Selasa, 07 November 2023

WAJAH ANJINGKU

Tegal borok busuk di dahinya

Anjingku malu lalu lari 

Sembunyikan muka

Entah ke mana


Sejak itulah


Kami 

Sama kehilangan hari-hari di sisi tungku

Berbagi singkong kesukaan 

dan belaian sahaja


Lama


Tak terjembatani


Tapi 

Setelah beribu-ribu bulan mendugai lubuk berdua 

di keterpisahan panjang ini

Ketahuan kami masih 

Serindu


Aku 

Masih saja

Membakar singkong 

Memanggil pulang kenangan kami

Mendiangkannya saban malam di tepi tungku 

Hingga hangat 

Kembali


Sedang dia 

dari kejauhannya tak teraih

Berjuang mengintipku dari balik borok 

yang menyelimuti tubuhnya 

Selama tak setungku


Begitu tahu

Aku masih saja 

di tepi tungku pendiangan kami

Ia bergegas bangkit mendekatiku Mengibas-ngibaskan ekornya mengitari daku

Menghapus gelisah kami

Sedang lidahnya

Menjilati kakiku

Berucap


Pelukanmu 

Mengeringkan borokku


Sejak itulah lidahnya 

Terpaku mati

Di kakiku


Kuta Kendit, 30 Juni - 07 Juli  2023

Kamis, 05 Januari 2023

Lidah Lautan

 

Lidah lautan

yang menjilati kaki kami petang itu

Melayarkan anganku ke Awololon

yang terjilatinya

Dulu itu


Awololon

Tenggelam lenyap

Tinggal siput-siput bertebaran


Siapa rindu padamu lagi

Siapa terkenang padamu lagi


Beruang

Beringas

Berdatangan

Bergerombol membangun Babel

di atas makam kekasih kami


Tapi siapa sudi mengusik beruang


Babel di atas makam kekasih

Menindih rindu

Tak berujung


         Istana Rindu, 30 Juni 2020


*) Puisi ini dimulai dari Pintu Pencecapan.