Turun dengan kepalaku mendulu
Aku
Didaulat
Menjunjung bulat bumi
dengan lembutan ubunku ini
Biar pun berdarah-darah terhantam para wadas
dan aku tak takut mati
Sebab darah yang membual keluar
melalui gerbangnya yang di ubunku ini
Adalah sungai yang berhulu langsung di pedalaman rahim langit
Mengaliriku sumsum susu dan madu manis
Hingga ke anak cucu dan seluruh keturunanku
dan aku tak takut lapar lagi
Di bawah atap
Telapak kakimu ini
Di bawah atapanmu ini
Kami
Berdiri
Menadah-nadahkan tangan dan bibir kami
Menanti turun titis-titis darah
dan remah robek tubuhmu
Untuk menawar lapar kami
dan haus kersang kami hari-hari
Tuhan
Junjungan kamu
Tumpuan kehidupan kami
Pintubesi, 02 Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar