Selasa, 31 Maret 2015

Membidik Kata di Sudut Rafflesia: Catatan Lokakarya Menulis Pengalaman Guru Langsung Jadi Buku Ber-ISBN

oleh Ibu Udayati

Ada jabat erat dari satu tangan ke tangan lainnya. Ada satu sapa ke sapa yang lain, kenalkan saya dari Denpasar...dan sapaku berbalas dengan senyum hangat kalian...ada bu Ria Santati, ada bu Fiqih Nindya Palupi, ada bu Fikriana Nafi'a Elsimbany, ada bu Frida Fatmawati dan bu Eka Nur Apiyah, dan kita berenam telah antusias untuk berkegiatan, foto bersama , tanda tangan bersama, bahkan sebelum pintu ruang pertemuan terbuka. Ehmm..

Lalu riuh pun mulai menyelimuti seantero ruangan, karena kedatangan peserta yang kian mengalir. Senyum, tegur dan sapa, bahkan pekik kecil lantaran perjumpaan seseorang dengan seseorang yang selama ini dikenal melalui tulisan,sungguh mengalirkan aura tersendiri.

Menjadi bagian dari perjumpaan sebentar saja di Sabtu pagi itu, telah mematrikan semangat menulis. Menjaga nyala api pengabdian terhadap profesi sebagai guru, bukanlah basa-basi. Ada banyak cara yang dapat ditempuh untuk lebih meneguhkan niat baik untuk tetap menjadi guru, yang sesungguhnya tidak pernah kehabisan pengalaman mendidik. Jika pengalaman-pengalaman itu layak dan pantas untuk dibagikan kepada sesama guru, kepada setiap orang yang menamakan dirinya mencintai dunia pendidikan, mengapa tidak lewat tulisan? Melaluinya tercipta kecintaan lebih mendalam terhadap anak didik. Pengalaman manis atau pahit sekalipun...

Maka adalah sebuah euforia ketika kita larut dalam sharing best practice.Sungguh menuntun kita menuju oase, mata air proses menulis yang tidak pernah mengering, atas pikiran, perasaan dan kecintaan terhadap anak didik, sumber inspirasi menulis. Inspirasi yang berbalut komitmen, integritas dan rela menderita.

Untuk segaris inspirasi menulis itu, tidak ada kata sulit mencari ide, karena sesungguhnya setiap hal yang kita rasakan, kita lihat, dan kita dengarkan adalah ide yang kita rekam dengan kamera batin kita. Mencerapnya dan melawati setiap hati lewat permenungan mendalam atas segala kearifan hidup.

Membidik kata menjadi paragraf cantik sesungguhnya sederhana saja, asalkan ada niatan untuk berbagi pengalaman , berfikir logis serta fokus pada satu persoalan, sehingga ulasan menjadi lebih tajam dan menukik.

Membidik kata menjadi paragraf cantik sesungguhnya membongkar tabungan atas bacaan-bacaan yang menjadi makanan rohani.

Akhirnya, teruslah membaca pengalaman dan menuliskan pengalaman mendidik. Teruslah membaca kebaikan dan menuliskan kebaikan, karena sejatinya tulisan menembus ruang dan waktu.
( pupus Maret 2015, sejumput kisah manis at Jogja )


Sabtu, 28 Maret 2015

LOKAKARYA SEHARI untuk GURU: Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN: Sesi Workshop

baca sebelumnya

Galeri foto kegiatan LOKAKARYA SEHARI untuk GURU:
Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN bisa dilihat di sini

SESI PENGANTAR WORKSHOP

disampaikan oleh Bapak St Kartono: Tips Menuliskan Pengalaman menjadi Bacaan yang Ringan dan Mengena

Sharing Pengalaman Pak Kartono
Menyalakan Sumbu Kompor
  • Pak Kartono mengawali sesi ini dengan mengemukakan, “Membaca pengalaman menuliskan kesan” dan “Have paper will travel.” 
  • Pak Kartono yang memulai karir menulisnya dari menjadi kuli tinta di media massa, menunjukkan buku-buku hasil tulisannya selama ini. 
  • Lalu beliau melontarkan pertanyaan kritis, “ Sudah gembira dan berkembangkah Anda semua menjadi guru? Kalau hanya gembira saja dan tidak berkembang berarti masih ada yang perlu dievaluasi dari peran Anda. Kalau hanya berkembang saja tapi tidak gembira, betapa sengsaranya hidup Anda.” 
  • Berpatokan pada The Seven Habits yang dikemukakan oleh Stephen R. Covey, maka dapat dikatakan bahwa untuk piawai menulis kita seharusnya menerapkan kebiasaan untuk selalu MAU, TAHU, dan TERAMPIL. Menjadikan menulis sebagai kebiasaan. Dengan kata lain kita berkarya dari sisi kognitif, afektif dan psikomotor. Otak, hati, tangan. Semua seharusnya senantiasa dilatih. Tak hanya brain memory yang perlu setiap saat dilatih, namun muscle memory juga. 
  • Dalam tulisan tempatkanlah diri Anda sebagai guru, pendidik, bukan pengamat pendidikan. Ungkapkanlah nilai yang kita hidupi sebagai guru.
  • Pak Kartono memberikan contoh nilai yang beliau hidupi sebagai guru, “MENJADI GURU UNTUK MURIDKU. Bukan jadi guru untuk pemerintah. Bukan jadi guru untuk teman guru. Bukan jadi guru untuk siapapun juga, tapi menjadi guru untuk murid.” 

Api Mulai Menjalar ke Samping

Tips menuliskan pengalaman menjadi bacaan yang ringan dan mengena:
  • Berikan opini singkat
  • Berikan pengamatan dan pemaknaan suatu persoalan
  • Cerminkan pendapat pribadi
  • Tulisan tersebut seharusnya padat makna
  • Berikan opini referensial 
  • Berpikir analogis setelah membaca dan menemukan sebuah situasi adalah salah satu upaya menumbuhkan berpikir kritis. Contohnya ketika kita sedang nonton TV lalu menemukan suatu peristiwa yang menarik, peristiwa tersebut dapat kita analogikan kemudian kita refleksikan lalu lahir menjadi sebuah tulisan yang penuh makna dan nilai kehidupan. 
  • Untuk membuat tulisan itu jadi mengena, fokuslah pada satu persoalan sampai mendalam.
  • Guru dapat memanfaatkan pengalaman kecil berkait dengan aktivitas mendidik sehari2 dan mengembangkannya menjadi pembahasan yang ringan tetapi memberi makna penting bagi siapapun yang membacanya. Selalu beri sentuhan pada sisi humanitas, di samping aspek-aspek lain seperti aspek kultural, politik, maupun spiritualitas. 

SESI TANYA JAWAB

Pertanyaan 1 (Wiwien Prasetyati): Saya ingin masukkan semua ke dalam tulisan. Ketakutan kalo saya mau fokus, takut ga bisa mengembangkan. Bagaimana ya caranya?
Sumbu-Sumbu Telah Menyala Semua

Jawab
  • Tulisan dimulai dari suatu masalah (peristiwa, dll.). satu masalah tersebutlah yang kita evaluasi. Nah di bagian evaluasi inilah kepiawaian menulis itu perlu diasah. Kita bisa beri pembanding situasi, referensi, pembahasan, dengan kata lain kita membedahnya, menganalisisnya. Nah, oleh karena itu kita harus memiliki pisau analisis yang tajam untuk bisa membedah dengan baik. Kuncinya kita harus banyak membaca jika mau mengasah pisau analisis kita jadi makin tajam. 
  • Kalau buat tulisan tidak perlu terlalu panjang dan bertele-tele, langsung tendang ke masalahnya sehingga ide dan pikiran penulis dengan cepat dan mudah bisa tersampaikan kepada pembaca. 

Pertanyaan 2: Apakah menarik menulis tentang olah raga?

Jawab:
  • Ada seorang petenis dari Spanyol yang selalu membanting raketnya jika ia kalah dalam pertandingan. Karena kebiasaannya yang buruk itu, pamannya mengingatkan bahwa raket itu adalah jiwanya sebagai petenis. 
  • Penggalan kisah singkat tentang seorang olahragawan itu bisa jadi bahan tulisan buat kita. Peristiwa yang muncul dari bidang apapun, termasuk olah raga selalu bisa jadi tulisan reflekstif yang menyentuh sisi humanitas. Dan tulisan apapun yang mengupas nilai-nilai kehidupan pasti akan menjadi tulisan yang menarik. Begitu pula dengan olah raga. Jadi ya, peristiwa-peristiwa di dunia olah raga bisa diolah jadi tulisan yang menarik. 

Pertanyaan 3 (ibu Gita): Bagaimana cara menyunting tulisan? Setelah ditulis? Dibaca ulang? Triknya apa?

Jawab:
  • Beri perhatian pada tema (Jawab pertanyaan ini: “Kamu mau nulis apa?) 
  • Buat Pokok-pokok pikiran/kerangka karangan
  • Pakai mind map (peta pikiran) 
  • Singkirkan hal yang tidak ingin Anda tulis
  • Bebas disiplin 

Pertanyaan 3 (Bu Kris): Gimana mengatasi rasa minder kalau mau kirim tulisan ke media massa?
Menjaga Nyala Api

Jawab:
  • Banyak guru terlalu kritis pada dirinya sendiri
  • Satu-satunya tips adalah : PD aja! Tulis, kirim aja! Baca koran yang pengen dikirimi tulisan, kenali gaya tulisannya. Kalau ditolak jangan putus asa, nulis terus.
  • Tulisan ke-8 Pak Kartono baru dimuat 
  • Tulisan yang tidak dimuat jangan dibuang, simpan
  • Ada faktor soal selera redaktur juga 

Pertanyaan 4 (Ibu Udayati): Saya sudah sering menulis untuk Bali Pos, namun suatu saat saya pernah mengalami kemandegan yang mengakibatkan saya marah pada diri sendiri. Adakah tips untuk mengatasi kemandegan seperti itu?

Jawab:
  • Segarkan kembali pikiran dengan menghadiri forum-forum. Dan tetap jadikan menulis sebagai kebiasaan.

baca selanjutnya...

Galeri foto kegiatan LOKAKARYA SEHARI untuk GURU:
Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN bisa dilihat di sini

LOKAKARYA SEHARI untuk GURU: Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN: Penggalian Ide, Judul Tulisan, dan Alur Cerita

baca sebelumnya

Galeri foto kegiatan LOKAKARYA SEHARI untuk GURU:
Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN bisa dilihat di sini

TENTANG PENGGALIAN IDE

Eka Nur Apiyah, Ibu Udayati, Ria Santati
Ibu Yeti Islamawati mengungkapkan bahwa sms dari salah seorang siswanya menjadi ide kunci dari tulisannya yang bertajuk “Muridku, Sahabatku”

Ibu Eka Nur Apiyah mengungkapkan bahwa ide dapat diperoleh dari mana saja. Ide bisa muncul dari hal yang sederhana. Khusus untuk tulisannya Ibu Eka Nur Apiyah memang terinspirasi dari keadaan anak didiknya yang hingga kelas 4 SD tampak belum bisa membaca, yang setelah diselidiki ternyata anak tersebut menderita rabun jauh.

Berbeda dengan 2 pembicara sebelumnya, Pak Sobat mengaku bahwa beliau mendapatkan ide dari suatu kejadiaan. Suatu peristiwa yang cukup mengejutkan dan mengguncang dirinya sebagai seorang guru.

Lebih lanjut lagi, Ibu Udayati mengatakan bahwa ide tulisannya adalah dari pengamatan terhadap dua orang siswanya yang jauh berbeda, satu dengan cacat fisik dan satu lagi tidak. Dan keduanya memiliki perilaku yang berbeda. Kemudian ide tersebut menjadi refleksi dan lahirlah tulisannya “Detik-detik Terakhir.”

Ibu Fiqih Nindya mengungkapkan bahwa tulisannya yang berjudul “Anak Emas” adalah bentuk pengalaman serta pengakuan jujurnya tentang bagaimana sikap guru terhadap murid-muridya. Jadi ide didapat dari proses refleksi yang terjadi dalam dirinya.

Lalu, Ibu Ria Santati menjelaskan dengan lugas bahwa ide tulisannya yang berjudul “Piala Pertama” adalah inspirasi tokoh, muridnya.

Sedangkan Bapak Sanie mengungkapkan bahwa ide tulisannya “Madrasahku Aku Kembali” diambil dari pengalaman dan pergulatan batinnya.

Ibu Udayati, Ria Santati, Fx Suparta, Chairil Anwar
Berbeda lagi, Bapak Chairil Anwar menceritakan bahwa ide tulisannya muncul dari seorang gadis kecil di sekolahnya, yang setiap saat ketika ditemui selalu sedang membaca buku.


PROSES PENEMUAN JUDUL TULISAN

Bapak Chairil Anwar yang memiliki tulisan berjudul “Gadis Cilik Berkalung Buku” mengungkapkan bahwa dari judulnya beliau berharap bahwa ketika pembaca membaca judul tulisannya, pembaca pertama kali merasa tertarik, lalu timbul rasa penasaran. Ada pula maksud beliau bahwa judul tulisannya mengusik benak pembaca bahwa buku bisa mempengaruhi kepribadian anak.

Bapak Sobat penulis kisah “Boneka Kayu dari Balik Jendela” mengaku bahwa beliau menetapkan judul tulisan setelah tulisan rampung ditulis. Judul tulisan tersebut dipilih untuk memberikan deskripsi singkat mengenai tokoh utamanya yang menurut pengakuan beliau badannya kurus, seperti boneka kayu, sehingga pembaca bisa punya gambaran singkat tentang isi ceritanya dan tentu saja untuk mengusik rasa ingin tahu pembaca.

Ria Santati, Fx Suparta, Chairil Anwar, Sanie Ramadhan
Akhirnya, Ibu Noorvytawati mengakhiri sesi sharing proses penemuan judul tulisan ini dengan mengungkapkan bahwa judul tulisannya diambil untuk menarik minat pembaca dan untuk menggambarkan keseluruhan isi cerita, tentang perjodohan salah satu muridnya.


PROSES PENGGARAPAN ALUR CERITA

Ibu Udayati menjelaskan dalam proses menulis beliau membiarkan semuanya mengalir dahulu. Tulis saja, tidak perlu dihapus dulu. Nanti ketika tulisan sudah mulai berbentuk, baru kita bisa periksa kembali lalu sunting di sana sini.

Ibu Eka Nur Apiyah secara sederhana juga mengungkapkan bahwa ia tulisannya adalah rekaman dari kejadian yang sesungguhnya. Jadi alur ceritanya pun sesuai dengan alur cerita pada kejadian yang sesungguhnya.
Sanie Ramadhan, Dwitya Sobat, Noorvytawati

Berbeda dengan dua pemateri sebelumnya, Ibu Yeti Islamawati mengungkapkan bahwa karena ide bisa datang sewaktu-waktu, maka segera ketika ide itu muncul beliau segera menuliskannya. Tanpa membuat rancangan plot sebelumnya, serupa dengan ibu Udayati.

Soal sudut pandang cerita, Pak Fx Suparta memilih menggunakan sudut pandang orang ketika, padahal beliau bercerita tentang dirinya sendiri. Penggunaan sudut pandang orang ketiga ini memiliki keuntungan untuk menggambarkan diri penulis karena akan menghindarkan penulis dari kesan sombong dan membanggakan diri.

Selanjutnya para pemateri berbagi pemikiran tentang bagaimana memulai, memunculkan konflik, dan mengakhiri kisah-kisah mereka. Ada yang berpendapat bahwa cerita boleh diawali dengan barisan puisi, agar tak membosankan. Ada juga yang suka memulai kisah langsung pada pemunculan konflik agar tak bertele-tele dan menyebabkan pembaca bosan. Pemateri lain mengungkapkan beliau suka memulai kisahnya dengan narasi yang membawa gambaran suasana agar emosi pembaca terbawa masuk ke dalam kisahnya.
Sanie Ramadhat, Dwitya Sobat

Kemudian pada bagian pemunculan konflik, ada berbagai macam pendapat. Ada yang mengatakan konflik muncul dari kondisi riil pendidikan di Indonesia. Ada pula yang mengatakan bahwa konflik bisa muncul beberapa kali dalam sebuah kisah.

Akhirnya, para pemateri berbagi pendapat mengenai bagaimana cara mereka mengakhiri kisah. Sebagian besar mengungkapkan bahwa selalu ada pesan yang disampaikan di akhir tulisan, entah tersirat ataupun tersurat.


SESI TANYA JAWAB

Pertanyaan 1 (Bapak Rudi):
Tulisan yang dihasilkan adalah hasil dari pengalaman para guru. Lalu seberapa jauh sebuah ide yang muncul dari pengalaman tersebut dieksplorasi oleh penulis? Seberapa jauh penulis berefleksi dan menemukan makna di balik makna cerita?

Pak Sobat menanggapi: Ide selalu muncul dari momen yang muncul pada saat mengajar. Lalu ide yang muncul itu diolah sedemikian rupa menjadi tulisan yang sedap dibaca. (Pak Sobat belum mengungkapkan seberapa dalam beliau berefleksi)

Ibu Udayati juga menanggapi: Menulis adalah melukis kata hati, pikiran, dan perasaan.

Pertanyaan 2:
Bagaimana kriteria tulisan best practice yang layak terbit?

Noorvytawati, Fiqih Nindya Palupi, Yeti Islamawati
Jawab:
Best practice yang dimaksud oleh panitia adalah best practice yang lebih banyak bercerita soal pengalaman, gaya tidak harus formal, boleh naratif.

Pertanyaan 3:
Saya punya banyak ide, tapi sering lupa kalau tidak segera ditulis. Bagaimana tipsnya?

Jawab:
Bu Yeti Islamawati mengungkapkan bahwa jika ada ide muncul memang harus segera ditulis.

Bapak Chairil Anwar memberi tips untuk menggunakan aplikasi perekam yang ada di HP untuk merekam ide yang muncul di saat kita ada pada situasi yang tak memungkinkan untuk segera menuliskannya.

Galeri foto kegiatan LOKAKARYA SEHARI untuk GURU:
Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN bisa dilihat di sini


baca selanjutnya ...

LOKAKARYA SEHARI untuk GURU: Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN: Pembukaan

baca sebelumnya..

Galeri foto kegiatan LOKAKARYA SEHARI untuk GURU:
Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN bisa dilihat di sini


SESI PERKENALAN dan PEMBUKAAN


Lokakarya diawali dengan saling sapa antar peserta. Sebagian peserta sudah saling mengenal, karena sudah serig bertegur sapa lewat jejaring sosial Facebook, lebih di forum Grup Guru Menulis. Sebagian lagi belum saling mengenal, karena belum menjadi anggota komunitas tersebut. Maka untuk mencairkan suasana moderator sekaligus MC (Bapak Wakidi Kirjo Karsinadi dan Ibu Yulia Loekito) mengajak peserta untuk bermain “BERHITUNG.” Selain untuk saling mencairkan suasana, permainan ini juga bertujuan agar antar peserta berkesempatan saling mengenal. Permainan berlangsung seru. Semua peserta terlibat aktif. Suasana pun jadi cair

Selanjutnya acara dilanjutkan dengan pemanasan menulis. Pak Wakidi menampilkan sebuah gambar di layar. Gambar kapur yang patah. Peserta diminta untuk menulis apa saja yang terbersit di pikiran mereka tentang gambar tersebut. Satu paragraf. Kemudian, ada 3 peserta yang berkenan membacakan tulisannya tentang gambar tersebut. Menarik, dari ketiga peserta yang membacakan narasinya tentang kapur patah tersebut, tak ada satupun narasi yang bernada sama. Satu peserta berbicara mengenai kapur sebagai kehidupan, jiwa panggilan sebagai guru. Peserta lain menceritakan pengalamannya mengajar dengan kapur tersebut.

Untuk memperkenalkan peserta pada kisah-kisah guru yang sudah terbit maka setelah sesi pemanasan menulis, dibacakan salah satu kisah dari buku Kapur Papan: Kisah Guru-guru Pembelajar 4 yang berjudul Ibuku juga Ibu Anakku, karya Elvira Rosa, S.Pd. Kisah dibacakan dengan apik oleh Bapak Chairil Anwar.



SESI SHARING PROSES KREATIF

Sesi ini adalah sesi berbagi proses kreatif oleh sepuluh penulis buku Kapur Papan: Kisah Guru-guru Pembelajar 1-4, hasil kontes menulis guru bertema GURU YANG SELALU BELAJAR, yang diselenggarakan oleh Komunitas Guru Menulis dan didukung oleh Penerbit Lingkarantarnusa.

Pemateri adalah sepuluh penulis yang dipilih oleh panita. Kesepuluh pemateri tersebut adalah

1. Ibu Eka Nur Apiyah dari Brebes
2. Ibu Udayati dari Denpasar
3. Ibu Ria Santati dari Solo
4. Bapak Fx Suparta
5. Bapak Chairil Anwar dari Yogyakarta
6. Bapak Asrul Sanie dari Temanggung
7. Bapak Dwitya Sobat Adidarma dari Yogyakarta
8. Ibu Noorvytawati dari Boyolali
9. Ibu Fiqih Nindya Palupi
10. Ibu Yeti Islamawati

Modal Nekat 2: Catatan Lokakarya Menulis Pengalaman Guru Langsung Jadi Buku Ber-ISBN

Modal Nekat 2
(Jauh dari sempurna)

oleh Kang Gitoo

Walaupun hanya bermodal nekat ku hadiri lokakarya di jogja. Dengan mengojek dari rumah ke lokasi. Semula memang tdak tahu dimana lokasi berada. Sempat keblasuk dan bertanya2 pada pk polosi dan beberapa pedagang. Aku dan tukang ojekku selalu optimis. Akhirnya ku temukan tempat tersebut. Sesampai di lokasi disambut oleh pk Steve Wakidi dan buYulia Loekito serta staf penerbit dengan ramah. Ku rasakan kehangatan yang tak terkira. Bertemu dengan guru-guru kreatif sungguh menyenangkan. Tak sia-sia ku nekat kali ini. 

Ku kira akulah yang terjauh, ternyata masih ada yang lebih jauh lagi. Dari Bali, Demak, Semarang, Ponorogo dan daerah lain yang tidak bisa ku ingat satu persatu. Banyak inspirasi baru sebagai pembelajaran bagiku. Sebagai guru banyak pengalaman yang bisa dirasakan. Salah satunya melalui dunia tulis. Bukan hanya berangan tapi harus beraksi. Tidak hanya mengharap tapi harus bisa memberi. Terutama berbagi ilmu.

Salah satu pemateri itu berkata "nulis pakai hati, edit pakai otak". Sungguh luar biasa. Ketika berkumpul orang2 hebat. Saya banyak belajar. Ternyata diriku jauh dari sempurna. Dari ketidak sempurnaan fisik hingga kesempurnaan ilmu pengetahuan. Namun aku bersyukur, walau hanya modal nekat. Semua berjalan dengan lancar. Tak sia-sia ku bertemu beliau-beliau ini. Guru-guru is the best. Guru yang tak pernah mati. Atau tak pernah lelah. Selalu berkreasi dan berinovasi. Selalu menimbulkan pengalaman berharga.

Jogja memang istimewa. Orangnya ramah-ramah. Juga cerdas-cerdas. Pantas jika disebut kota pelajar. Hari ini ku banyak belajar. Anak kampung yang kampungan ini mendapatkan arti kehidupan baru lagi. Anak kampung yang udik ini. Bisa blajar untyk lebih baik.

Aku jauh dari sempurna. Yang lemah dari segala hal, sekarang bisa belajar.

Terimakasih Antarnusa (maksudnya Lingkarantarnusa, red). Atas kesempatan dan undangannya. Semoga bisa maju dan bisa sebagai fasilitas bagi kita semua untuk selalu berkreasi.

Chairil Anwar - Pembacaan Kisah

Chairil Anwar - Pembacaan Kisah

Teman Kelompok

Ibu Yulia dan Pemateri Proses Kreatif

Teman Kelompok

Pemateri

Pemateri

Suasana Lokakarya dan Pesertanya

Suasana Lokakarya dan Pesertanya

Kompor gas, St Kartono


Sabtu, 21 Maret 2015

Himne Komunitas Guru Menulis

Syair dan Lagu oleh Wakidi Kirjo Karsinadi

Dengan pena di tangan
Goreskan keindahan
Tajamkan pisau kalbu
Sucikan niatan bakti

Nyalakan api pengabdian
Penuhi panggilan pertiwi
Di tanganku masa depan negeri
Lahirkan generasi berbudi

Tuk menyemai harapan
merawat kehidupan
Takdirku melahirkan
generasi bahagia

Sirami jiwa yang dahaga
Sembuhkan hati yang tlah terluka
Ubahkan tangis jadi senyuman
Bangkitkan smangat yang telah padam

Nusantara jaya

Syair dan melodi bisa dilihat di sini:


Ini usaha pertama membuat rekaman, langsung ambil gitar, coba-coba mencari nada-nada sambil mengarang-ngarang lirik, dan hasilnya seperti ini:


Yang ini usaha kedua setelah melodinya agak stabil.

Jumat, 20 Maret 2015

LOKAKARYA SEHARI untuk GURU: Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN

LOKAKARYA SEHARI untuk GURU:
Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN

Baca laporan lokakarya di sini!

Galeri foto kegiatan LOKAKARYA SEHARI untuk GURU:
Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN bisa dilihat di sini

Sabtu, 28 Maret 2015, pukul 10.00 - 16.00
Socius Resto & Cafe
Ruko Rafflesia II Blok O Babarsari Depok
Sleman Yogyakarta

Acara:
1. “Proses Kreatif Menuliskan Pengalaman Menjadi Guru Pembelajar” oleh 10 guru penulis buku Kapur & Papan Kisah Guru-Guru Pembelajar:
(1) Ria Santati
(2) Ibu Udayati
(3) Eka Nur Apiyah
(4) Yeti Islamawati
(5) Fiqih Nindya Palupi
(6) Noorvyta Wati
(7) Fxsuparta
(8) Sanie Ramadhan
(9) Chairil Anwar Zm
(10) Dwitya Sobat Ady Dharma

2. “Tips Menuliskan Pengalaman Menjadi Bacaan Ringan yang Mengena” oleh St Kartono

3. Praktik Menulis Investasi MINIMAL: Rp 85.000

Fasilitas: tea/coffee, makan siang, seminar kit, sertifikat (dengan tanda tangan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta), pendampingan online proses penulisan naskah menjadi layak terbit.

Tempat terbatas Segera daftarkan diri Anda dengan menghubungi
1. Vita 0878 3892 7046
2. Wakidi (08882882749 - WA)
3. email: komunitas.guru.m enulis@gmail.com

Pendaftaran dan pembayaran paling lambat 20 Maret 2015 ke:
Bank Mandiri
900-00-0701047-4
a.n: STEPANUS WAKIDI S.PD.

Ketentuan peserta:
- guru atau dosen aktif
- menyiapkan minimal 1 naskah 3-5 halaman A4 diketik normal dengan tema: mendidik dengan hati, mengajar dengan kreatif, mengasihi siswa sulit, atau mengambil tema bebas
- naskah harus dibawa saat lokakarya
- membayar biaya investasi paling lambat seminggu sebelum lokakarya

LOKAKARYA INI DISELENGGARAKAN OLEH: Komunitas Guru Menulis
didukung oleh:Penerbit LingkarAntarnusa




Baca laporan lokakarya di sini!

Galeri foto kegiatan LOKAKARYA SEHARI untuk GURU:
Menuliskan Pengalaman (Best Practices) Langsung Jadi Buku Ber-ISBN bisa dilihat di sini