Selasa, 28 Desember 2021
Peningkatan Kompetensi Guru dalam Penulisan PTK: Metode Tutor Sebaya dan Teknik PMA
Membangun Spiritualitas Keluarga Katolik karya Dra. Chatarina Suryanti, M.Hum.
Sabtu, 30 Oktober 2021
Browny
Foto oleh Ala J Graczyk |
Tegal
Kak Indah tak membagikan kuah mie rebusnya
Untuk Boli
Engkau marah-marah
Browny
Kauberi makan dari piringmu
Kaubedung dengan selimutmu
Kaumandikan dengan sabun wangi
Kaubedaki dengan pupur mahal dan parfum harum-harum
Tapi Boli, saudara seperurtmu?
Aku yang telah lunas belisku kautendang keluar
Lantas kupulang ke rumah ibuku
Malam itu juga
Dua malam engkau tak nyeyak, aku tahu itu
Maka pagi-pagi buta aku datang lagi
Membawa serta sakit perutku
Siapa tahu kaumau mengerti beban pikiranku
yang sudah memberat ke perut
Tapi kausibuk
Sibuk
sibuk
Setengah tiga subuh kaubangun
Mengurusi popcornmu
Aku muntah di depan matamu menjijiki tendanganmu tiga hari yang lalu itu
dan kau mengangkatku
Bukan untuk meninabobokanku di dadamu
seperti yang sudah-sudah
Tapi mengangkat buangku keluar melalui pintu dapur
Karena jijik
Rimis
Makin kuat
Menghantarku ke belakang dapur tetangga
Lalu mati di situ, di tanah orang
Meninggalkan Indah
dan semua kamu yang memang sungguh menyayangiku
Di subuh buta aku pergi
Di subuh buta aku mati tanpa ratap dan pedih penghabisan
Sebab kutakut Indah menangis
Melihat mayatku berair mata meratapi keterpisahan kami
Juga takut serumah duka
Aku
Duluan
dengan seluruh rinduanku padamu semua
Indah
Menguburkanku di bawah rimis
Menanami bunga di atas makamku
Semoga keharumannya mengisi ruang-ruang kita
yang tetap saja kosong tanpa aku
Di situ
Indah sedih
Mau berselfi terakhir kalinya dengan mayatku
Tapi pun urung karena takut padamu
Pulang dari Berastagi
Kau terburu-buru mengajak Indah
dan berdua mengatapi makamku malam-malam
Di bawah guyuran air mata langit
Dengan selembar seng merah hati ayam
Berian Jokowi
Kau menyesal, aku tahu
Cintamu kelewat kuat, itu pun kutahu
Tapi amarahmu?
Makam cinta kita
Perteguhen, 30 Oktober 2021
Selasa, 12 Oktober 2021
Keagungan Pesta
Foto oleh cottonbro studio dari Pexels |
Wasiat Ayah
Kalau hendak membangun pesta
Jangan lupa sertakan garam
Agar tak hambar
Masakanmu
Kalau hendak mengundang pesta
Undang dahulu yang seperut
Sebab ia tungku periuk
Pestamu
Agar pesta tak berkekurangan
Apa pun
Perteguhen, 05 Oktober 2021
Kamis, 07 Oktober 2021
Dongeng Bulan
Foto Pedro Figueras |
Mengenang Ayah, 04 Juni 1987
Bulan
Kemari lagi malam ini
Mencari kami yang biasanya berbaring di depan pondok
Didongeng ayah di atas tikar lontar anyaman mama
Atau di bale-bale bambu buatan ayah
Berbantal
Kedua lengan ayah
Kami dituntun cahya rembulan
Mendugai kedalaman tinggi langit
Sambil dongeng curahan hati ayah
Membawa kami menyelami lubuk terdalam
Hati kami bertujuh
Bulan
Berdarah lagi malam ini
Tertusuk duri jeruk depan pondok bambu
Tegal tergopoh turun mencari kami
yang tak lagi sama
Sekumpul dulu
Bulan
Masih saja merindukan dongengan ayah
Pengumpul kami
Seikat lagi
Begitulah
Mengapa bulan
Kemari lagi saban malam
Dari Medan jauh, 04 Juni 2021
Rabu, 29 September 2021
26 Karya Tulis Guru pada Masa Pandemi (PTS, PTK, dan Best Practice)
Judul: 26 Karya Tulis Guru pada Masa Pandemi (PTS, PTK, dan Best Practice)
Penulis:
- Fadiyah Suryani, M.Pd.Si.
- Fadiyah Suryani, M.Pd.Si.
- Edy Prajaka, S.Pd.
- Arif Jamali, S.Pd., M.Pd.
- Bambang Mintaraga, S.Pd.
- Dra. Dwi Essy Sumaryanti
- Dra. Praptanti Rahayu
- Dra. Suti Juneti
- Irwan Yusuf, M.Sc.
- Dra. M. C. Indri Wahyuningsih
- Sapto Nugroho, S.Pd., M.Pd.
- Dra. Dyah Puspitarini, M.Pd.
- Siti Zaeriya, S.Pd.
- Nurdiyah Suryani, S.Pd. Samsiyati, S.Pd.
- Rudarti, S.Pd.
- Nur Aini Budiastuti, S.Pd.
- Sri Wahyuni, S.Pd.
- Sri Windartati, S.Pd.
- Budi Hayati, S.Pd.
- Susanti, S.Pd.
- Rr. Neny Dewayani, S.Pd.
- Ririn Wahyu Priyanti, M.Pd.
- Diah Purwandari, S.Pd.
- Dyah Muslihah, S.T.
- Bayu Kurniawan, S.Pd.
- Rizky Puspitadewi, S.Pd.
Tebal: 314 (xx+294) halaman
Ukuran: 14.5x21 cm
Harga: Rp80.000
Deskripsi:
Aktivitas pembelajaran pada masa pandemi hanya dapat dilakukan secara daring. Namun, bagi jiwa yang inovatif dan kreatif, ini hanya menandakan saatnya manusia menghidupkan daya kreativitasnya. Fadiyah Suryani, M.Pd.Si., Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Yogyakarta, mengajak para guru untuk mengambil langkah kreatif dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Ia sendiri juga melakukan penelitian tindakan sekolah untuk mendukung keberhasilan gerakan ini.
Buku ini adalah hasil dokumentasi dari kreativitas para guru tersebut, berisi 26 tulisan yang disarikan dari PTS, PTK, dan best practice yang dilakukan para guru selama pandemi dengan mata pelajaran yang diampu masing-masing: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, Bahasa Jawa, Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Bimbingan Konseling, Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah, PPKn, Seni Budaya, Olahraga, TIK. Semua tulisan melaporkan adanya dampak positif bagi keberhasilan pembelajaran.
Daftar Penulis dan Tulisan:
- Sambutan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta ~ Didik
Wardaya, S.E, M.Pd.
- Sambutan Kepala Balai Pendidikan Menengah
Kota Yogyakarta ~ Dra. Triana Purnamawati,
M.M.
- Sambutan Pengawas Pembina SMA Negeri 5
Yogyakarta ~ Dra. Reni Herawati,
M.Pd.B.I.
- Sambutan Kepala Sekolah SMA Negeri 5
Yogyakarta ~ Fadiyah Suryani,
M.Pd.Si.
- Meningkatkan Kompetensi Guru dalam
Pemantauan Karakter Siswa dengan Metode Mentoring ~ Fadiyah Suryani, M.Pd.Si.
- Memantapkan Pengambilan Jurusan di SNMPTN
dengan Teknik Cinematherapy ~ Edy Prajaka, S.Pd.
- Wagetub Solusi Pembelajaran Daring
Matematika ~ Arif Jamali, S.Pd.,
M.Pd.
- Menulis Resensi Menjadi Mudah dengan Barja
Pintar ~ Bambang Mintaraga, S.Pd.
- Asyiknya Belajar Biologi Melalui Media
V-LAB ~ Dra. Dwi Essy Sumaryanti
- Praktik Berbicara Teks Eksplanasi Menjadi
Mudah Melalui Video ~ Dra. Praptanti Rahayu
- Peningkatan Resiliensi Matematis
Menggunakan Problem Based Learning dengan Google
Classroom ~ Dra. Suti Juneti
- Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Pembelajaran Fisika Materi Gerak Melingkar Melalui Penerapan IBL (Inquiry Based Learning) pada Siswa Kelas X Semester 1 ~ Irwan Yusuf, M.Sc.
