kubang, Oktober 2018
diambil dari buku Menjemput Senja di Palu Donggala: Kumpulan Puisi November 2018 halaman 22
Pembacaan puisi ini bisa dinikmati di video berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar