Pantun adalah warisan budaya asli Indonesia dan pernah mencapai kejayaannya di abad-18 saat pantun menjadi seni yang benar-benar merakyat. Pada zaman itu pantun digunakan dalam pertemuan-pertemuan seperti menyambut tamu, pernikahan atau kelahiran seorang bayi.
Seni pantun mampu membawakan daya tarik tersendiri. Pantun mudah diciptakan dalam waktu sesaat, komunikatif dan efektif. Keindahan pantun mampu mencairkan ketegangan suasana, menghaluskan budi pekerti dan sekaligus menjernihkan pikiran (katarsis). Pantun melatih seseorang berpikir tentang makna kata sebelum berujar. Pantun juga melatih seseorang berpikir secara asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata lain. Pantun dapat membuat seseorang cerdas tidak hanya dalam berpikir, namun juga secara sosial dalam berkomunikasi. Sehingga, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan. Bait pantun mengandung ungkapan realitas kehidupan manusia sehingga seni berpantun dapat melembutkan budi pekerti.
Namun, peran pantun yang demikian indahnya itu kini mulai ditinggalkan oleh generasi muda kita. Pantun tidak lagi populer di kalangan kaum remaja bahkan di kalangan kaum tua. Mereka menyenangi seni sebagai hiburan semata, bukan lagi memanfaatkan seni sebagai sesuatu yang dapat menjadi katarsis bagi jiwa. Terbitnya buku ini layak disambut dengan gembira agar tradisi berpantun dapat ditumbuhkembangkan kembali di antara generasi mendatang.
Contoh pantun:
Pantun karya Hafiz Maulana (siswa SD)
Ada Singa tidur nyenyak
Ada Burung bernyanyi merdu
Bawa uang saku banyak
Pikiran akan terganggu
Gagak terbang tinggi sekali
Rajawali hinggap di batu
Anak yang berbakti
Pasti akan disayang ibu
Judul: Belajar Membuat Pantung - Buku Pengayaan Bahasa Indonesia untuk SD/MI
Penulis: Gito, S.Pd. (Kang Gitoo)
Tebal: 88 Halaman
ISBN: 978-602-1630-27-3
Harga: Rp 30.000
Sudah bisa dipesan plus ongkos kirim dari Jogja. Silakan hubungi 08882882749 (sms, WhatsApp).
0 komentar:
Posting Komentar