Rabu, 13 Mei 2020

Menjemput Senja di Palu Donggala

Puisi Pulpawati
Menjemput Senja di Palu Donggala, Puisi Pulpawati
Photo by GEORGE DESIPRIS from Pexels



Anak-anak yang sedang bermain di halaman rumah
Bapak-bapak yang sibuk menonton tivi di rumah ‘ngaso dari penatnya pekerjaan
Ibu-ibu sedang sibuk di dapur menyiapkan makan malam rasa cinta
Roda derit kendaraan simpang siur menjemput aroma petang, pulang ke rumah.

Denyut nadi pergelangan Pantai Talise berdetak seiring detik tiktok
Menggelayut menemani cerita pantai menjemput senja yang menawarkan aroma sunset
Bayangan kota Palu Donggala terang temaram di antara pepohonan jalanan
Tak sempat terpahat kata cinta dan maafkan pada senja itu

Angin telah bertandang membawa gelisah yang terangkum dalam desau senjanya
Dengarlah! Ada bisikan tanah berderak-derak, pertanda akan ada tamu bertandang
Tiba-tiba ada gertakan bumi retak, angin simpang siur terkibas lari ke sana kemari
Beralun oleng bagai ayunan anakku di kebun belakang rumah
Dan air laut itu pun bertamu di bumi Palu Donggala
Memanggil serta aliran lumpur 
Rumahku, rumahmu, istana kita rubuh seketika
Yang tersisa hanyalah isak tangis yang mencekam

Ooohh … ke manakah gerangan anak-anak yang tengah bermain di halaman rumah?
Ooohh … ke manakah bapak-bapak yang sedang ngaso di depan tivi?
Ooohh … ke manakah ibu-ibu yang memasakkan masakan aroma cinta yang tak sudah-sudah?
Tergerus air laut ataukah tertelan lumpur?
Duhai, pahit terasa. Aku kehilangan kekasihku ...
Tertinggal di Petobo telah terkubur dalam lumpur
Cinta dan cita terkubur di sana
Tak bernama apa-apa nisannya
Hanya setangkup rindu yang perih dalam linangan doa tulus ikhlas
Terimalah dia Tuhanku

Ah, Palu Donggala
Terangkum cerita pilu pada gurat wajah negeriku
Mengalirkan dukacita yang mendalam
Tak ada lagi cerita senja di ruang tamu
Tak ada lagi cerita di meja makan setelah makan malam
Tak ada lagi suara denting merdu sendok ibu menyeduh teh pagi hari
Tak ada lagi suara mendehem ayah membaca koran pagi hari
Semua kenangan telah tersimpan dalam lumpur dan gerus air laut
Di antara puing-puing dan retakan tanahku.

Mari kotaku Palu dan Donggala bangkitlah kembali
Buat cerita lebih indah tentang Jembatan Kuning
Rangkai cerita indah tentang Pantai Talise
Bahwa cinta tetap tersimpan rapi
Banyak mata penuh harap dari atas sana
Suatu saat Palu Donggala lebih indah dari yang telah pergi



diambil dari buku Menjemput Senja di Palu Donggala: Kumpulan Puisi November 2018 halaman 13-15

Pembacaan puisi ini bisa dinikmati di video berikut:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar