Kamis, 07 Mei 2020

Alam yang Berdendang

Puisi Lodevika Endang Sulastri
Alam yang berdendang, Puisi Lodevika Endang Sulastri
Photo by Pixabay from Pexels


Bianglala membuka cakrawala
Mengantar pada senja benderang
Langit biru membentang
Tanda kehidupan akan normal

Iklim kembali suci ...
Bak berjalan pulang dari perjalanan
Yang melelahkan jiwa
Karna beban berat ditanggungnya
Bagi seluruh dunia ...

Suasana wangi aroma senja
Terasa polusi menghilang
Seiring kendaraan mangkrak di garasi
Dan pabrik pabrik terhenti

Ada indahnya bila dirasa
Sang putri corona anjangsana di dunia kita
Meski banyak pengorbanan di altar iman
Mayat tergeletak di bumi pertiwi
Tiada yang merawat membawa aroma tersendiri

Betapa besar harus kami tanggung
Derita dunia, manusia dan mahluk lainnya
Hanya untuk mengubah kekeruhan bumi
Menjadi jernih bak cahaya mentari.

Satu tahun membayar seratus tahun
Seperti hitungan matematika
Tapi ternyata itu realita ...
Tangan tangan kami terlalu banyak noda
Melukis bumi selama seratus tahun.
Dengan dosa dosa ekologi
Kami tersadar bumi telah oleng
Terlambat tapi masih mungkin selamat.

Tuhan tolong buka hati kami
Segerakan mendengar ketukan suara alami
Supaya bumi tak bocor lagi
Karena ulah bodoh kami.

Beri kami kebesaran hati
Agar mampu berbenah diri
Sendiri adalah mustahil,
Karna  bersama kami hidup

Hayati menjadi bagian alami
Hai bumi ... hai mentari ...
Perdengarkan pada telinga kami
Sosok-sosokmu yang perkasa.
Wahai air ... dan engkau desau angin
Pertemukan jiwa kami dalam irama
Antara logam, kayu dan lainnya
Adalah bagian dari raga
Kita satu tapi terpisah
Kita terpisah tapi menyatu.

Engkau desir alam ...
Bisikan suara kasih bagi kami
Yang rindu belaian kalian
Agar kita bisa bernafas seirama.

Wahai alam semesta ...
Sang Budha yang menjelma
Wahai Isa ... yang terentang memeluk bumi ...
Kami sujud mengerti dan memahami ...
Hanya dalam keseimbangan kita bisa
Kembali ...
Alami.






7 komentar: