Dokumen penulis |
*
Seorang pemuda kampung, kurang sekolahan. Lagi jatuh cinta pada seorang gadis sekampungnya. Berkali-kali ia mengungkapkan cinta kepada pujaan hatinya itu. Tapi, sayang. Berkali-kali pula cintanya ditolak mentah-mentah.
Suatu sore. Dalam perjalanan pulang dari ladang, sang pemuda melihat seekor babi yang begitu lahapnya makan taik di pinggir jalan, sekalipun beberapa ekor anjing bergelombol menggigitnya dari berbagai sisi. Berdarah-darah dan berdarah-darah. Tapi babi itu tetap tak peduli. Ia lebih peduli pada taik dari pada terhadap gigitan beringas anjing-anjing itu tadi.
**
Malamnya, si pemuda ngapel. Ia menceritakan kejadian petang tadi kepada sang gadis. Gadisnya diam. Lama berdiam. Tapi pun bertanya juga melihat pemuda gundah: "Lalu?" Lalu taik itu pun habis dimakan babi, sahut si pemuda. "Lalu?" tanyanya lagi. Pemuda itu mulai bingung karena merasa tersudut. Maka ia pun langsung saja membisikkan ini ...
"Lalu!
Aku cinta engko
Seperti babi cinta taik!"
***
Mereka lalu sepakat membangun
Keluarga baru
Babi
dan anjing
Binatang haraman
Pembenih kasih setia
Turut dalam bahtera mereka
Turut dalam bahtera mereka
Serupa Nuh dulu
Awet
Utuh tak terceraikan
Dari ladang, 02 Maret 2020
Awet
Utuh tak terceraikan
Dari ladang, 02 Maret 2020
Untung si gadis tidak tersinggung dan tidak merasa dibandingkan dengan taik
BalasHapus