- Penumbuhkembangan Afeksi Melalui Puisi
Bertoga Berbasis Proyek ~ Dra. M. C. Indri
Wahyuningsih
- Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika
Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay-Two Stray (Ts-Ts) pada Program Kemitraan ~ Sapto Nugroho, M.Pd.
- Meningkatkan Nilai Karakter Cinta Tanah Air
dan Semangat Kebangsaan pada Pembelajaran Era Pandemi ~ Dra. Dyah Puspitarini, M.Pd.
- Vlog Tingkatkan Motivasi Belajar Senam
Aerobik ~ Siti Zaeriyah, S.Pd.
- Mengantarkan Peserta Didik Untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Recount
Menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning
dengan Media Gambar ~ Nurdiyah Suryani, S.Pd.
- Asyiknya Belajar Sistem Indra dengan
Quizizz ~ Samsiyati, S.Pd.Si.
- Keefektifan Model Pembelajaran Takasimura
Menggunakan Media Kontur Tiga Dimensi Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa pada Materi Peta Topografi ~ Rudarti,
S.Pd.
- Problem Based Learning Efektif Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi APBN
dan APBD di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021 ~ Nur Aini Budiastuti, S.Pd.
- Penerapan Discovery
Learning Berbantuan Animasi Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Materi HIV/AIDS Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2020/2021 ~ Sri Wahyuni, S.Pd.
- Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui
Model Problem Based Learning Berbantuan “Wavic” Pada
Materi Plantae Kelas X MIPA 3 SMA N 5 Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2020/2021 ~ Sri Windartati, S.Pd.
- Pembelajaran Cycle 7E Untuk Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 5 Yogyakarta ~ Budi Hayati, S.Pd.
- Problem Based Learning Menggunakan WhatsApp Sebagai Alternatif Solusi Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik di Kelas X MIPA 3 SMAN 5 Yogyakarta ~ Susanti, S.Pd.
- Bilima Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi
Berbahasa Jerman ~ Rr. Nenny Dewayani,
S.Pd.
- Pembuatan Poster Materi Konflik dan Upaya
Penyelesaiannya Mata Pelajaran Sosiologi ~ Ririn Wahyu Priyanti, S.Sos., M.Pd.
- Tiktok Memotivasi Siswa Belajar Tari Kreasi ~ Diah Purwandari, S.Pd.
- Penggunaan Media “CoVid“ untuk Membuat
Motion Graphic Powerpoint ~ Dyah Muslihah, S.T.
- Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa
Jawa Krama pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan Metode Role Playing
Berbasis WAGVC pada Kelas X IPS 1 ~Bayu Kurniawan, S.Pd.
- Membangun Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
di Era Pandemi dengan Problem Based Learning
Berbantuan Multimedia Interaktif Berbasis Mobile ~ Rizky Puspitadewi, S.Pd.
Jumat, 17 September 2021
Melajulah Perahuku: Kumpulan Puisi karya Siswa SD Kanisius Kanutan
Spesifikasi
Kode: 0120054
Judul: Melajulah Perahuku: Kumpulan Puisi
Penulis: Alfonsus Adriva Putra Kristian [et al.]
ISBN: 978-623-7421-45-0
Terbit: 20-Jun-21
Tebal: 68 (x+58) halaman
Ukuran: 14.5x21 cm
Harga: Rp 40.000
Deskripsi
Buku yang bertajuk Melajulah Perahuku merupakan kumpulan puisi yang ditulis oleh para murid SD Kanisius Kanutan dengan bimbingan Ibu Kepala sekolah dan para guru, hadir disemangati oleh Santo Petrus Kanisius pelindung sekolah-sekolah Kanisius; “Jika Anda memiliki terlalu banyak hal yang harus dilakukan, dengan pertolongan Tuhan, Anda akan menemukan waktu untuk melakukan semuanya”. Puisi yang dituliskan oleh anak-anak SD Kanisius Kanutan merefleksikan dan mensyukuri karya Allah dalam kehadiran dan kehidupan anak-anak yang merupakan pribadi-pribadi yang mengalami sentuhan kasih serta nilai-nilai spiritualitas yang diwariskan oleh Santo Petrus Kanisius.
Perjalanan, dinamika cita-cita, dan semangat belajar di sekolah mereka tuangkan dalam puisi yang betemakan "Aku dan Sekolahku". Pengalaman dicintai dan mencintai para Guru, orang tua, dan lingkungan serta ungkapan hormat syukur, mereka tulis dalam puisi yang bertema "Aku dan Lingkunganku". Sedangkan refleksi mereka akan kerinduannya untuk bertemu kembali belajar bersama teman-teman, mereka tulis dalam puisi yang bertemakan "Aku di Masa Pandemi".
Buku ini ditujukan bagi siapa saja yang memiliki hati untuk pendidikan, baik para guru, orang tua, anak-anak, alumnus, pemerhati Kanisius, dan masyarakat luas agar bisa memahami sungguh hakikat pendidikan khususnya pendidikan di Kanisius. Buku ini juga bisa menjadi sumber inspirasi tak kunjung henti bagi pengembangan pembentukan karakter secara kreatif dalam lingkungan pendidikan utamanya pendidikan di Kanisius. Dengan menulis puisi anak-anak dilatih untuk jujur terhadap diri, lebih sportif, memiliki semangat mengasihi, mampu mengungkapkan syukur dan rasa terima kasih.
Daftar Puisi dan Penulisnya
Tema: Aku dan Sekolahku
Bangga pada Sekolah Gregorius Dimas Yasmintara
Sekolah Kanisius Tercinta Naysila Riski Istriyanti
Aku Bangga Jadi Anak Kanisius Yoseph Anugerah Agung Nuralam
Teladan Kami Veronika Seritoitet Karmisa
Santo Petrus Kanisius Gabriel Bintang Aditama
Sekolahku Gabriela Kenyoarum Gilangharjo
Sekolahku Kucinta Carissa Indah Nathania
Sekolahku Selalu di Hatiku Alfonsus Adriva Putra Kristian
Aku Bangga Padamu Gerardus Brian Pratama
Aku Anak Kanisius Dionicia Kalista Anggraeni
Anak Kanisius Hebat Fransiska Lenny Triningtyas
Sekolah Sahabatku Pascha Mariana
Semangat Anak Kanisius Yohana Ririn Lestari
Sekolah Kebanggaanku Stefanie Nindya Christy
Sekolah Pilihanku Dominicus Ekalavya Calvin Wijaya
Kanisius Sekolah Terbaikku Octavianus Argy Artanto
Kanisius Tercinta Jouvani Jiwo Pambudhi
Aku Suka Rafael Yama Alfianto
Semangatku Felicitas Callysta Maharani
Sekolahku Akan Kukenang Selalu Mikhael Ardi Wibawa Yahusuta
Aku Ditempa Theresia Shinta Bella
Semangat Belajar Demi Masa Depan Antonius Joni Kurniawan
Semangat Anak Kanisius Mary Louise Devika Hamasadenta
Kanisius Sekolahku Everest Wira Pragata
Sekolahku Roswita Renita Putri
Sekolahku Semangatku Yosua Imanuel Loloangin
Sekolahku Marcelinus Adrian Jova Mahardika
Sekolahku Kukenang Selalu Marie Louis Dwi Anjani
Kenangan di Sekolah Maria Nathaniela Lalita Ariadenta
Kelasku Kristi Kiara Widhiastuti
Terima Kasih Kanisius Eleonora Aurel Radya Natanaela
Tema: Aku dan Lingkunganku
Bunga di Taman Rehin Setya Rahardian
Tamanku Fransisca Vicka Natalia
Ayam Pakoyku Nikolaus Rossi
Ikan Cupang Lionel Lalo
Kebanggaanku Isidorus Diren Putra Budi Respati
Ibu Brigita Lustin Jeniten Ernesia
Ayah Inigo Lopes Erlangga Putra
Guruku Hebat ateus Haryo Widyawan
Tanah Airku Gergorius Herly Pranjadingraat
Indonesia Tercinta Stefanus Tyan Wardani
Buku Gregorius Lalang Rahardian
Untuk Ayah Asmita Sophiana Sakarebau
Buku Sumber Ilmu Yohanes Kalvin Harryanto
Guruku Octavianus Puspo Saputra
Guruku Pelitaku Elisabet Ajeng Cesapuspita
Tema: Aku di Masa Pandemi
Kami Rindu Martha Yuniar Purwaningrum Trisnayani
Harapanku Devin Kenjiro Rambe
Wabah Covid-19 Benedicta Gendhis Renggani Pulungati
Virus Corona Yustinus Awang Jati Prasetya
Pergilah Corona Christophorus Mahesa Bumi
Bersama Lawan Corona Mario Bernad Oscar Putra
April dan Corona Michele Angelica Trihatma
Pandemi Eduardus Erigio
Saatnya Nant Laurentius Mauritio Crisonja
Batu-Batu: Kumpulan Puisi oleh Agus Supriyanto
Minggu, 22 Agustus 2021
Puisi
Photo by Anni Roenkae from Pexels |
Pisau dedah
Membelah borok tukak
dengan tusuk tikam khasnya
Halus
Lembut
Tapi tetap
Tersayat rasa
Tahan
Terobati
Perteguhen, 22 Agustus 2021
Senin, 16 Agustus 2021
Mengenang Rita Nugroho Dwi Krisnawati
Siswa: Pelajar dan Sumber Pembelajaran
(Dimuat dalam buku Kapur & Papan Kumpulan Kisah Pengalaman Guru yang Jujur dan Menggugah di halaman 75-80)
Pagi itu aku datang lebih awal. Seperti biasanya, untuk menghadapi ujian akhir aku menambah waktu pelajaran kenol, pukul 06.15. Suasana sekolah sunyi sepi. Hanya beberapa siswa-siswi kelas 1-5. Hatiku deg-degan apakah ada yang salah dengan pembelajaran kemarin sehingga anak-anak kelas VI membolos pagi ini? Betapa tidak? Kemarin seusai ulangan, nilai para siswa belum memuaskan. Rasanya tidak sebanding dengan apa yang kuberikan tiap pagi.
Ulangan anak-anak yang tidak tuntas memacu emosiku. Rasanya sia-sia menambah jam belajar kalau hasilnya tidak tampak. Biasanya dengan nada tinggi bertubi-tubi anak-anak kuhujani pertanyaan: “Apa tugas kalian sebagai pelajar?” “Kalian disuruh orang tua untuk belajar, bukan?” “Mengapa tak kalian gunakan untuk belajar?” Atau “Kalian harus bisa mengatur waktu dengan baik. Ujian diambang pintu.” Selalu itu yang kuucapkan. Duh apakah nada tinggi itu yang membuat anak-anakku enggan masuk hari ini. Rasanya tidak mungkin juga membiarkan anak-anak melalui masa belajarnya dengan biasa-biasa saja. Semua menghendaki nilai tinggi, dan itu kemudian yang menimbulkan penyesalanku sebagai seorang guru. Ada hal lain yang sebenarnya perlu diolah: budi pekerti.
Oke nilai boleh tinggi, anak boleh cerdas dan pintar, tapi kemudian ketika mereka dewasa ada nilai-nilai yang hilang. Bangsa ini dipimpin oleh orang-orang yang pandai berhitung, sehingga untung-rugi menjadi acuan yang utama; korupsi merajalela, karena budi mereka tidak dipekerti dengan baik.
Masih dalam tanda tanya yang begitu dalam kumasuki ruang kelasku. Dan byurrrr. Tiba-tiba potongan kertas-kertas berhamburan menyiram tubuhku. Mataku melotot menahan kaget. Tetapi kemudian luruh dalam alunan lagu Happy Birthday yang dilagukan anak-anakku. Ya... hari ini anak-anakku memberi surprise yang luar biasa ... Ada bungkusan di atas meja.
Duh... anak-anakku yang selama ini “kuperlakukan” kurang adil (karena aku harus mengejar target nilai UN yang tinggi) yang setiap hari menerima nada-nada tinggiku ... memberiku perhatian yang luar biasa menyentuh hati yang paling dalam.
Peristiwa pagi itu sontak membuat perasaanku lumer, tak berdaya. Dengan suara parau kusapa mereka, “Anak-anak ... terima kasih untuk semuanya. Kalian merepotkan orang tua kalian. Ucapan ulang tahun cukuplah bagi ibu guru. Hadiah ini kan butuh dana untuk membelinya. Kasihan orang tua kalian.”
Yuli, ketua kelas angkat bicara, “Tidak apa-apa, Bu. Uang itu kami kumpulkan dari upah pethik brambang.” Daerah Tirtosari, Kretek, Bantul adalah pusat pertanian bawang merah. Pada musim panen anak-anak menghabiskan waktu sore hari untuk pethik brambang. Untuk satu (1) kg brambang pethik mereka mendapat upah Rp100. “Kami mengumpulkannya selama seminggu ini.”
Air mataku tidak bisa terbendung lagi, meluncur satu per satu. Dan inikah perhatian seorang murid kepada gurunya? Sementara aku? Tuntutanku terhadap hasil belajar mereka? Aku kecewa karena mereka belum menunjukkan hasil yang kuharapkan, sementara sebenarnya mereka sedang mengorbankan waktunya hanya untuk memberikan perhatian kepadaku. Seketika runtuhlah kesombonganku untuk membawa anak-anak mencapai nilai tinggi. Kali ini aku akui ... aku harus belajar dari mereka, bagaimana menghargai sebuah pribadi dan keutamaan, keutamaan hidup yang mesti dicapai.
Bel masuk pukul 07.00 menyadarkan lamunanku. Wajah siswa-siswa kelas VI puas dan berseri-seri menyaksikan aku yang masih terbengong-bengong. Pagi itu aku mendapat pembelajaran yang cukup berarti dari para siswaku: untuk memberikan hadiah mereka mau mengorbankan waktu bermain mereka. Dan tas warna coklat muda itu di dalamnya tertulis “Selamat ulang tahun Bu Guru, semoga panjang umur, sehat & selalu gembira mendampingi kami”. Mereka benar-benar memerhatikan gurunya dan mengenal gurunya, mereka tahu warna kesukaanku, coklat muda. Dan eloknya lagi anak-anak tahu kebutuhanku karena tas yang kupakai sudah berlobang di setiap sudutnya. Pengorbanan dan perhatian dari murid-muridku sungguh luar biasa.
Lalu aku… apa yang aku berikan untuk murid-muridku? Nada-nada tinggi cemoohan? Duh Nak, maafkan ibu guru karena sikap ini.
Hari itu aku benar-benar mendapat pembelajaran dari para siswa akan pentingnya perhatian dan pengorbanan yang memberi semangat dan inspirasi. Kita tidak bisa memaksakan nilai-nilai yang harus dicapai tetapi ada yang lebih penting dari semua itu: karakter dan budi pekerti. Maraknya ketidakadilan dan korupsi di mana-mana disebabkan terbentuknya orang-orang pintar tetapi hati nurani tidak diolah dengan baik. Alhasil muncul generasi yang berorientasi mencari untung atau mau menang sendiri.
Anak-anak yang selalu patuh untuk datang lebih pagi dan jika ada ulangan hasilnya tak sebagus harapanku, pasti kutuduh: tidak belajar, tidak mau bertanya, banyak main, nonton TV melulu, dan lain-lain yang meluncur begitu saja dari mulut saya. Ternyata kata-kata itu membuat anak-anakku menjadi rendah diri, seolah mengecap mereka malu bertanya, mereka tak becus atur waktu dan sebagainya. Aku jarang memikirkan kebutuhan mereka yang bisa memunculkan semangat baru.
Para siswa telah mengingatkanku pada pengorbanan mereka. Mereka ingin menunjukkan perhatian kepada gurunya. Para siswa telah membuktikan bahwa perhatian dan pengorbanan mereka tidak akan sia-sia. Paling tidak ibu gurunya akan membaca ucapan dan harapan: mendampingi dengan gembira. Itu artinya selama ini anak-anak merasa didampingi dengan tidak gembira, dengan kata-kata yang menekan mereka. Mengajar menjadi suatu beban untuk mengejar nilai akademis yang tinggi. Maka berpijak dari pengalaman ini, aku mempunyai tekad untuk mengajar bukan semata-mata untuk nilai yang tinggi, namun lebih kepada pengolahan hati nurani.
Fokus pada nilai akademis yang tinggi hanya akan mengorbankan pengolahan budi pekerti anak-anak. Dan hari ini ambisiku untuk memfokuskan perhatian pada nilai akademis tinggi sirna sudah. Pembelajaran yang diberikan para siswa kepadaku sungguh tepat dan nyata. Budi pekerti yang terolah dengan baik akan membuat nyaman orang-orang di sekitarnya.
Melalui peristiwa kejutan di hari ulang tahun dan harapan dari anak-anak untuk mendampingi mereka dengan gembira memberi pembelajaran kepadaku untuk mau lebih membuka hati, mau mengorbankan waktu dan tenaga, memberikan keteladanan dan tak lupa perhatian dan memberi kesempatan kepada mereka untuk berkembang dan selalu gembira. Terima kasih para siswaku hari ini aku memperoleh pembelajaran dari kalian. Kalian telah menjadi pelajar sekaligus pemberi pelajaran bagi kami, para guru.
***
Pembelajaran dari Gadis Papua
(Dimuat dalam buku Kapur dan Papan Kisah Guru-Guru Pembelajar 1 di halaman 134-137)
Genap satu tahun aku berkarya di SD Kanisius Kanutan, sebagai kepala sekolah. Kadang aku merasakan pekerjaan ini sebagai rutinitas belaka, susah menjangkau hati para siswa. Jiwa sebagai pendidik kadang timbul tenggelam. Tetapi tidak untuk kali ini, aku menemukan kobaran api penuh makna dan menyentuh hati, sehingga aku semakin yakin dan mantap bahwa bukan tidak mungkin untuk menyentuh hati siswa. Salah bila menyimpulkan kepala sekolah bekerja lebih untuk menyelesaikan administrasi saja. Pertemuanku dengan gadis kecil di SD Kanisius Kanutan ini yang membantuku menemukan kobaran api cinta itu bagi anak didik dan semua warga sekolah.
Gadis kecil berkulit kuning itu memasuki ruang kelas IV. Wajah cantiknya bersembunyi di balik mukanya yang muram. Usai memasukkan tas, ia berlari ke arah ibunya yang masih berdiri sambil memegang sepeda jengki tuanya. Kulihat dia membujuk ibunya untuk ikut masuk kelas. Kuhampiri, kuberi salam. Salamku disambutnya, tapi tanpa ekspresi. Biasanya anak-anak akan senang dan berseri-seri bila kusapa, lalu berkerumun sambil bercerita. Yuyun nama gadis itu. Dulu bersekolah juga di TK Kanisius Kanutan. Ketika ayahnya bertugas ke Papua, Yuyun pindah ke Papua juga. Tetapi sampai saat ini malah dia menjadi pemurung, sering menangis keras, bahkan tidak malu bergulung-gulung di tanah.
Aku penasaran dibuatnya. Jam masuk pun berbunyi. Semua masuk kelas, dan lagi-lagi Yuyun rewel. Ibunya dimintanya untuk ikut masuk ke kelas. Ibunya menolak, maka Yuyun meraung-raung melepas tangisnya. Semua terkesima. Aku hampir putus asa melihat kondisi Yuyun, meski toh akhirnya ia mau masuk kelas juga.
Pada saat jam istirahat, aku menemui guru kelas IV. Aku tanyakan tentang kemampuan akademik Yuyun. Ternyata baik, hanya catatannya masih sering rewel. Aku menjadi semakin penasaran. Rasa ingin mengetahui latar belakang para siswa, penting ternyata untuk pendampingan kepada mereka. Aku berpikir bahwa ada sesuatu di balik semua ini, pasti ada sesuatu yang membuat Yuyun kecewa.
Menanggapi ulah Yuyun, tidak serta-merta aku merasa jengkel. Aku menyadari bahwa banyak faktor yang membawa Yuyun sebagai sosok istimewa di sekolah kami. Tingkah laku Yuyun sebagai indikator ungkapan hati.
Suatu hari ibu Yuyun kuajak untuk bercerita. Banyak hal yang diceritakannya, termasuk ketika suaminya meninggal. Waktu itu ayah Yuyun sedang tidak enak badan. Ayah Yuyun minta diambilkan minum, namun Yuyun tidak mau mengambilkan karena asyik bermain bersama teman-temannya. Usai bermain, Yuyun pergi bersama beberapa temannya. Tidak berapa lama kemudian, Yuyun dijemput tetangga dan diberi tahu bahwa ayahnya masuk rumah sakit. Dan lebih mengagetkan lagi, baru sekitar setengah jam Yuyun di rumah, ada kabar bahwa ayahnya telah tiada. Menangislah Yuyun, ada penyesalan di hatinya, tidak melayani ayahnya mengambilkan minum. Suatu tanggung jawab telah Yuyun lepaskan.
Ibu Yuyun melanjutkan cerita kehidupan keluarganya. Setelah suaminya tiada, ibu Yuyun yang asli Bantul, memilih untuk pulang ke kampung halamannya. Anak sulungnya tetap di Papua, ia masih bersekolah di SMP. Dan dua hal penting inilah yang memberikan bantuan bagi saya. Yuyun kehilangan dua hal, yaitu tanggung jawab dan kasih seorang kakak, lalu muncul pemberontakan dalam dirinya. Ah, seorang anak yang lugu dan polos, mau mengakui bahwa ia sudah melewatkan tanggung jawabnya, merasa bersalah, dan muncul semua dalam tingkah lakunya.
Aku jadi berintrospeksi diri, selama ini beberapa kewajiban kulewatkan begitu saja tanpa merasa bersalah. Bersama wali kelas aku ungkapkan temuan penting ini. Setelah kami berdiskusi, maka kami sepakat untuk memberinya suatu tanggung jawab. Kami anjurkan kepada Ibu Yuyun untuk berjualan makanan, agar Yuyun bisa membantu dan mengembalikan kepercayaan diri pada suatu tanggung jawab yang sudah lepas mengiringi kepergian ayahnya. Kepada teman-teman Yuyun pun, kami anjurkan untuk memberikan kasih sebagaimana kasih kakaknya yang tertinggal di Papua.
Usaha kami tidak sia-sia, berangsur-angsur senyum Yuyun mulai nampak menghiasi wajah manisnya. Dengan bangga, Yuyun melayani teman-temannya. Begitu dalam gadis ini menyentuhku, menyadarkanku akan suatu hal yang mesti aku rasakan ketika suatu tanggung jawab kulalaikan.
Pembelajaran berharga kudapatkan dari Yuyun, gadis kecil Papua, bahwa lalai tak akan pernah menenangkan jiwa. Betapa selama ini kelalaian-kelalaian kecil memenuhi tugas-tugasku, tanpa merasa bersalah, dan kuanggap sebagai hal biasa. Tapi bagi Yuyun, lalai menjadi beban, tidak tahu mesti bagaimana melepaskannya. Menangis, memberontak, bermuka muram, menjadi wujud ketidakmampuan melupakan kesalahan besar, menurutnya.
Kini, setiap kali kusambut Yuyun di pagi hari, senyum itu selalu mengembang pada wajah gadis kecilku. Dengan bangga ditentengnya tas berisi makanan seperti arem-arem, bakmi, nasi kucing. Teman-temannya berhamburan menyambut Yuyun. Tanggung jawab yang telah pergi dan kasih yang tertinggal telah ditemukannya kembali. Aku pun ingin memiliki kelegaan itu dengan bekerja bukan sebagai rutinitas, tetapi sebagai pelayanan penuh arti bagi warga sekolah. Semakin banyak hati ingin kuberikan, semakin banyak hati ingin kubuat bahagia. Terima kasih Yuyun, gadis sederhana dari Papua, kau ingatkan aku pada tugas mulia.
***
Sabtu, 10 Juli 2021
Gulma
Daun
dan seluruh tubuhnya susut
Menguapkan air dalam dirinya
Habis tandas tak tersisa setitik pun
Di rahim langit
Uap rintihannya mengembun
Lalu turun malam-malam
Gulma
Mengering
Lapuk hancur jadi humus
Penyubur jagung itu juga
Gulma
Pengganggu
Diam-diam menyumbang
Pintubesi, 11 Juli 2021
Senin, 21 Juni 2021
Derap
Photo by Samuel Theo Manat Silitonga from Pexels |
Derap itu
Makin lama
Makin terang
Membuntuti aku
Tapi derap siapa ini?
Aku
Terkejut
dan berhenti
Tepat ketika tumitku
Terpagut derap itu tadi
Tapi
Derap siapa ini
Membuntutiku siang malam
Tak lepas-lepas?
Lihat!
Tumitku
Terluka kaubuat
Nganganya terus bertanya siapa engkau
Darahnya meratapi betapa perihnya
Tak mengenali engkau
Dalam derapku
Sendiri
Derap
Penuntunku
Perteguhen, 22 Juni 2021
Minggu, 20 Juni 2021
Persandingan dan Kesadaran Budaya, karya Mulyadi, S.Pd.I