Pemenang dua
Pemenang tiga
Mengajar adalah rekreasi, menulis adalah cara berbagi. Adalah sebuah kebanggaan menjadi seorang guru. Terkadang anak didik memanggilku dengan sebutan Bu Eka yang manis. Aih, padahal namaku Eka Nur Apiyah. Menuliskan kisah ini adalah bagian dari caraku mencintai mereka. Kelak jika mereka ingin mengenang masa sekolah, akan aku minta mereka membaca buku ini. Mengenalku lebih dekat lewat FB: Eka Nur Apiyah.
Demikian kata penulis mengenai dirinya sendiri.
Dalam kisah ini diceritakan seorang guru yang di kelasnya menghadapi seorang murid yang berbeda dari murid lainnya. Ia terlihat lebih bodoh, dan bahkan belum bisa menulis. BELUM BISA MENULIS padahal sudah kelas 4.
Bagaimana bisa?
Persis itulah yang ditanyakan guru tersebut. Tetapi is tidak hanya berhenti di tanya. Ia mengambil langkah.
Kira-kira kalau Ibu Bapak yang menghadapi kejadian seperti ini, apa yang akan Ibu Bapak lakukan?
Tetapi pada akhirnya, sang guru berhasil membimbing anak ini dengan baik dan tahun 2016 anak terebut sudah lulus SD dan melanjutkan ke SMP. Iya benar! Anak yang sama yang belum bisa menulis dan belum bisa membaca ketika ia duduk di kelas empat itu.
Bagaimana bisa? Anda mungkin bertanya dengan pertanyaan yang sama itu, sekali lagi. Temukan saja jawabannya dalam kisah utuhnya, hanya di buku KAPUR & PAPAN Kisah Guru-Guru Pembelajar 1.
Mengeja Cinta
Mengeja Cinta
Baca juga:
Mengenal Juara: Florencia Febiola Fanny dengan naskah "Jika Hati Mampu Juara" dalam Lomba Nulis Pengalaman Guru 2014Mengenal Juara: Luh Putu Udayati dengan Naskah "Menggantikan Cinta yang Hilang" dalam Lomba Nulis Pengalaman Guru 2013 Mendidik dengan Hati
Mengenal Juara: Yulia Loekito dengan Naskah Edo dalam Lomba Nulis Pengalaman Guru 2013 Mendidik dengan Hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar