Tema Kisah yang Menyentuh
Setiap guru yang membuka diri dan membiarkan dirinya menjadi bagian dari kehidupan muridnya, pasti memiliki kisah inspiratif yang layak dibagikan kepada sesama guru atau khalayak. Saat Ibu Bapak
1. menghadapi murid yang "unik";
2. saat Ibu Bapak menghadapi pilihan yang sulit antara memilih "membela" murid atau kepentingan lain (entah egoisme diri atau pihak lain); membela dan memberikan kepercayaan kepada murid saat tak satu pun memberikannya, yang tersisih terkalahkan oleh sistem, dianggap bodoh, malas, nakal, tanpa harapan, ditakdirkan gagal,
3. saat kegigihan dan ketekunan Ibu Bapak akhirnya membuahkan kemanisan setelah melewati masa-masa tanpa secercah pun harapan.
4. Atau jika Ibu Bapak pernah berhadapan dengan situasi yang menantang posisi keguruan Ibu Bapak dan Ibu Bapak dengan penuh tanggung jawab menghadapi tantangan tersebut,
5. saat guru mengabdi tulus,
6. keluar dari zona nyaman dan memberi lebih,
7. ikhlas berkorban,
8. membantu murid mengalami mukjizat,
9. menyemai harapan, menumbuhkan keberanian, mengembalikan senyum yang sudah hilang, membuka mulut yang selama ini bungkam,
10. menyingkap kisah yang tak pernah terkisahkan,
11. menyelami jiwa yang dahaga dan terluka, menyirami dan menyembuhkannya dengan hati luas-terbuka-menerima,
12. ketika guru berhasil membawa murid keluar dari kemarahan, kebencian, dan kesedihan,
13. saat guru mau membebaskan muridnya dari lingkungan yang telah memenjarakannya,
14. saat ia memberikan teladan,
15. menanamkan kedisiplinan,
16. menyiapkan metode terbaik, mengelola dan menghidupkan kelas dengan kreatif dan cerdas,
17. namun juga saat ia gagal dan kehabisan akal tetapi berani jujur mengakui dan mengevaluasi.
Pengalaman Membaca Pengalaman
(Ini salinan postingan saya, Wakidi Kirjo Karsinadi, di Facebook 24 April 2015. Barangkali bisa menjadi gambaran apa yang dimaui oleh proyek ini.)
Membaca naskah-naskah calon buku KAPUR & PAPAN Cerita tentang Pengelolaan Kelas, saya belajar 1 hal yang menjadi benang merah kisah-kisah yang menurutku inspiratif sehingga [saya nilai] layak terbit:
Guru akhirnya "berhasil" meruntuhkan konsepsi hubungannya dengan muridnya yang semula, yang cenderung satu arah, dan menggantikannya dengan yang baru, dua arah, tidak lagi mengajar namun terlebih belajar dari murid .... sekalipun pada awalnya murid terkesan hanya menjadi sumber masalah dan sumber kejengkelan.
Keterbukaan dan kerelaan membuka hati dan diri menjadi kunci pembuka hubungan yang buntu ... dan banyak yang akhirnya menikmati sebuah level hubungan baru yang amat bermakna dengan muridnya. Guru demikian biasanya memerlukan perjuangan awal untuk mau merendah dan "tidak memaksakan paradigmanya" dalam hubungan mereka ... untuk akhirnya memasuki paradigma hubungan yang baru. Dan tidak jarang guru harus mau berkorban untuk bisa memasuki wilayah-wilayah relasi yang baru.
Bentuk dan Gaya Tulisan: Kisah Pengalaman bukan Paparan Teori atau Wawasan
Ini adalah tentang sepenggal pengalaman. Sepenggal saja dari begitu banyak pengalaman yang Ibu Bapak pernah alami. Fokuslah pada 1 peristiwa atau kejadian, pada seorang murid atau segerombolan murid, atau pada satu pergumulan batin.
Dan ini adalah tentang pengalaman, tentang berkisah, ini tentang curhat, bukan tentang paparan teori atau suguhan keluasan wawasan. Ini tentang Ibu Bapak sendiri, kejadian yang Ibu Bapak alami, bukan teori atau metode yang Ibu Bapak pelajari, juga bukan tentang kritik atas kebijakan.
Boleh tentang kejadian milik sendiri, atau milik orang lain pun juga boleh.
Prinsip Kehati-Hatian dan Hormat
Ketika menyangkut orang lain dan kisah Ibu Bapak merupakan sesuatu yang "sensitif", sebaiknya minta izinlah kepada yang bersangkutan untuk mengisahkannya. Atau paling tidak, mungkin Ibu Bapak perlu menyamarkan nama agar di kemudian hari tidak menimbulkan ketidakenakan ketika naskah Ibu Bapak sudah diterbitkan menjadi buku.
Sudut Pandang
Gunakan sudut pandang dan tingkat keformalan dengan konsisten. Kalau menggunakan sudut pandang orang pertama non formal, gunakan aku secara konsisten. Atau saya untuk menciptakan situasi yang sedikit lebih formal.Hindari penggunaan aku dan saya secara bersamaan dalam satu naskah, kecuali salah satunya digunakan dalam kutipan langsung.
Gaya Penulisan Narasi
Gunakan gaya bahasa bercerita atau narasi. Biarkanlah pembaca ikut mengalami kejadian yang Ibu Bapak alami. Biarkanlah pembaca ikut melihat gambar kejadiannya, mendengar suara yang ditimbulkannya dan merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya. Biarkanlah pembaca melihat kejadiannya sebagaimana Ibu Bapak melihatnya, mendengar sebagaimana Ibu Bapak mendengar, dan merasakan apa yang Ibu Bapak rasakan saat mengalami kejadian.
Perbaikan Kualitas Naskah
Upayakan kualitas tulisan Ibu Bapak lebih baik daripada naskah yang dikirimkan kepada kami sebelumnya. Mulai tata struktur cerita dengan efektif. Mulai perhatikan kaidah berbahasa, ejaan dan tata bahasa. Miringkan istilah yang tidak baku atau istilah asing. Bedakan cara penulisan awalan dan kata depan untuk "di" dan "ke". Hindari spasi berlebihan. Jangan tambah spasi setelah tanda petik awal dan sebelum tanda petik akhir, juga sesudah tanda kurung awal dan sebelum tanda kurung akhir. Juga jangan tambahkan spasi sebelum koma atau titik dua atau titik koma. Tunjukkan bahwa Ibu Bapak memang belajar dan mau maju bersama kami.
Untuk EYD
Guru akhirnya "berhasil" meruntuhkan konsepsi hubungannya dengan muridnya yang semula, yang cenderung satu arah, dan menggantikannya dengan yang baru, dua arah, tidak lagi mengajar namun terlebih belajar dari murid .... sekalipun pada awalnya murid terkesan hanya menjadi sumber masalah dan sumber kejengkelan.
Keterbukaan dan kerelaan membuka hati dan diri menjadi kunci pembuka hubungan yang buntu ... dan banyak yang akhirnya menikmati sebuah level hubungan baru yang amat bermakna dengan muridnya. Guru demikian biasanya memerlukan perjuangan awal untuk mau merendah dan "tidak memaksakan paradigmanya" dalam hubungan mereka ... untuk akhirnya memasuki paradigma hubungan yang baru. Dan tidak jarang guru harus mau berkorban untuk bisa memasuki wilayah-wilayah relasi yang baru.
Bentuk dan Gaya Tulisan: Kisah Pengalaman bukan Paparan Teori atau Wawasan
Ini adalah tentang sepenggal pengalaman. Sepenggal saja dari begitu banyak pengalaman yang Ibu Bapak pernah alami. Fokuslah pada 1 peristiwa atau kejadian, pada seorang murid atau segerombolan murid, atau pada satu pergumulan batin.
Dan ini adalah tentang pengalaman, tentang berkisah, ini tentang curhat, bukan tentang paparan teori atau suguhan keluasan wawasan. Ini tentang Ibu Bapak sendiri, kejadian yang Ibu Bapak alami, bukan teori atau metode yang Ibu Bapak pelajari, juga bukan tentang kritik atas kebijakan.
Boleh tentang kejadian milik sendiri, atau milik orang lain pun juga boleh.
Prinsip Kehati-Hatian dan Hormat
Ketika menyangkut orang lain dan kisah Ibu Bapak merupakan sesuatu yang "sensitif", sebaiknya minta izinlah kepada yang bersangkutan untuk mengisahkannya. Atau paling tidak, mungkin Ibu Bapak perlu menyamarkan nama agar di kemudian hari tidak menimbulkan ketidakenakan ketika naskah Ibu Bapak sudah diterbitkan menjadi buku.
Sudut Pandang
Gunakan sudut pandang dan tingkat keformalan dengan konsisten. Kalau menggunakan sudut pandang orang pertama non formal, gunakan aku secara konsisten. Atau saya untuk menciptakan situasi yang sedikit lebih formal.Hindari penggunaan aku dan saya secara bersamaan dalam satu naskah, kecuali salah satunya digunakan dalam kutipan langsung.
Gaya Penulisan Narasi
Gunakan gaya bahasa bercerita atau narasi. Biarkanlah pembaca ikut mengalami kejadian yang Ibu Bapak alami. Biarkanlah pembaca ikut melihat gambar kejadiannya, mendengar suara yang ditimbulkannya dan merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya. Biarkanlah pembaca melihat kejadiannya sebagaimana Ibu Bapak melihatnya, mendengar sebagaimana Ibu Bapak mendengar, dan merasakan apa yang Ibu Bapak rasakan saat mengalami kejadian.
Perbaikan Kualitas Naskah
Upayakan kualitas tulisan Ibu Bapak lebih baik daripada naskah yang dikirimkan kepada kami sebelumnya. Mulai tata struktur cerita dengan efektif. Mulai perhatikan kaidah berbahasa, ejaan dan tata bahasa. Miringkan istilah yang tidak baku atau istilah asing. Bedakan cara penulisan awalan dan kata depan untuk "di" dan "ke". Hindari spasi berlebihan. Jangan tambah spasi setelah tanda petik awal dan sebelum tanda petik akhir, juga sesudah tanda kurung awal dan sebelum tanda kurung akhir. Juga jangan tambahkan spasi sebelum koma atau titik dua atau titik koma. Tunjukkan bahwa Ibu Bapak memang belajar dan mau maju bersama kami.
Untuk EYD
Format Pengetikan
Ketik pada Word dengan ukuran kertas A4 margin SEDANG dan spasi tunggal (1). Gunakan Font Type Times New Romans atau Calibri. Atau dengan kata lain, tidak usah diatur-atur.
Panjang tulisan MAKSIMAL 500 kata.
Pengiriman naskah
Diemail ke akun komunitas.guru.menulis@gmail.com dalam file terpisah (lampiran). Nama file: 500-Nama Penulis - Judul Naskah. Contoh nama file:500-Wakidi Kirjo Karsinadi - Tukang Terlembat yang Hebat.
Deadline dan Penerbitan Naskah
Ini merupakan proyek berkelanjutan. Setiap ada minimal 50 naskah yang layak terbit, naskah akan segera dibukukan dan diterbitkan.
Pengiriman naskah
Diemail ke akun komunitas.guru.menulis@gmail.com dalam file terpisah (lampiran). Nama file: 500-Nama Penulis - Judul Naskah. Contoh nama file:500-Wakidi Kirjo Karsinadi - Tukang Terlembat yang Hebat.
Deadline dan Penerbitan Naskah
Ini merupakan proyek berkelanjutan. Setiap ada minimal 50 naskah yang layak terbit, naskah akan segera dibukukan dan diterbitkan.
Penting:
- Naskah Anda akan melewati proses penerbitan standar dan akan diterbitkan oleh Penerbit Anggota IKAPI. Naskah Anda akan benar-benar diedit (dari segi isi dan bahasa) oleh seorang editor.
- Mohon tidak mengirimkan naskah jika Anda tidak menyepakati dengan segala ketentuan yang tertulis mengenai proyek ini.
Ketentuan Penerbitan
Sanggup membiayai penerbitan, dibayar di muka setelah naskah dinyatakan layak terbit, sebesar Rp155.000 (ditambah ongkos kirim [jika kurang akan disampaikan]). Biaya ini bukanlah biaya pembelian buku melainkan biaya proses penerbitan yang mencakup: editing, layout, desain cover, administrasi penerbitan, dan pencetakan contoh terbit. Anda akan mendapatkan 2 eks contoh terbit dan sertifikat.
Biodata Penulis
Bersamaan dengan pengiriman naskah, peserta wajib menyertakan BIODATA PENULIS pendek (maksimal 40 kata) dalam file terpisah dengan dinamaiNama Lengkap Beserta Gelar. Jangan memamerkan diri dalam biodata ini tetapi cukup cantumkan informasi paling penting.
MOTO Penulis
Dalam file yang sama dengan BIODATA (dinamai Nama Lengkap Beserta Gelar), tuliskan juga MOTO Ibu Bapak guru, maksimal 10 kata.
Foto CLOSE UP
Sertakan dalam file terpisah FOTO CLOSE UP WAJAH dalam format JPG, dinamai Nama Lengkap Beserta Gelar.
Foto KTP
DATA PENULIS
Kriteria Penilaian Naskah Layak Terbit
1. Bobot Dampak
Yang dimaksud dengan bobot dampak adalah, seberapa inspiratif kisah tersebut bagi pembaca. Seberapa kuat kisah menyentuh hati dan menggerakkan pembaca (guru lain) untuk juga “menggerakkan hatinya” di saat mengajar.
Bobot dampak ini menjadi pertimbangan paling penting di dalam penilaian. Bobot dampak ini akan membedakan kisah ini dari sekadar keterampilan dan kelihaian bernarasi. Narasi yang baik memang harus namun isinya atau dampaknya yang paling menentukan penilaian.
2. Kedalaman refleksi penulis.
Kemampuan penulis merefleksikan dan mengenali gejolak yang berlangsung di dalam dirinya yang terungkap di dalam kisah, dan sejauh mana penulis belajar dari dan mengolah pengalaman yang dikisahkan untuk kemudian bersikap dengan tepat demi kemajuan diri pendidik dan anak didik.
Kedalaman refleksi akan terbaca dalam kisah dan membuat kisah itu menjadi lebih berbobot.
3. Penyajian, mencakup beberapa kriteria
a. Struktur Cerita: mengalirkah, runtutkah, mudah diikuti jalan cerita dan logika ceritanya?
b. Gaya atau kekuatan bahasa: sejauh mana penulis mampu mengeksplorasi kekayaan bahasa untuk menyampaikan cerita. Tentu termasuk di dalamnya: penguasaan tata bahasa dan kaidah berbahasa, pemilihan kata, gaya berkalimat/berbahasa, punctuation (tanda baca),
c. Bobot sebagai sebuah cerita: Menarikkah tulisan yang ada sebagai sebuah cerita untuk dibaca.
Poin 3 ini akan membuat isi atau materi pengalaman yang dahsyat menjadi sebuah kisah yang sangat indah dan semakin menyentuh. Kalau materi sudah sangat baik, namun kemampuan bernarasinya kurang, maka potensi dampak yang dimaksudkan menjadi kurang kedahsyatannya. Jadi, meskipun yang paling penting adalah dampak, namun narasi tetap harus diupayakan baik. Narasi yang baik membuat kisah menjadi menarik dan menghibur untuk dibaca. Kisah jadi "nendang" dan "menggigit" dan dampaknya menjadi sangat tajam serta mengena.
4. Kebutuhan Editing
Sejauh mana naskah memerlukan proses editing untuk menjadi layak terbit. Tanpa editing sama sekali? Dengan sedikit editing? Perlu banyak editing? Atau harus dirombak sama sekali?
Salam Menulis
Wakidi Kirjo Karsinadi
Koordinator Komunitas Guru Menulis
MOTO Penulis
Dalam file yang sama dengan BIODATA (dinamai Nama Lengkap Beserta Gelar), tuliskan juga MOTO Ibu Bapak guru, maksimal 10 kata.
Foto CLOSE UP
Sertakan dalam file terpisah FOTO CLOSE UP WAJAH dalam format JPG, dinamai Nama Lengkap Beserta Gelar.
Foto KTP
Penerbit berkewajiban mengenal pemilik naskah yang diterbitkan. Oleh sebab itu, kirimkan foto ktp dan dinamai Nama Lengkap - KTP
DATA PENULIS
Syarat administratif diperlukan oleh Penerbit ketika menerbitkan sebuah naskah. Oleh sebab itu, semua penulis diminta mengisi formulis DATA PENULIS yang akan dikirimkan dalam email balasan ketika Bapak Ibu sudah mengirimkan naskah. Sesudah diisi, silakan rename file menjadi Nama Lengkap Beserta Gelar penulis.
Kriteria Penilaian Naskah Layak Terbit
1. Bobot Dampak
Yang dimaksud dengan bobot dampak adalah, seberapa inspiratif kisah tersebut bagi pembaca. Seberapa kuat kisah menyentuh hati dan menggerakkan pembaca (guru lain) untuk juga “menggerakkan hatinya” di saat mengajar.
Bobot dampak ini menjadi pertimbangan paling penting di dalam penilaian. Bobot dampak ini akan membedakan kisah ini dari sekadar keterampilan dan kelihaian bernarasi. Narasi yang baik memang harus namun isinya atau dampaknya yang paling menentukan penilaian.
2. Kedalaman refleksi penulis.
Kemampuan penulis merefleksikan dan mengenali gejolak yang berlangsung di dalam dirinya yang terungkap di dalam kisah, dan sejauh mana penulis belajar dari dan mengolah pengalaman yang dikisahkan untuk kemudian bersikap dengan tepat demi kemajuan diri pendidik dan anak didik.
Kedalaman refleksi akan terbaca dalam kisah dan membuat kisah itu menjadi lebih berbobot.
3. Penyajian, mencakup beberapa kriteria
a. Struktur Cerita: mengalirkah, runtutkah, mudah diikuti jalan cerita dan logika ceritanya?
b. Gaya atau kekuatan bahasa: sejauh mana penulis mampu mengeksplorasi kekayaan bahasa untuk menyampaikan cerita. Tentu termasuk di dalamnya: penguasaan tata bahasa dan kaidah berbahasa, pemilihan kata, gaya berkalimat/berbahasa, punctuation (tanda baca),
c. Bobot sebagai sebuah cerita: Menarikkah tulisan yang ada sebagai sebuah cerita untuk dibaca.
Poin 3 ini akan membuat isi atau materi pengalaman yang dahsyat menjadi sebuah kisah yang sangat indah dan semakin menyentuh. Kalau materi sudah sangat baik, namun kemampuan bernarasinya kurang, maka potensi dampak yang dimaksudkan menjadi kurang kedahsyatannya. Jadi, meskipun yang paling penting adalah dampak, namun narasi tetap harus diupayakan baik. Narasi yang baik membuat kisah menjadi menarik dan menghibur untuk dibaca. Kisah jadi "nendang" dan "menggigit" dan dampaknya menjadi sangat tajam serta mengena.
4. Kebutuhan Editing
Sejauh mana naskah memerlukan proses editing untuk menjadi layak terbit. Tanpa editing sama sekali? Dengan sedikit editing? Perlu banyak editing? Atau harus dirombak sama sekali?
Salam Menulis
Wakidi Kirjo Karsinadi
Koordinator Komunitas Guru Menulis
0 komentar:
Posting Komentar