Surat Cinta
Selembar atau sekadar?
Ucapan dalam penuh makna atau gombalisasi?
Rasa dari hati yang dalam atau ketertarikan sesaat?
Apakah menyajikan realita atau hanya khayalan semata?
Tulus tanpa modus atau kepura-puraan belaka?
Cinta macam apa yang ditawarkan?
Indah apa yang kan disampaikan?
Nyaman macam apa yang bisa dijanjikan?
Terasa bagai ilusi isi suratmu
Aku takut semua hanya fatamorgana
Merajut Rindu
Merajut rindu dalam bingkai kenangan
Entah sudah berapa jauh ukuran panjangnya
Rajutan benang-benang rasa terpintal dalam penantian
Aku tak tahu sampai kapan berhenti merindu
Jumlahnya bahkan tak terukur oleh timbangan rasa
Untukmu aku terus menata untaian asa
Tetap bertahan meski terikat belenggu masa lalu dan masa depan
Riak-riak gelombang rasa yang kian membuncah
Ingin kusampaikan segalanya padamu
Namun aku bahkan tak tahu bagaimana dengan dirimu
Duniamu telah terpisahkan oleh tabir yang sangat tinggi dan jauh
Untuk menjaga cintaku, biarlah aku terus merajut rindu
Menyulam Rasa
Menyulam titik-titik rasa
Enggan, malas, semangat, duka, lara, suka
Nantikan tambahan suntikan noktah ceria ria
Yang kan menambah warna dalam hidup sesaat ini
Untuk menyempurnakan sejarah dalam putaran dunia fana
Lukis bulir-bulir waktu dengan guratan seindah pelangi
Agar gairah menghidupkan hari tetap terjaga
Menjadi bahagia di setiap hembusan nafas
Rajutan titik-titik rasa
Ajek dan konsisten, perlahan namun pasti
Saat pintu dunia kecil harus ditutup, ia tetap indah
Akhiri nafas sambut kehidupan baru dengan sunggingan senyum
Yati Kurniawati, M.Pd., guru IPA yang mendapat tugas sebagai Kepala SMP Negeri 10 Salatiga ini merupakan lulusan S2 Pendidikan IPA Universitas Negeri Semarang tahun 2010. Sosok peraih Medali Emas OSN Guru IPA SMP Tingkat Nasional tahun 2012 ini pernah meraih Juara II Guru SMP Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Satya Lancana Pendidikan yang disematkan Presiden SBY tahun 2013 merupakan puncak prestasinya. Menulis puisi merupakan salah satu kegemarannya.
Puisi ini diambil dari buku Puisi Akrostik #1: Kumpulan Puisi Akrostik Komunitas Guru Menulis halaman 103-104
Tidak ada komentar:
Posting Komentar