Kisahnya menarik dan pesan yang disampaikan sangat menarik.
Informasi lengkap mengenai proyek Kisah 3 Alinea ANAK bisa dilihat di sini.
Juara di Hatiku
oleh Alawiyah
Bismillahirrohmaanirrohiim, kuucap dalam hati saat kulihat Reva, gadis kecilku yang cantik menggoreskan krayonnya di atas kertas putih berukuran A3. Kupandangi dari jauh, dia ada di antara ratusan peserta lomba menggambar yang diselenggarakan di Wonderland waterpark. Dia sudah bukan kelas empat lagi tapi kelas lima. Tapi entahlah, masih seperti dulu kah dia? Cengeng dan mudah menyerah. Menangis ketika tak berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan. Bahkan ketika dia kalah dalam sebuah permainan dengan saudara atau teman-temannya, dia akan menangis dan tidak akan melanjutkan permainan itu lagi. Aku tidak tahu apa di usianya yang sekarang dia akan lebih kuat dalam menerima kenyataan? Ikhlas dan lapang dada dalam menerima kekalahan? Meski jauh di dasar hatiku, aku pun tak ingin dia kalah. Aku ingin dia juara. Karena di hatiku, sejak dia terlahir dengan selamat itu artinya dia juara! "Waktunya sudah habis." terdengar suara panitia dari sound system. "Sekarang saatnya istirahat dan silakan menikmati fasilitas dan wahana yang ada." Artinya peserta lomba bebas bermain sepuasnya di waterpark itu. Kulihat Reva mengumpulkan hasil kerjanya. Setelah itu dia berlari ke arahku yang sedang duduk di tepi kolam. Aku tersenyum menyambutnya. "Selesai kan gambarnya?" "Ya," angguknya puas. "Kira-kira dapat juara nggak, yah?" tanyaku. Dia mengangkat bahunya. "Nggak nangis kan kalau nggak dapat juara?" "Tapi Reva ingin ke Jepang." Hadiah pemenang ke satu dalam lomba menggambar kali ini memang berangkat ke Jepang. Aku meraih lengannya. "Shalat dulu, yuk! Berdoa biar menang." Dia mengangguk. Tapi dalam salatku aku tidak meminta dia menang. Aku berdoa dia tidak sombong jika menang dan kuat jika harus kalah karena bagiku juara yang sebenarnya adalah ketika kita kuat dan ikhlas menerima kekalahan.
Kami melompat ke kolam renang dengan gembira. Kemudian Reva bermain seluncuran. Hampir copot rasanya jantungku mendengar teriakannya yang keras ketika tubuhnya meluncur lalu terlempar ke air. Dan aku bernafas lega ketika dia sudah berada di hadapanku lagi dengan tawa lepasnya yang ceria. "Kita ke sana, Bunda!" Reva menunjuk wahana splash fun, yaitu ember raksasa yang akan tumpah jika sudah penuh terisi air. Kami berlari ke sana karena sepertinya ember sudah hampir penuh. Dan ... “Byur ...!” Benar saja, isi ember mengguyur semua yang ada di bawahnya termasuk aku dan Reva. Dan semua berteriak gembira. Tidak lupa juga kami selfie atau bergantian mengambil foto. Sayang, Ayah, Khayra, dan Dilan tidak bisa ikut karena ini bukan hari libur.
Setelah menikmati kolam arus dan wahana lainnya, suara panitia terdengar lagi. Memberi tahu kalau peserta harus berkumpul dan pengumuman pun dimulai. Kami semua tegang. Semua peserta berharap namanya disebut. Siapa yang tidak ingin menang? Hadiah utamanya tidak tanggung-tanggung, tiket wisata ke Jepang! "Juara harapan tiga!" Dimulai dari harapan tiga, harapan dua, harapan satu, juara tiga, juara dua, dan juara satu. Dan sampai panitia selesai memanggil para juara, nama Reva tidak terpanggil. Kupandang wajah cantik gadis kecilku, dan dia membalas pandanganku dengan tersenyum. "Nggak kecewa kan, Sayang?" tanyaku lembut. "Nggak." Aku memeluk tubuh mungilnya. "Reva menang, Sayang." "Reva?" tanyanya bingung. Dia menggeleng. "Nggak, Bunda." "Reva nggak menang dalam menggambar tapi Reva menang karena Reva bisa mengalahkan rasa kecewa Reva. Dan di hati Bunda Reva adalah juara." Entahlah, dia paham atau tidak dengan ucapanku, tapi suatu saat dia pasti mengerti, bahwa kemenangan adalah ketika kita bisa melawan hawa nafsu dan ambisi kita. "Tapi kita nggak jadi ke Jepang, dong, Bunda." "Jangan menyerah! Teruslah berusaha untuk mewujudkan mimpimu!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar