Kamis, 12 Maret 2020

Ria Santati



Cinta adalah sebuah energi. Energi yang membuat hari-hariku terasa indah, hangat terbakar gairah, bersemangat hingga matahari tak lagi merah. Namun cinta juga yang mampu menyedot seluruh akal sehatku, meluluhlantakkan egoku, membuatku bisa mendefinisikan apa rasa kehilangan, miris, labil, masgul, terombang-ambing tak menentu.
22 puisi ini terlahir saat cinta membuatku terasa tak ada, nihil, kosong, dan hampa sekaligus berani lagi menggantungkan harapan lebih kecil dari butir pasir yang ada. Tak berlebihan bila kukatakan ini adalah satu episode perjalanan spiritualku. Kalau dapat kugambarkan, aku serupa dermaga kayu kecil yang disinggahi perahu-perahu yang bertambat. Mereka mengajakku berbincang, bersenda gurau, dan bercerita tentang pulau-pulau yang mereka singgahi lalu ditinggalkannya aku saat pagi datang.
Dermagaku tak pernah cukup sempurna bagi mereka. Namun lautan raya masih membuatku pantas tetap ada.
Maka, aku akan tetap teguh berdiri menyambut setiap perahu yang akan singgah dengan seribu satu kisah hidup mereka. Mencintai cinta. Itulah oborku.

Karya Bersama Komunitas Guru Menulis

Mendamba Cinta: Kumpulan Puisi #29
  • mencari tuhan
  • hening
  • mencinta
  • pulang
  • menanti
  • jatuh cinta
  • namamu
  • harapan
  • u s a i 
  • kalah perang
  • cinta dewa
  • i k h l a s
  • kepada pengelana
  • sebelum berakhir
  • tanpa tepi
  • simpang jalan
  • doa (1)
  • di musim hujan
  • aku mencintai hari minggu
  • doa (2)
  • Bodoh
  • somewhere out there 



Kapur Papan Kisah Guru-Guru Pembelajar 1
Piala Pertama




Kapur & Papan Kisah Menjadi Guru 1
Impian Stella



Kapur Papan Kisah Inspiratif Guru 2
Dalam Sebuah Gerbong




8 Piring Menari di Mata Sari
Pulang



Ketika Pohon Pinus Menggugurkan Daunnya
Seribu Bangau




Batu Cinta, Kumpulan Cerpen Anak Komunitas Guru Menulis #2
Kado Ulang Tahun untuk Tia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar