Foto oleh cottonbro studio dari Pexels |
Di atas tungku ia duduk
Menjerang
Perutnya yang hamil besar itu
Sampai matang benar nasi
yang kautitip tadi di rahimnya
Tenang benar dia
di atas takhta panas itu
Biarpun api terus berkobar membakar
Hitamkan dia
Sampai ke dalam-dalam
Sampai tak tersisa sedikit pun
Putihnya yang sungguh dulu itu
Itu
Pun ditahankannya
Ngingat nasi serahim
Habis
Nasi di rahimnya
Ia terbiar dirubung lalat
yang kauusir tadi dari piringmu
Di tungku tak berasap
Sampai tak tersisa sedikit pun
Putihnya yang sungguh dulu itu
Itu
Pun ditahankannya
Ngingat nasi serahim
Habis
Nasi di rahimnya
Ia terbiar dirubung lalat
yang kauusir tadi dari piringmu
Di tungku tak berasap
Ia bersandar tidurkan laparnya
Menunggu jam masak berikut
Bila lapar melilitmu lagi
Apa kaucapai?
Lapar perut panci dicari
Sekotor apa pun ia
Sebab perut terikat panci
Sekalipun lidah menjijikinya
Panci
Cerita lama
yang tetap hangat
Dari gubug hingga istana
Baobolak, 18 Januari 2011
Menunggu jam masak berikut
Bila lapar melilitmu lagi
Apa kaucapai?
Lapar perut panci dicari
Sekotor apa pun ia
Sebab perut terikat panci
Sekalipun lidah menjijikinya
Panci
Cerita lama
yang tetap hangat
Dari gubug hingga istana
Baobolak, 18 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar